Breaking News

Curhat Pilu Petani Cabai di Banda Aceh, Gagal Sekolahkan Anak ke MIN karena Terganjal Uang Masuk

Warga Gampong Rukoh tersebut memutuskan untuk tidak melanjutkan proses pendaftaran ulang anaknya karena terganjal oleh besarnya uang masuk.

Editor: Yocerizal
IST/SERAMBINEWS.COM
Khairul Halim, warga Gampong Rukoh, Banda Aceh, yang sehari-hari berprofesi sebagai petani cabai, gagal menyekolahkan anaknya di Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) karena terganjal besarnya biaya masuk. 

SERAMBINEWS.COM - Seorang petani cabai di Banda Aceh, Khairul Halim, curhat tentang kondisinya yang gagal memasukkan anaknya ke Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN).

Warga Gampong Rukoh tersebut memutuskan untuk tidak melanjutkan proses pendaftaran ulang anaknya karena terganjal oleh besarnya uang masuk.

Kisahnya itu lalu ia bagikan melalui laman Facebooknya pada 5 Mei 2025. Berikut curhat pilu petani cabai tersebut, sebagaimana dikutip Serambinews.com, Kamis (8/5/2025).

'Pedasmu tidak Bisa Membiayai Pendaftaran Ulang Anak Saya di Sekolah'

Hari ini, pendaftaran ulang untuk anak saya di salah satu sekolah madrasah negeri di Banda Aceh. Pendaftaran ulang hanya satu hari, mulai jam 08.00 s/d 12.00 Wib.

Jauh beberapa hari sebelumnya, saya sudah berusaha untuk mencari uang agar bisa membayar uang pendaftaran sekolah anak saya yang kedua.

Namun apalah daya, karena saya seorang ayah bekerja sebagai petani cabai, tidak mudah mendapatkan uang sebanyak itu. 

Baca juga: Polisi Gagalkan Penyelundupan 537 Kg Ganja, Sabu dan Ekstasi Ikut Disita, 18 Tersangka Diamankan

Baca juga: Terkait Kasus Penyekapan dan Pelecehan Santriwati, Kuasa Hukum Terlapor Beri Klarifikasi

Jangankan membayar uang untuk anak masuk sekolah, terkadang untuk jajanan aja terasa berat. 

Apalagi saya harus membayar uang pendaftaran sekolah anak saya lebih kurang 2 jutaan, walaupun dua kali pembayaran sampai waktu yang telah di tentukan dan belum termasuk saya harus membeli baju seragam serta buku cetak. Saya perkirakan kurang lebih mendekati 3 jutaan. 

Ini sangat berat bagi saya yang saat ini ekonomi bisa dikatakan pas-pasan. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin agar anak saya bisa masuk sekolah tahun ajaran baru ini bersama teman-teman TK-nya.

Apalah daya, saya seorang Ayah yang bekerja sebagai petani untuk saat ini belum bisa mengujudkan pendidikan anak saya ke jenjang pendidikan selanjutnya seperti kawan-kawannya sesama TK.

Seperti pribahasa orang Aceh "menyoe keu aneuk adak hana geumita, lam batee geu mita, keu aneuk kiban cara beuna' 

Akan tetapi, kata-kata itu tidak bisa saya aplikasikan dengan segala kekurangan saya sebagai seorang ayah. Karena berbagai upaya saya seorang ayah sudah sekuat tenaga mencari rezeki yang halal agar anak saya bisa sekolah.

Saya berpikir kalau mendaftar anak di sekolah negeri itu gratis. Walaupun tidak semua gratis, minimal saya seorang ayah hanya membeli perlengkapan sekolah seperti baju seragam berapa pasang, sepatu, serta tas bagi anak saya. 

Saya tidak tahu ternyata ada uang lain yang harus saya bayar agar anak saya bisa sekolah di sekolah negeri atau sekolah pemerintah.

Baca juga: Diduga Rudapaksa Anak Tiri 15 Kali, Sejak Bawah Umur Hingga Dewasa, Polres Pidie Bekuk Seorang Pria

Baca juga: Fokorda Koordinasi dengan Kemendagri, Tindak Lanjut soal Pemekaran 6 CDOB di Aceh

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved