Kupi Beungoh
Tariff Trump: ‘Cupo’ Katijah, Lowrence Wong, dan Koji Sato – Bagian I
Trump lah biang keroknya, yang telah mengobarkan perang tarif alias perang dagang.
Walau kemudian diumumkan ada penagguhan 90 hari untuk ruang negosiasi antara negara-negara itu dengan AS, pasar telah terkejut dan bergoyang, dan bahkan rontok.
Harga saham dan harga komoditas berguguran. Pasar keuangan global kacau.
Menusuk Hingga ke Pedalaman Aceh dan Afrika
Ada goncangan yang disertai dengan ketidakapastian ekonomi, moneter, perdagangan, dan investasi yang menerpa tidak hanya New York, London, atau Shanghai.
Spiral kekacuan itu telah masuk ke kampung di Bener Meriah, Pidie Jaya, di Aceh dan berbagai komunitas pedesaan di Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah, dan seluruh belahan dunia.
Gempa itu tidak terbatas hanya negara dan kawasan seperti Asia Timur, ASEAN, atau Eropa Barat, namun mengerogoti seluruh muka bumi, baik yang didiami manusia, bahkan yang tak didiami sekalipun.
“Tariff” tak lain dari pajak yang mesti dibayar ketika apapun barang melintasi batas negara- barang perdagangan masuk ke AS.
Dalam prakteknya, tarif digunakan untuk melindungi industri atau komoditi dalam negeri.
Akibat barang impor mahal, diharapkan konsumen akan membeli barang dalam negeri.
Disamping melindungi konsumen, tarif juga berpotensi meningkatkan pendapatan negara.
Trump menyatakan AS telah dimiskinkan dengan perdagangan bebas selama lebih dari 30 tahun, dengan nilai puluhan triliun dolar.
Ia memutuskan untuk membalikkan keadaan itu.
Metafora “Cupo Katijah” di Gampong Puduek
Gempa itu telah membuat banyak pemimpin negara, besar dan kecil, kawan atau musuh AS, tak bisa tidur nyenyak.
Banyak pengusaha, baik oligarki ataupun bukan, yang naik darah atau turun darah karena perusahaannya rugi atau tak pasti.
Tak hanya para pembesar negeri dan pedagang , seorang “Cupo Katijah” di gampong Puduek, Trienggadeng, Pidie Jaya pun tak luput dari gempa tektonik Donald Trump.
Metafora “Cupo Katijah” gampong Puduek, Trienggadeng, mewakili ratusan juta, bahkan ratusan juta “Cupo Katijah” yang tersebar di negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.