Kesehatan
Kisah Tragis Anak Korban Inses, dr Boyke: Semua Berawal dari Kurangnya Edukasi Seksual Sejak Dini
dr Boyke membagikan cerita mengerikan tentang seorang anak perempuan yang menjadi korban inses ayah kandungnya sendiri, dalam podcast Taulany TV.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM - Seksolog ternama dr Boyke Dian Nugraha membagikan cerita mengerikan tentang seorang anak perempuan yang menjadi korban inses ayah kandungnya sendiri, dalam podcast Taulany TV bersama Andre Taulany.
Dr Boyke menegaskan bahwa semua itu bermula dari kurangnya edukasi seksual sejak dini, minimnya pemahaman soal batasan tubuh, serta hilangnya peran pengawasan orang tua dalam kehidupan anak-anak.
“Saya pernah dapat kasus dari daerah Sumatera. Anaknya perempuan, dia mau menikah, tapi ternyata sebelum itu dia sudah pernah berhubungan intim dengan ayah kandungnya sendiri,” ungkap dr Boyke dalam podcast tersebut dikutip Serambinews.com, Senin (16/6/2025).
Menurut keterangan sang anak, hubungan tersebut terjadi karena sang ibu sudah mengalami menopause dan tidak lagi melayani kebutuhan seksual suaminya.
Dalam kondisi takut menolak sang ayah dan tidak tahu harus bicara kepada siapa, si anak akhirnya menjadi korban berulang.
“Dia takut nolak, takut juga cerita ke calon suaminya. Akhirnya hubungan itu terus terjadi,” jelasnya.
Baca juga: Jadi Ani Ani Ternyata Ada Kursusnya! Dr Boyke Ungkap Trik Jadi Perempuan Idaman Pria Zaman Sekarang
Inses Bisa Terjadi di Mana Saja, Termasuk Rumah Sendiri
Dr Boyke menyebut bahwa inses bisa terjadi antara ayah-anak, ibu-anak, kakak-adik kandung, hingga paman dan keponakan.
Faktor pemicunya bukan hanya nafsu, tapi juga karena tidak adanya batasan fisik yang jelas dalam rumah serta tidak adanya pemisahan ruang tidur.
“Yang penting itu ada hubungan darah. Kalau semua tinggal serumah, orang tuanya kerja, anak-anak tinggal sendiri, ini rawan,” jelasnya.
Kasus inses bukan satu-satunya akibat dari kurangnya edukasi seksual.
Dr Boyke juga menyoroti satu kasus lain, yakni seorang anak laki-laki yang tidak mau menikah karena memiliki trauma mendalam setelah menyaksikan langsung aktivitas seksual orang tuanya semasa kecil.
“Anak ini sampai umur lima tahun tidur di kamar orang tuanya. Dia lihat ibunya sering teriak-teriak tiap malam, dikiranya ibunya kesakitan. Padahal itu teriakan karena enak. Trauma itu yang terus kebawa sampai dewasa,” tuturnya.
Baca juga: dr Boyke: Usia 40 Lampu Merah untuk Melahirkan, Kapan Waktu Terbaik Menikah untuk Pria dan Wanita?
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa anak seharusnya sudah mulai dipisah tempat tidurnya dari orang tua sejak usia dua tahun.
Selain trauma psikologis, inses juga membawa risiko medis yang tinggi.
Menurut dr Boyke, anak yang lahir dari hubungan sedarah berisiko mengalami cacat fisik dan mental akibat bertemunya gen-gen lemah dari kedua orang tua yang masih satu garis keturunan.
“Anaknya bisa lahir dengan kepala miring, wajah tak seimbang, hemofilia, kelainan otak. Karena gen yang lemah ketemu gen yang lemah,” jelasnya.
Sebaliknya, dr Boyke menganjurkan perkawinan lintas etnis atau ras, yang menurutnya justru bisa memperkuat gen keturunan.
“Lihat aja anak-anak artis, banyak yang cakep. Ibunya Indonesia, bapaknya bule atau Arab. Atau orang Sunda nikah sama orang Batak. Gen-nya jadi bagus, kecerdasan, fisik, dan mentalnya juga kuat,” tambahnya.
Baca juga: Benarkah Tidak Boleh Gunakan Sabun di Area Kewanitaan? Ini Penjelasan dr Boyke, Pilih pH yang Tepat
Pentingnya Pendidikan Seksual Sejak Dini
Dr Boyke menegaskan bahwa edukasi seksual bukan bicara soal hubungan seks semata, tetapi pengenalan tubuh, batasan, privasi dan hak anak atas rasa aman terhadap dirinya sendiri. Semua ini harus dimulai sejak anak menunjukkan rasa ingin tahu.
