Kupi Beungoh

Ekonomi Kreatif: Solusi Inovatif atau Hanya Omong Kosong dalam Pengentasan Kemiskinan di Aceh?

Meskipun memiliki sumber daya alam yang kaya dan potensi budaya yang luar biasa, angka kemiskinan masih tinggi.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Fadilah Tria Adinda, Mahasiswi Prodi KPI FDK UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

Realitanya, mengembangkan ekonomi kreatif di Aceh bukan perkara mudah. Banyak pelaku usaha kecil yang kesulitan mendapatkan modal, akses pasar, serta dukungan teknologi.

Pemerintah memang sering mengadakan pelatihan dan seminar, tetapi apakah hasilnya benar-benar berdampak signifikan bagi masyarakat bawah? Banyak program ekonomi kreatif yang akhirnya hanya berhenti di tahap perencanaan tanpa implementasi yang jelas. 

Mengembangkan ekonomi kreatif di Aceh tidak semudah membalik telapak tangan. Tantangan yang dihadapi sangat kompleks dan berlapis. Berikut beberapa tantangan utama yang nyata di lapangan:

1. Akses Permodalan Terbatas

Banyak pelaku usaha mikro dan kecil di Aceh kesulitan mendapatkan pembiayaan. Perbankan sering mensyaratkan agunan dan rekam jejak usaha yang belum dimiliki oleh pelaku ekonomi kreatif pemula.

Berdasarkan data BPS tahun 2023, jumlah perusahaan industri skala mikro di Aceh mencapai 106.527 unit, sedangkan industri kecil sebanyak 3.999 unit. (www.aceh.bps.go.id)

2. Minimnya Literasi Digital dan Teknologi

Proporsi individu yang menggunakan internet di Aceh masih tergolong rendah. Pada tahun 2019, baru 35,60 persen penduduk Aceh yang menggunakan internet secara aktif (www.aceh.bps.go.id). Ini tentu menghambat pemanfaatan teknologi digital sebagai sarana promosi dan distribusi produk kreatif. 

3. Kualitas dan Daya Saing Produk

Produk ekonomi kreatif Aceh sering terkendala dalam hal kualitas, kemasan, dan inovasi. Tanpa dukungan terhadap riset dan pengembangan, sulit bagi produk lokal untuk bersaing di pasar yang lebih luas.

4. Keterbatasan Infrastruktur dan Distribusi

Distribusi barang kreatif dari daerah-daerah terpencil di Aceh menghadapi kendala besar akibat infrastruktur jalan dan logistik yang belum merata. Panjang jalan di Aceh pada 2023 tercatat 23.660 km, tetapi distribusi tetap menjadi tantangan karena kondisi jalannya. (www.aceh.bps.go.id)

5. Kurangnya Pendampingan dan Akses Pasar

Program pelatihan dan pendampingan dari pemerintah belum menyentuh semua kalangan. Data dari BPS Aceh menyebutkan bahwa pendataan lengkap UMKM dan koperasi baru dilakukan bertahap mulai 2022 hingga 2024. (www.aceh.bps.go.id)

6. Pandangan Masyarakat Terhadap Pekerjaan Kreatif 

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved