Wawancara Eksklusif
Wali Nanggroe Aceh, Perlu Tim Adhoc Awasi Dana Otsus Aceh
Selengkapnya hasil wawancara bersama Malik Mahmud ini dapat disaksikan dalam bentuk video wawancara di kanal Youtube Serambinews.com
Sebenarnya, pembangunan di Aceh ini ada di tepi jalan. Kita kalau naik mobil dari Banda Aceh ke Kuala Simpang, itu pembangunan Aceh kiri kanan jalannya kan semrawut semuanya. Kemudian dari Banda Aceh ke Singkil melalui laut, sebelah barat demikian juga. Dari Bireuen ke Takengon sama juga. Padahal negeri kita indah sekali, gunung, danau, pantai, sungai-sungainya, indah sekali. Tapi cara pembangunannya semrawut. Ini saya tidak puas. Tapi apa yang sudah telanjur ya sudahlah, karena masalahnya orang yang mengelola itu tidak menjalankan tugasnya sesuai dengan cita-cita kita.
Bagaimana pendapat wali soal adanya usulan pembentukan tim adhoc untuk mengawasi dana Otsus?
Betul, memang saya pernah bicara hal ini dulu dengan Pak Jokowi, satu jam di istana bicara. Saya bilang saya kecewa dengan banyaknya uang itu, tapi pembangunannya tidak sesuai harapan. Bahkan juga ekonomi Aceh dikatakan daerah termiskin di Sumatera. Ini kan sebenarnya tidak bisa kita terima, tetapi memang ada sebab-sebabnya. Jadi bagi saya, pernah saya bilang ke Pak Presiden menginginkan supaya Otsus diteruskan. Tetapi kali ini, kita harus membentuk tim pemerintah termasuk dari Lembaga Wali Nanggroe, satu tim dan nanti kita libatkan tenaga-tenaga ahli antara masalah ekonomi, politik, sosial budaya, pembangunan, dan lain sebagainya. Maka dalam satu badan itu untuk memberi masukan dengan pemerintah dan kita kawal uangnya kemana. Kalau ada suatu proyek kita tahu berapa proyeknya, kita jadi tahu misalnya proyek itu uangnya sekian. Jadi ada tahap-tahapnya dari satu, dua, tiga, sampai empat. Jadi pengelolaannya betul-betul terarah, harus fokus.
Saya yakin, kalau orang dalam pemerintah, kalau dia mengerti apa yang kita maksudkan itu, maka akan dilakukan (perpanjangan Otsus) demi untuk masa depan Aceh. Dan juga kalau orang dalam pemerintah memperpanjang Otsus, mereka kan bagus artinya menjalankan amanah masyarakat dan mereka tercatat dalam sejarah.
Kita bangsa Aceh sebenarnya pernah besar sebagaimana yang dilakukan oleh indatu kita pada zaman dulu. Jadi menurut saya sejarah Aceh harus dipelajari oleh anak Aceh, kalau bisa oleh orang tuanya sendiri. Kemudian di sekolah dari SD itu harus diajarkan sejarah Aceh menurut tingkatannya, juga di pesantren sampai ke tingkatan universitas, harus tahu sejarah Aceh. Bagaimana indatu itu membangun satu bangsa yang hebat dalam segala lini kehidupan, dan bagaimana juga runtuhnya kita, dan kenapa runtuhnya Aceh, karena ini biasanya berulang. Jadi harus dipelajari, jangan selalu bilang "oh Aceh dulu Aceh hebat". Jadi sekarang bagaimana ini kita bikin Aceh hebat kembali.
Saya selalu mengingatkan kepada jajaran pemerintahan "jangan rebutan peng griek". Tapi dalam pemerintahan itu apa yang perlu dicapai dalam lima tahun untuk masyarakat. Karena bagi saya begini, kalau lima tahun ini kita dapat membangun dengan baik, berarti apa yang kita cita-citakan dalam peningkatan ekonomi akan berlaku, akan dinikmati oleh semua orang. Jadi ini yang perlu kita sadari.
Dengan adanya tim adhoc dan Otsus diperpanjang, mau dibawa ke mana Aceh ini ke depan?
Saya minta kepada Pemerintah Aceh tim adhoc nanti ada di bawah Lembaga Wali Nanggroe, jadi nanti orang di samping saya terdiri dari orang yang ahli dalam bidang masing-masing, ahli ekonomi. Ekonomi ini ada bermacam-macam kan, ada pertanian, perikanan, dan kemungkinan industri, dan dagang luar negeri itu ada satu. Kemudian yang mengatur pemerintahan. Kemudian nanti orang-orangnya tidak tetapkan yang menurut kepentingan di situ. Nanti kita cari juga satu dua orang ulama sebagai penasihat dan memberi pandangan apa yang boleh dan apa yang tak boleh. Jadi nanti kami namanya think tank (lembaga pemikir). Jadi kami membantu Pemerintah Aceh, dalam hal ini bagi gubernur. Jadi kami beri pandangan atau guidance. Dan kalau perlu nanti orang-orangnya tidak mesti orang Aceh, kita ambil juga orang dari mana, yang ahli dan rela untuk membantu Aceh. Apakah dari Jakarta atau dari luar negeri. Dengan adanya tim ini nanti kita bisa memberi masukan yang baik kepada Pemerintah Aceh.
Ada satu lagi yang penting, pengelolaan uang, yang harus kita kuasai. Mengingat kita ada hubungan dengan pemerintah Singapura, jadi bisa kita kirim orang-orang Pemerintah Aceh pergi ke Singapura untuk pelajari mereka mengelola uang. Kita pelajari cara mengelola keuangan di dalam pemerintah dan pengelolaan keuangan simpanan rakyat (bank).
Karena di sini kalau saya perhatikan, umpannya bank kita, Bank Aceh itu kan besar. Tetapi, kenapa bank Aceh itu di Aceh saja tidak ada satu gedung yang hebat. Orang Aceh ramai di Medan, di Jakarta, tapi tidak ada cabang kita yang hebat. Saya lihat kalau di kota-kota besar, di Indonesia ini kan, kita lihat bank Singapura-Malaysia ada itu UOB, kemudian ada PBS, Standard Chartered dan lain-lain itu gabungan Singapura dengan Malaysia sebenarnya. Padahal Singapura dengan Malaysia kan sudah lain dari negara, tetapi kalau bank itu satu mereka. Satu mereka dan sekarang bank-bank itu sekarang beroperasi di seluruh Indonesia. Itu perlu belajar, harus belajar di sana. Saya bisa hubungi mereka itu untuk bikin kerja sama.
Dulu tahun 50-an saudagar Aceh membentuk satu bank di Medan, Bank of Sumatra. Kenapa sekarang nggak bisa? Kalau yang dari Singapura, Malaysia, itu gedungnya sampai 30 tingkat kan terpampang dia punya merek di situ. Kalau punya kita hanya ruko.
Ada yang ingin Wali sampaikan lagi?
Saya tambah masalah sejarah sedikit. Saya sebagai Wali Nanggroe ini memang rencana akan pergi menelusuri beberapa negeri untuk mengumpulkan sejarah-sejarah Aceh. Karena buku yang ada di sini adalah istilahnya hanya sporadik. Jadi, saya ingin kita kumpulkan, mencari, menggali sejarah Aceh di Indonesia ini, di Eropa, Amerika juga, banyak sebenarnya. Itu kita kumpulkan nanti menjadi sejarah resmi yang wajib kita pelajari. Nanti kita akan tulis sejarah Aceh yang resmi dan wajib dipelajari oleh sekolah-sekolah, karena basic kita sebagai orang Aceh itu sejarah kita. Sejarah kita tidak kalah dengan Eropa, karena sejarah Aceh sewaktu dengan sejarah besar di Eropa. Cuma mereka sejarahnya ada catatan, kita hilang. Maka harus kita bongkar kembali, ada banyak di luar negeri.(Rianza Alfandi)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.