Breaking News

KUPI BEUNGOH

Idul Fitri, Kopi Aceh, “Dopamin”, dan Rasionalitas

Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, paling kurang sampai hari ini, yang namanya minum kopi itu, ya kopi yang dibuat, dan diminum di kedai.

YouTube Serambinews
Sosiolog dan Guru Besar USK, Prof Ahmad Humam Hamid 

“Caffein”  adalah “candu” -gugus kimia yang mampu melepaskan “dopamin” -hormon yang menstimulasi rasa senang kepada peminum kopi.

“Dopamine” adalah salah satu hormon senang pada otak yang salah satu pemicunya untuk bangkit adalah kopi-caffein. 

Efek kafein mirip dengan efek heroin. Kecanduan kopi (kafein) tidak lain karena koneksinya dengan “dopamine”. 

Kafein pada kopi itu mempunyai padanan pada elemen kimia yang bertanggung jawab pada kecanduan ganja, yakni “cannabidiol” dan “tetrahydracannabinol”, atau “nicotine” pada rokok.

Tentang kecanduan pada kedai kopi sesunguhnya lebih berasosiasi dengan kimia sosial. 

Bagi manusia peminum kopi yang juga makhluk sosial, kedai kopi adalah  titik inti dari berbagai interaksi sosial.

Jauh sebelum era digital, semenjak lahirnya kedai kopi di berbagai tempat di dunia, kedai kopi telah berperan sebagai media sosial simbolik. 

Bayangkan saja interaksi peminum kopi dalam berbagai bentuk Whatsapp, Facebook, Twitter, Instagram, Tik Tok, dan Telegram. 

DISKUSI PUBLIK - Dokumen yang merekam sebuah momen diskusi di warung kopi Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Selasa (3/3/2017). Kedai kopi telah lama berperan sebagai ruang publik di Aceh, jauh sebelum orang-orang mengenal media sosial sebagai ruang publik.
DISKUSI PUBLIK - Dokumen yang merekam sebuah momen diskusi di warung kopi Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Selasa (3/3/2017). Kedai kopi telah lama berperan sebagai ruang publik di Aceh, jauh sebelum orang-orang mengenal media sosial sebagai ruang publik. (SERAMBI/BUDI FATRIA)

Ruang Publik Pertama dalam Sejarah

Jauh hari sebelum berbagai media sosial itu datang sebagai ruang publik virtual, kedai kopi telah berperan sebagai ruang publik nyata, baik dalam bentuk iinteraksi-informasi, hiburan, gosip, bahkan arena peredebatan kritis. 

Ruang publik, istilah yang diperkenalkan Jürgen Habermas (1962), dari bahasa Jerman öffentlichkeit - ruang publik sebagai “masyarakat yang terlibat dalam perdebatan publik yang kritis”. 

Pentolan Mazhab Frankfurt itu, sedari awal sudah melihat kedai kopi sebagai ruang publik pertama yang menonjol dalam sejarah peradaban kebangkitan Eropa.

Habermas dengan runtut mendeskripiskan sejarah ruang publik di Eropa berakar dalam tradisi unik- kedai kopi. 

Baginya, kedai kopi bereperan tidak hanya ruang untuk berita, diskusi, dan pertemuan. 

Kedai kopi adalah simpul pertama dari jaringan sosial asli dalam sejarah peradaban. 

“Caffeein”, “dopamine”, ruang publik, dan simpul jaringan sosial, adalah komponen utama  yang menjadikan kedai kopi sebagai oasis kehidupan sehari hari. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved