Konflik Palestina vs Israel
Donald Trump Ultimatum Hamas: Ancam Bunuh Warga Gaza jika Tak Bebaskan Sandera
Donald Trump mengatakan, ultimatum ini sebagai "peringatan terakhir" kepada Hamas untuk segera membebaskan semua sandera yang masih tersisa di Gaza.
SERAMBINEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump memberikan ultimatum keras kepada Hamas.
Donald Trump mengatakan, ultimatum ini sebagai "peringatan terakhir" kepada Hamas untuk segera membebaskan semua sandera yang masih tersisa di Gaza.
Dalam laporan Axios, ultimatum Donald Trump ini muncul setelah utusan khusus AS berada di Doha, Qatar, untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas.
"Bebaskan semua sandera sekarang, jangan nanti, dan segera kembalikan semua mayat orang-orang yang kalian bunuh, atau semuanya BERAKHIR bagi kalian," tulis Trump di Truth Social.
Trump menulis bahwa ia akan mengirimkan Israel “semua yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugasnya”.
"Tidak ada satu pun anggota Hamas yang akan aman jika Anda tidak melakukan apa yang saya katakan," tegas Trump.
Trump mengeluarkan ultimatum setelah bertemu dengan enam sandera yang dibebaskan sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan gencatan senjata.
Hamas masih menyandera 59 orang di Gaza. Pasukan Pertahanan Israel telah mengonfirmasi 35 orang tewas.
Intelijen Israel meyakini 22 orang masih hidup, dan status dua orang lainnya tidak diketahui.
Di antara sandera yang tersisa terdapat lima warga Amerika, termasuk Edan Alexander yang berusia 21 tahun yang diyakini masih hidup.
"Kepada Rakyat Gaza: Masa Depan yang indah menanti, tetapi tidak jika Anda menyandera mereka. Jika Anda melakukannya, Anda MATI! Ambil keputusan yang CERDAS. BEBASKAN SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA HUKUMAN YANG HARUS DIBAYAR NANTI!" tulis Trump.
Trump telah mengeluarkan beberapa ultimatum kepada Hamas sejak ia memenangkan pemilu.
Ultimatum terbarunya adalah bulan lalu ketika ia menuntut Hamas membebaskan semua sandera "pada siang hari Sabtu" atau gencatan senjata berakhir.
Gencatan senjata 42 hari yang merupakan bagian dari fase pertama kesepakatan Gaza berakhir pada hari Sabtu setelah para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai perpanjangan.
Pertemuan Hamas-AS
Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada Al Mayadeen, bahwa pertemuan baru-baru ini meninggalkan kesan positif bagi pihak AS mengenai kemungkinan negosiasi baru.
Namun, pejabat tersebut mencatat bahwa utusan AS hanya berfokus pada potensi pertukaran tahanan dan tidak membahas masalah yang lebih luas, seperti gencatan senjata atau diakhirinya perang di Gaza.
"Pihak Amerika tidak menyampaikan kerangka kerja khusus untuk pertukaran tahanan, tetapi mendengarkan perspektif Hamas mengenai masalah tersebut," kata pejabat itu.
Pejabat Perlawanan Palestina juga mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut terjadi atas permintaan AS dan mengejutkan pejabat Israel.
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt mengungkapkan alasan setelah ditanya mengapa AS bernegosiasi “secara langsung dan untuk pertama kalinya dengan Hamas”.
"Terkait negosiasi yang Anda maksud, pertama-tama, utusan khusus yang terlibat dalam negosiasi tersebut memiliki kewenangan untuk berbicara dengan siapa pun," katanya, dikutip dari CNN.
"Israel telah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini, dan lihatlah, dialog dan pembicaraan dengan orang-orang di seluruh dunia untuk melakukan apa yang terbaik bagi kepentingan rakyat Amerika adalah sesuatu yang telah dibuktikan oleh presiden sebagai apa yang ia yakini sebagai (sebuah) upaya dengan itikad baik untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika," imbuh Leavitt.
Di sisi lain, Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan pihaknya telah “menyampaikan kepada Amerika Serikat posisinya mengenai pembicaraan langsung dengan Hamas”.
Pernyataan Israel tidak menjelaskan secara rinci apakah Israel telah mengetahui pembicaraan tersebut sebelumnya atau baru mengetahuinya kemudian.
Pernyataan tersebut juga tidak menjelaskan secara rinci apa posisi Israel.
Sebelumnya pada hari Rabu, sumber mengatakan kepada CNN bahwa Israel mengetahui pembicaraan tersebut.
Seorang diplomat tinggi Israel tampaknya merujuk pada pembicaraan tersebut dalam sebuah wawancara dengan Fox Business.
"Alih-alih menekan Israel, Presiden (Donald) Trump malah menekan Hamas dan ini adalah hal yang benar untuk dilakukan," kata Ofir Akunis, konsul jenderal Israel di New York.
"Jika Gedung Putih ingin berbicara langsung dengan Hamas dan menekan mereka untuk membebaskan lebih banyak sandera, kami akan sangat senang melihat lebih banyak sandera bersama keluarga mereka dan di Israel," katanya.
Baca juga: AS Konfirmasi Negosiasi Langsung dengan Hamas Terkait Tawanan Gaza
Pertemuan Rahasia antara Amerika dan Hamas di Doha
Pemerintahan Presiden Donald Trump diam-diam mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas untuk membahas sandera Amerika yang ditahan oleh kelompok tersebut di Gaza.
Pertemuan AS-Hamas berlangsung di ibu kota Qatar, Doha, dipimpin oleh utusan khusus Presiden Amerika Serikat, Adam Boehler, yang bertanggung jawab dalam urusan penyanderaan.
Sumber diplomatik senior mengungkapkan informasi ini kepada Al Arabiya English pada Rabu (5/3/2025).
Pembicaraan tersebut berfokus pada dua hal utama: pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan di Gaza dan kemungkinan upaya untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama di wilayah tersebut.
Pertemuan ini berfokus pada pembebasan sandera Amerika yang masih ditahan oleh Hamas, namun pembicaraan juga membahas kemungkinan kesepakatan yang lebih luas, termasuk gencatan senjata jangka panjang.
Pertemuan rahasia Amerika dan Hamas di Doha ini pertama kali dilaporkan oleh Axios.
Gedung Putih menyatakan Israel sudah diajak berkonsultasi mengenai masalah ini, meskipun tidak terlibat langsung dalam perundingan.
Negosiasi langsung dengan Hamas tanpa persetujuan Israel adalah langkah yang belum pernah diambil oleh pemerintahan AS sebelumnya.
Sementara itu, masih ada 59 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel mengonfirmasi bahwa 35 sandera telah tewas, sementara intelijen Israel meyakini bahwa 22 sandera lainnya masih hidup.
Di antara sandera yang tersisa, terdapat lima warga Amerika, termasuk Edan Alexander yang berusia 21 tahun, yang diyakini masih hidup.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan dialog ini adalah bagian dari upaya Amerika untuk melindungi kepentingan rakyatnya, sebuah prinsip yang telah diterapkan Presiden Donald Trump dalam berbagai situasi sebelumnya.
Utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, yang semula dijadwalkan untuk mengunjungi Doha guna bertemu Perdana Menteri Qatar terkait gencatan senjata, membatalkan perjalanannya setelah tidak ada kemajuan yang tercapai dalam pembicaraan.
Pendekatan yang Berbeda antara Trump dan Biden
Pendekatan yang diambil oleh pemerintahan Trump sangat berbeda dengan kebijakan yang dijalankan oleh Presiden Biden.
Trump tidak hanya mengancam keras Hamas, tetapi juga mengusulkan kemungkinan "pengambilalihan" Gaza oleh AS.
Gencatan senjata 42 hari, yang merupakan bagian dari fase pertama kesepakatan Gaza, berakhir pada Sabtu (1/3/2025) setelah para pihak gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjangnya.
Meski pertempuran belum berlanjut, Israel menghentikan semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang kini tengah menghadapi krisis kemanusiaan besar.
Baca juga: Wali Kota Lhokseumawe Gelar Apel Kendaraan Dinas Roda 4, Ini Temuannnya
Baca juga: Hamas: Ancaman AS Bentuk Dukungan bagi Netanyahu Keluar dari Kesepakatan Gencatan Senjata
Baca juga: Naik 12 Persen, Berikut Prediksi Besaran THR Pensiunan TNI dan Polri 2025, Ini Rinciannya
Ben Gvir akan Hentikan dan Usir Armada Kapal Terbesar yang Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Gaza |
![]() |
---|
Israel Ancam Para Pemimpin Hamas di Luar Negeri Setelah Bunuh Abu Ubaida dan Keluarganya |
![]() |
---|
IDF Bunuh Abu Ubaida Bersama Istri dan Anak-Anaknya dalam Serangan Rudal di Gaza |
![]() |
---|
AS Akan Tolak dan Cabut Visa Presiden Palestina dan Pejabatnya, Dilarang Hadiri Sidang PBB |
![]() |
---|
Trump Sesumbar Akhiri Perang Gaza dalam Dua Pekan di Tengah Serangan Israel yang Terus Meningkat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.