Kupi Beungoh

Pemuda dan Aceh Utara Bangkit

Kita harus mengakui, pemuda Aceh Utara hari ini berada pada persimpangan jalan yang rumit. Di satu sisi, potensi mereka sungguh besar

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Rifki Ismail, S.Ag., MPd, Ketua Umum Ikatan Pemuda Aceh Utara (IPAU) Banda Aceh, ASN Kanwil Kemenag Aceh 

Oleh Rifki Ismail, S.Ag., MPd*)

Slogan “Aceh Utara Bangkit” yang diusung sebagai visi-misi Pemerintah Aceh Utara periode 2025–2030 bukanlah sekadar barisan kata-kata indah yang terpajang di baliho atau terpampang di dokumen resmi. 

Ia adalah sebuah janji politik yang menuntut jawaban moral dan kerja keras nyata. 

Namun di balik gegap gempitanya, muncul pertanyaan mendasar yang wajib dijawab dengan jujur: “Bangkit untuk siapa, dan bagaimana caranya?” 

Sebagai bagian dari generasi muda Aceh Utara, kita tidak boleh terjebak pada euforia kosong atau retorika palsu. Kita harus berani memaknai kata “bangkit” dengan jujur, dalam, dan kontekstual. 

Bangkit bukan hanya berarti membangun jalan, pasar, atau kantor pemerintahan megah. 

Bangkit harus berarti menegakkan kembali martabat rakyat, memulihkan ekonomi, memberdayakan masyarakat miskin, melahirkan generasi cerdas, menegakkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, melestarikan adat budaya, dan membangun kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan, warisan leluhur, serta kebersamaan dalam keluarga dan gampong.

Baca juga: Deklarasi Aceh Utara Bebas Narkoba 2030: Gaungkan Kolaborasi Warga, Pemerintah dan Penegak Hukum

Kita harus mengakui, pemuda Aceh Utara hari ini berada pada persimpangan jalan yang rumit. Di satu sisi, potensi mereka sungguh besar. 

Mereka adalah generasi yang lebih terdidik, melek teknologi, memiliki semangat religius, dan pewaris budaya kaya seperti rapai Pasee, seudati, peusijuek, serta tradisi hikayat yang indah. 

Namun di sisi lain, berbagai problematika sosial dan kultural sedang menggerogoti akar kekuatan itu.

Maraknya pergaulan bebas, seks pranikah, bahkan kasus aborsi terselubung adalah luka sosial yang tidak bisa diabaikan. 

Sering kita mendengar berita tentang geng motor yang membuat resah masyarakat, narkoba yang menghancurkan masa depan pemuda, judi daring yang merajalela diam-diam bahkan di kampung-kampung.

Banyak anak muda terjebak di warung kopi, menghabiskan waktu tanpa arah yang jelas, sementara himpitan ekonomi memaksa sebagian mereka mengambil jalan pintas yang salah.

Selain itu, pengangguran menjadi momok menakutkan. Banyak lulusan sekolah menengah dan bahkan sarjana yang tidak mendapat pekerjaan layak atau sekadar menjadi pekerja informal dengan upah murah.

Frustrasi sosial tumbuh, membuat mereka rentan pada rayuan narkoba, judi, atau aktivitas kriminal lainnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved