Kupi Beungoh

Antara Scroll dan Suara: Digital Well-Being Gen Z yang Kritis Politik

Bukan hal baru jika kita menemukan anak muda yang aktif secara politik, tapi diam-diam bergulat dengan kelelahan emosional.

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala dan Piskologi UIN Ar-Raniry, Ulya Faizah 

Media sosial harus menjadi tempat yang mendukung diskusi sehat, bukan ladang adu domba atau ajang saling serang.

Algoritma harus ditantang untuk tidak hanya menyajikan konten viral, tapi juga konten yang menyehatkan pikiran.

Lebih jauh, kebijakan publik harus mulai memikirkan kesejahteraan digital sebagai bagian dari pembangunan manusia.

Pemerintah dan lembaga pendidikan bisa bekerja sama menciptakan kurikulum yang mengintegrasikan literasi digital dan manajemen stres.

Jangan biarkan generasi paling potensial ini terbakar sebelum mereka benar-benar menyala.

Karena sejatinya, suara yang jernih hanya bisa lahir dari pikiran yang tenang dan hati yang sehat.

Di antara scroll yang tiada henti dan suara yang terus menggema, Gen Z berhak untuk tetap waras, tetap kritis, dan tetap menjadi agen perubahan yang tangguh.

Menariknya, banyak di antara Gen Z yang kini mulai menyadari pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivisme dengan kesehatan mental.

Beberapa komunitas mulai muncul, menawarkan ruang aman untuk berdiskusi tanpa tekanan, serta mengedukasi soal pentingnya detoks digital.

Gerakan ini perlu diperluas dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk institusi pemerintah dan organisasi non-profit.

Selain itu, penting juga untuk memahami bahwa digital well-being bukan hanya soal 'berhenti bermain media sosial', tetapi tentang bagaimana membangun relasi yang sehat dengan teknologi.

Ini termasuk cara mengelola waktu layar, menyaring jenis konten yang dikonsumsi, dan menetapkan batasan untuk menjaga kesehatan mental tetap stabil.

Tentu saja, semua ini membutuhkan proses. 

Namun, dengan pendekatan yang konsisten dan kolaboratif, kita bisa menciptakan budaya digital yang lebih sehat, di mana Gen Z bisa terus menyuarakan pendapatnya tanpa kehilangan dirinya sendiri di tengah kebisingan dunia maya.

Dan mungkin, itulah masa depan yang harus kita upayakan bersama yaitu sebuah ekosistem digital yang bukan hanya menjadi ruang perjuangan, tetapi juga ruang pemulihan. (*)

*) PENULIS adalah Mahasiswi Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala & Piskologi UIN Ar-Raniry

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved