Konflik Palestina vs Israel

Kota Bersejarah Israel Hancur Setelah Dibombardir Hizbullah, Berubah Menjadi Tempat Tak Berpenghuni

Kota ini sudah ada lebih dari satu abad dan juga pernah menjadi tempat aktivitas Zionis sebelum negara Israel berdiri.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Menahem KAHANA/AFP
Seorang tentara Israel berdiri di depan sebuah rumah yang terkena roket Hizbullah di kota Metula, Israel utara yang sepi pada tanggal 4 November 2024. 

Masyarakat di wilayah perbatasan utara Israel telah lama mengatakan bahwa mereka sering hidup dalam ketakutan.

Selama bertahun-tahun, menurut warga yang tinggal di kawasan perbatasan Israel, mereka sering mendengar suara-suara aneh penggalian di malam hari. 

Pada tahun 2018, pasukan Israel mengatakan mereka menemukan beberapa terowongan Hizbullah di dekat perbatasan, termasuk terowongan yang mengarah ke Metula dari desa Kafr Kila (selatan Lebanon).

Ketakutan memuncak pada 7 Oktober 2023 ketika kelompok militer Hamas menyerang Israel

Sehari kemudian, Hizbullah mulai melepaskan tembakan ke beberapa wilayah Israel, memicu pertempuran roket dan rudal lintas batas yang membuat puluhan ribu warga sipil di kedua sisi perbatasan menjadi pengungsi.

Pada bulan September 2024, Israel langsung menyerang Hizbullah, menghancurkan ratusan pager agen, membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan senior lainnya. 

Hal ini membuat batas waktu berakhirnya perang kedua belah pihak semakin sulit diprediksi.

Menurut David Azulai - walikota kota Metula, 30 persen warga tidak berniat kembali ke kota ini, apa pun hasil perangnya.

“Kami menyebutnya daerah kantong terisolasi karena dikelilingi Lebanon di utara, timur, dan barat,” ujarnya.

Di pertengahan bulan Oktober 2024, kurang dari dua minggu setelah Israel mulai mendarat di Lebanon selatan, pasukan Israel mengizinkan sekelompok kecil jurnalis mengakses Metula.

Sehingga mereka dapat melihat kerusakan dan tantangan yang dihadapi kota ini. 

Para pejabat militer mendampingi rombongan jurnalis ini.

Dalam perjalanan menuju Metula, Azulai memperingatkan masyarakat untuk tidak memakai sabuk pengaman agar mereka dapat melarikan diri lebih cepat jika terjadi serangan roket. 

Senapannya juga diletakkan di kursi penumpang.

Laporan The New York Times, selama kunjungan jurnalis yang kurang dari 2 jam, sirene roket berbunyi dua kali di Metula, menyebabkan orang-orang lari mencari perlindungan. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved