Meuseuraya Akbar 2025

Meuseuraya Akbar Tahun 2025, Pidie Menyimpan Ragam Khazanah Peradaban Islam Masa Lalu

Meuseuraya Akbar Tahun 2025, Pidie Menyimpan Ragam Khazanah Peradaban Islam Masa Lalu

|
Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan beberapa pihak, termasuk Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) akan melaksanakan kegiatan Meusuraya Akbar 2025, di Kabupaten Pidie, Aceh. 

SERAMBINEWS.COM, PIDIE - Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) akan menggelar Meuseuraya Akbar Tahun 2025 yang berlangsung dari 25 hingga 29 Mei 2025, di Kabupaten Pidie.

Ketua Panitia Meuseuraya Akbar 2025, Iskandar Tungang mengatakan, kegiatan Meuseuraya tersebut bertujuan untuk  melestarikan sekaligus membangun kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian sejarah di tengah masyarakat.

"Meuseuraya itu sendiri bisa dikatakan gotong royong dalam konteks melibatkan masyarakat, tokoh adat, pemuda akademisi hingga lembaga-lembaga kebudayaan dan pemerintah daerah.

Artinya semua elemen terlibat melindungi, melestarikan semua peninggalan sejarah dan kebudayaan yang ada pada suatu daerah ," kata Iskandar, Kamis (22/5/2025).

Menurut Iskandar, kontribusi semua elemen dari kegiatan Meuseuraya bukan hanya pada pemulihan fisik (restorasi) situs bersejarah semata, tetapi juga ada upaya untuk menjaga isu dan mengkaji terkait pelestarian budaya yang masih relevan sampai hari ini.

Baca juga: Tahukah Anda? Ada Makam Sultan Pidie di Keulibeut, Mapesa Adakan Meuseuraya di Sana, Catat Jadwalnya

"Dengan adanya kajian dibarengi kesadaran masyarakat. Kita berharap Meuseuraya ini bisa mengubah dan menambah wawasan dan pengetahuan terbarukan terhadap pelestarian warisan sejarah sekaligus bisa diakses oleh masyarakat dan memiliki multiefek bidang keilmuan lain dalam jangka waktu yang panjang," ujarnya.

Alasan Pidie dipilih sebagai lokasi Meuseuraya Akbar Tahun 2025

Sementara itu Pembina MAPESA, Teungku Taqiyuddin Muhammad,  mengatakan, lokasi Meuseuraya Akbar 2025 dipusatkan di Gampong Cot Geunduek, Pidie. Lokasi itu dipilih karena di sana banyak terdapat pemakaman dan nisan-nisan tokoh Aceh terdahulu.

"Mungkin di sana bisa disebut bekas pemukiman dan pemukiman Kesultanan Pidie terdahulu. Karena Sultan Pidie yang kita kenal hari ini yakni Sultan Ma'ruf Syah pemakamannya ada di Dayah Tanoh Klibeut yang menuju ke arah selatan hingga ke Gampong Cot Geunduek," ungkap Taqiyuddin.

Sepanjang arah menuju gampong tersebut lanjut Taqiyuddin, daerah tersebut terdapat makam-makam kuno yang ditandai adanya nisan-nisan mulai dari abad 15, 16, 17, 18 hingga 19.

"Sepanjang daerah itu, patut kita akui gampong tersebut merupakan gampong warisan sejarah," katanya.

Baca juga: Peneliti Tulisan Kuno Sebut Pidie sebagai Pusat Peradaban Islam Aceh, Ajak Meuseuraya di Cot Gunduek

Selain terdapat banyak nisan kuno, Taqiyuddin juga menyebutkan,  Pidie merupakan salah satu kawasan yang banyak menyimpan warisan sejarah di bidang arsitektur pada bangunan-bangunan Aceh masa lalu dengan berbagai corak dan seni ukirannya.

Seperti yang sudah diklasifikasikan berdasarkan arsitekturnya, ada bangunan berupa saranan rumah ibadah, tempat tinggal, pendidikan atau zawiyah yang kesemua itu masih komplit ada di Pidie.

"Bisa dikatakan Pidie sebagai salah satu pusat peradaban Islam. Maka jika hari ini hal itu tidak dipedulikan, dalam jangka waktu sepuluh tahun ke depan akan hilang dari Pidie itu sendiri.

Apalagi yang paling rawan hilang adalah manuskrip yang hari ini sudah menjadi milik kolektor yang bahkan tidak bisa kita akses kembali," kata Taqiyuddin yang juga Ahli Epigraf Islam ini.

Karena itu, Taqiyuddin mengajak masyarakat yang ingin melihat dan mempelajari tentang Aceh harus datang langsung ke Aceh.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved