Kupi Beungoh
Kemiskinan, Ketahanan Sosial, dan Agama
Dalam hal ekonomi dan politik, Aceh adalah provinsi termiskin di Sumatera, dengan pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia, tapi paling bahagia
Durkheim juga melihat fungsi agama yang memberikan makna dan tujuan hidup, hal tersebut membantu individu dalam menghadapi tantangan dan kesulitan.
Sementara dalam masyarakat modern-industrial, Durkheim melihat bahwa terjadinya pelemahan dalam ikatan solidaritas sosial. Hal ini adalah konsekuensi dari ideologi liberalisme yang dianut masyarakat modern yang mengedepankan individualisme. Liberalisme dan individualisme pada awalnya bertujuan mendorong hak-hak individu dan berorientasi kepentingan individu–yang mana merupakan hal positif–namun di saat bersamaan dengan arus industrialisasi dan modernisasi, serta pola kehidupan urban-industrial, telah membuat ikatan dan solidaritas masyarakat melemah.
Masyarakat modern yang dicirikan oleh rasionalisme, seringkali dipahami sebagai antitesis atas keyakinan beragama, sehingga menjadi masyarakat modern-industrial yang rasional, kerap dipahami sebagai lawan dari keyakinan agama.
Hal ini membuat masyarakat modern mengalami kekeringan spiritual dan kehilangan makna hidup.
Akhirnya rusaklah keseimbangan psikologis individu yang menuntut dipenuhinya kebutuhan spiritual dan pemenuhan kebutuhan batin.
William James, filsuf dan psikolog Amerika Serikat pernah meneliti tentang pengalaman keagamaan dan peran agama dalam memberikan rasa makna, tujuan hidup, dan kekuatan spiritual bagi individu.
Menurutnya, pengalaman keagamaan dapat menjadi sumber kekuatan dan ketahanan psikologis dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup.
James melihat bahwa agama memiliki fungsi untuk membantu manusia menghadapi penderitaan, penyakit, kehilangan, dan kematian, serta membantu mereka bertahan sebagai individu dalam masyarakat.
Meski agama seringkali dilihat secara skeptis, namun sejumlah studi dan teori justru membuktikan bahwa agama punya peran dalam membentuk ketahanan sosial-psikologis yang berdampak besar bagi masyarakat.
Reformasi Agama atau Menempatkan Agama dengan Tepat?
Salah satu wacana dalam sosiologi agama adalah perihal reformasi agama. Hal ini dialami oleh masyarakat Barat-Kristen yang mengalami reformasi gereja lewat munculnya aliran Protestan.
Max Weber melihat aliran reformis dalam agama Kristiani, Protestan–Calvinisme atau Lutheranisme–membawa semangat baru yang sejalan dengan kapitalisme dan modernisme.
Bagi Weber, lahirnya Protestan membawa semangat etos kerja yang sejalan dengan kapitalisme dan industrialisasi, hal ini dianggap sebagai titik tolak bangkitnya masyarakat Barat modern.
Produktivitas dalam kerja dan mengumpulkan sumber daya kapital dianggap bagian dari kesalehan dan hal yang dianjurkan agama.
Kita hampir tidak dapat menafikan peran Protestan yang mendorong semangat kapitalisme yang kuat, telah mengubah Barat menjadi peradaban yang maju secara ekonomi dan menjadi masyarakat industri yang produktif.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.