“Saat anak bertanya, jangan dilarang. Jawab dengan jujur dan sesuai usianya. Jangan nunggu anak remaja, itu sudah terlambat,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar orang tua tidak tabu membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tubuh dan seksualitas, karena membungkam anak justru membuka peluang mereka belajar dari sumber yang salah.
Anak Nonton Video Dewasa Karena Kurang Edukasi Seksual? dr Boyke: Peringatan Penting untuk Orang Tua
Fenomena anak-anak yang secara diam-diam mengakses video pornografi semakin sering terjadi.
Namun, alih-alih langsung menyalahkan anak, seksolog dr Boyke menilai bahwa masalah ini justru berakar dari minimnya pendidikan seksual sejak dini.
Hal tersebut disampaikan dr Boyke saat berbincang dengan Gofar, Host program Podcast Warung Kopi (PWK) yang diunggah di kanal YouTube HAS Creative.
Baca juga: Anak Nonton Video Dewasa Karena Kurang Edukasi Seksual? dr Boyke: Peringatan Penting untuk Orang Tua
"Salahnya (menonton video begitu) karena tidak mendapatkan pendidikan seks, jadi larinya ke hal-hal seperti itu seperti video pornografi," kata dr Boyke, dikutip Serambinews.com, Rabu (4/6/2025).
dr Boyke mengungkap, saat ini banyak orang tua salah paham terkait edukasi seksual.
“Banyak yang salah paham. Ketika saya bicara soal pentingnya pendidikan seks, orang tua langsung takut anaknya diajari hal-hal seperti cara berciuman atau posisi hubungan intim. Padahal itu bukan pendidikan seksual, itu pendidikan pranikah,” jelasnya.
Menurutnya, pendidikan seksual sejatinya bertujuan melindungi anak, bukan mendorong mereka untuk melakukan hubungan seks. '
Edukasi seksual ini mencakup pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, batasan tubuh, hingga cara mengatakan “tidak” saat merasa tidak nyaman.
Salah satu konsep yang perlu dikenalkan adalah “Rule of PANTS”, yaitu aturan sederhana yang mengajarkan anak bahwa bagian tubuh pribadi tidak boleh disentuh orang lain, kecuali dalam situasi medis dan dengan izin.
Baca juga: Kenapa Suka Sama Saudara Kandung? Ini Kata dr Boyke soal Inses, Faktor Psikopat hingga Dibully
“Seringkali kekerasan seksual terjadi karena anak tidak tahu bahwa tubuh mereka punya batasan. Mereka diam karena pelakunya orang dekat, seperti paman sendiri,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa pendidikan seksual harus dimulai sejak anak mulai bertanya.
Bukan dengan memberikan semua informasi sekaligus, tapi dengan penjelasan bertahap sesuai usia.
Contohnya, jika anak bertanya mengapa tidak boleh menonton film dewasa, orang tua sebaiknya memberi jawaban jujur namun tepat:
“Katakan saja, kamu belum cukup umur. Nanti ada saatnya ketika kamu sudah dewasa. Sama seperti menyetir mobil, kamu harus punya SIM dulu.”
Ia juga mengingatkan bahwa anak-anak bisa terpapar risiko hanya karena hal kecil, seperti memakai name tag di sekolah.
Banyak kasus terjadi karena orang asing memanggil nama anak dan berpura-pura mengenal mereka, padahal hanya membaca dari name tag.
Pendidikan seksual bukan sekadar bicara soal seks, tetapi tentang menghargai tubuh sendiri, menjaga diri, dan mencegah kekerasan seksual.
Orang tua dan pendidik diimbau untuk tidak tabu membahasnya, karena justru diam bisa berbahaya.
(Serambinews.com/Firdha Ustin)
inses
dr Boyke
Anak Korban Inses
hubungan sedarah
edukasi seksual
PENDIDIKAN SEKS ANAK
cara cegah inses
trauma seksual pada anak
dr boyke taulany tv
PARENTING DAN SEKSUALITAS
Mana yang Lebih Berbahaya Antara Mi Instan dan Bumbunya? Ini Penjelasan Para Ahli Gizi |
![]() |
---|
Tak Semua Sayur Harus Dimasak, 5 Sayur Ini Malah Lebih Sehat Dimakan Mentah |
![]() |
---|
4 Minuman yang Baik untuk Menurunkan Gula Darah, Murah dan Mudah Didapat |
![]() |
---|
Minumlah Saat Baru Bangun Tidur, dr Zaidul Akbar Ungkap Manfaat Pentingnya |
![]() |
---|
Waktu Terbaik Minum Air Rebusan Serai, Simak Manfaatnya dan Efek Samping Jika Dikonsumsi Setiap Hari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.