Konflik Suriah

Rezim Bashar al-Assad Digulingkan, PM Israel Netanyahu Bersumpah Akan Mengubah Wajah Timur Tengah

“Israel sedang memantapkan posisinya sebagai pusat kekuatan di kawasan kami, yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade,”

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim

Rezim Bashar al-Assad Digulingkan, PM Israel Netanyahu Bersumpah Akan Mengubah Wajah Timur Tengah

SERAMBINEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (9/12/2024) bersumpah akan mengubah wajah Timur Tengah setelah penggulingan rezim Suriah Bashar al-Assad.

Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers malam hari, di mana Netanyahu menyebut penggulingan tersebut sebagai hasil dari tindakan militer Israel yang konsisten terhadap ancaman regional.

“Israel mengalahkan musuh-musuhnya selangkah demi selangkah dalam perang eksistensial yang dipaksakan kepada kita,” katanya, dilansir dari DPA.

Netanyahu menyebut rezim al-Assad sebagai elemen utama poros kejahatan Iran.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (AP)

Ia menuduh Suriah mempromosikan kebencian terhadap Israel, menyerang selama Perang Yom Kippur 1973, dan memfasilitasi jalur senjata antara Iran dan milisi Hizbullah di Lebanon.

Netanyahu mengatakan bahwa runtuhnya rezim al-Assad merupakan “akibat langsung" dari tindakan militer Israel terhadap Iran dan milisi yang didukung Iran di kawasan tersebut, termasuk Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon.

Namun, ia mencatat bahwa "poros kejahatan" Iran belum lenyap.

Ia mengatakan bahwa Israel akan mengubah wajah Timur Tengah.

“Israel sedang memantapkan posisinya sebagai pusat kekuatan di kawasan kami, yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade,” Netanyahu bersumpah.

Menurut para aktivis, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di Suriah sejak penggulingan al-Assad pada Minggu.

 

Rusia dan Iran Dalang Penderitaan Rakyat Suriah Selama Puluhan Tahun di Bawah Kekuasaan Assad

Rusia dan Iran harus tanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Suriah oleh rezim Bashar al-Assad.

Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte pada Senin (9/12/2024) waktu setempat.

Selama lebih dari satu dekade, Suriah menjadi tempat konflik perang saudara berkepanjangan.

Konflik tersebut telah membawa penderitaan tak terhitung bagi jutaan rakyatnya. 

Di balik konflik tersebut, Rusia dan Iran menjadi dalang utama yang mendukung rezim Bashar al-Assad 

Rusia dan Iran telah memberikan dukungan politik, militer, dan ekonomi yang signifikan kepada pemerintahan Assad sejak pecahnya konflik pada 2011. 

Dukungan ini dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan Assad di kursi kekuasaan, meski hal tersebut berujung pada pelanggaran hak asasi manusia dan kehancuran infrastruktur di seluruh negeri.

"Mereka juga terbukti menjadi mitra yang tidak dapat diandalkan, meninggalkan Assad ketika ia tidak lagi berguna bagi mereka," imbuh Rutte.

Rutte menggambarkan penggulingan mendadak mantan penguasa Suriah al-Assad oleh pemberontak Islam sebagai momen kegembiraan tetapi juga ketidakpastian bagi rakyat Suriah dan kawasan.

NATO menginginkan "transisi kekuasaan yang damai dan proses politik inklusif yang dipimpin Suriah," kata Rutte.

Aliansi militer Barat juga akan mengawasi secara ketat perilaku para pemimpin pemberontak selama masa transisi, imbuh Rutte.

"Mereka harus menegakkan hukum, melindungi warga sipil, dan menghormati agama minoritas," tegasnya.

Sementara itu, kelompok Hamas - yang telah berperang melawan pasukan Israel di Gaza - pada Senin mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah karena berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad.

"Gerakan perlawanan Islam Hamas mengucapkan selamat kepada saudara-saudara rakyat Suriah atas keberhasilan mereka dalam memperjuangkan kebebasan dan keadilan," katanya.

Ia juga meminta Suriah untuk terus mendukung rakyat Palestina.

Iran merupakan pendukung Hamas dan juga mendukung rezim al-Assad dalam konfliknya dengan kelompok pemberontak di Suriah.

Namun al-Assad bersikap bermusuhan terhadap kelompok Hamas yang mendukung pejuang oposisi bersenjata pada awal perang saudara Suriah, dan rezimnya menahan ratusan warga Palestina.

 

Kekuasaan Assad Runtuh

Komandan Hayat Tahrir al-Sham, Abu Mohammed al-Julani, mengatakan keruntuhan pemerintah sudah dekat dan berjanji akan melindungi orang-orang di daerah yang dikuasai kelompok tersebut.

Kantor berita Reuters, mengutip para saksi, melaporkan bahwa ribuan orang di dalam mobil dan berjalan kaki berkumpul di pusat kota Damaskus, meneriakkan, “Kebebasan!”

Video yang diunggah daring, yang diverifikasi oleh Al Jazeera, menunjukkan beberapa orang di Lapangan Ummayad, berdiri di atas tank militer yang ditinggalkan dan bernyanyi untuk merayakan.

Oposisi bersenjata Suriah mengatakan berakhirnya pemerintahan al-Assad menandai babak baru dalam sejarah Suriah.

"Setelah 50 tahun penindasan di bawah kekuasaan Baath dan 13 tahun kriminalitas, tirani, dan pengungsian, dan setelah perjuangan panjang, menghadapi semua jenis pasukan pendudukan, kami nyatakan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era gelap itu dan dimulainya era baru bagi Suriah," kata pemberontak dalam sebuah pernyataan.

Para pemberontak memuji jatuhnya pemerintah Suriah sebagai “momen kebebasan setelah puluhan tahun penderitaan dan kesakitan”.

“Kepada warga Suriah di seluruh dunia, Suriah menanti Anda,” kata oposisi bersenjata dalam sebuah pernyataan.

Perkembangan lain, sumber pemberontak Suriah mengatakan kepada Al Jazeera Arabic bahwa pasukan pemerintah telah ditarik dari markas besar Kementerian Pertahanan di Damaskus.

Jurnalis di Al Jazeera Arabic, mengutip sumber oposisi, melaporkan bahwa pemberontak Suriah telah mengambil alih gedung radio dan televisi publik di ibu kota Suriah, Damaskus.

Gedung radio dan TV publik merupakan situs simbolis yang penting di Suriah.

Selain berlokasi di jantung kota Damaskus, bangunan ini digunakan untuk mengumumkan pemerintahan baru selama era kudeta berturut-turut di Suriah pada tahun 1950-an dan 1960-an.

Sementara itu pemandangan kekacauan tampak terlihat di bandara Damaskus

Jurnalis Al Jazeera Zeina Khodr yang melapotkan dari dari Beirut, Lebanon mengatakan mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan Damaskus telah jatuh. Bahwa ini adalah akhir dari kekuasaan al-Assad selama 24 tahun.

Namun tidak diragukan lagi bahwa ini adalah momen bersejarah dalam perang Suriah – dalam perebutan kendali pihak oposisi atas negara tersebut.

Apa yang dapat kami konfirmasikan adalah bahwa oposisi bersenjata telah memasuki ibu kota Suriah.

Terjadi kekacauan di bandara internasional Damaskus.

Apa yang telah kita lihat selama 10 hari terakhir adalah bahwa Tentara Suriah telah hancur karena kemajuan pasukan oposisi. 

Tidak ada atau sedikit sekali keinginan untuk melawan. 

Kita harus ingat bahwa orang-orang ini adalah wajib militer. Mereka dipaksa untuk bergabung dengan tentara.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad menaiki pesawat dan pergi ke tujuan yang tidak diketahui.

Laporan itu mengutip dua perwira senior angkatan darat yang tidak disebutkan namanya dan mengetahui insiden tersebut.

Sebelumnya pada hari Sabtu, pemerintah membantah laporan bahwa al-Assad telah meninggalkan Damaskus. 

Kantor berita negara mengatakan bahwa ia tetap berada di Damaskus dan menjalankan tugasnya dari ibu kota.

Namun, keberadaan pasti presiden tidak diketahui, dan ia dilaporkan tidak terlihat selama berhari-hari.

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved