Kupi Beungoh

Sumitronomics di Tanah Rencong: Merawat Gagasan, Menanam Kedaulatan

Di tengah kabut wacana dan riuh rendah pembangunan yang sering kehilangan arah, Aceh barangkali butuh menoleh ke gagasan Sumitro.

Editor: Amirullah
dok pribadi
M. Fauzan Febriansyah, Pendiri MFF Syndicate (Kelompok Kajian Politik & Kebijakan Publik 

Sumitro pernah mengatakan, ”Pembangunan tidak bisa diserahkan kepada pasar. Negara harus hadir sebagai pengarah dan pengendali.” Ini bukan pesan sosialis. Ini adalah kenyataan di negeri agraris yang belum mampu berdiri di atas kakinya sendiri, meski tanah dan airnya berlimpah.

Apa salahnya jika Aceh memiliki BUMD pangan yang bukan hanya nama di papan, tapi benar-benar membeli gabah petani dengan harga pantas, menyimpannya dengan baik, lalu menjual kembali saat harga stabil? Apa salahnya jika kredit tani disalurkan dengan bunga nol dan pendekatan syariah yang manusiawi?

Apa salahnya jika kita kembali membaca Sumitro bukan untuk mengkultuskan masa lalu, tapi untuk menyelamatkan masa depan?

Di negeri yang cepat lupa dan suka ganti arah, pemikiran besar sering ditinggalkan seperti bajak tua di pinggir sawah. Tapi Aceh masih punya waktu. Gagasan Sumitronomics bisa menjadi matahari pagi yang menuntun arah: bahwa ketahanan pangan tidak bisa dibangun dengan proyek-proyek sporadis, melainkan dengan visi yang konsisten, sistem yang kokoh, dan negara yang hadir dari hulu ke hilir. Karena di tanah yang subur ini, yang kita butuhkan bukan hanya cangkul dan benih, tapi juga pikiran yang jernih.

 

Penulis adalah Pendiri MFF Syndicate (Kelompok Kajian Politik & Kebijakan Publik.

KUPI BEUNGOH adalah opini pembaca Serambinews.com. Isi dari setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved