Perjalanan Hidup Kwik Kian Gie Ekonom Senior yang Meninggal Dunia pada Usia 90 Tahun
Jenazah Kwik Kian Gie kemudian disemayamkan di Rumah Duka Sentosa, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).
Orang tua: The Kwie Kwie, Kwik Hway Gwan
Jejaknya Bergabung dengan Intel RI di Belanda
Setelah lulus tingkat persiapan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Kwik melanjutkan studinya ke Nederlandsche Economische Hogeschool, kini Universitas Erasmus, di Rotterdam, Belanda pada 1956.
Awal 1960, konflik Belanda dan Indonesia memanas dalam persengketaan wilayah Irian Barat.
Mulanya, setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949, Belanda menolak klaim setengah dari wilayah Nugini (Papua) yang dikuasai Belanda ada di wilayah Hindia Belanda.
Indonesia yang baru saja berdiri, menyatakan berhak penuh atas semua wilayah koloni Belanda.
Akhir 1961, Presiden Sukarno mencetuskan Tri Komando Rakyat (Trikora), yang antara lain berisi perintah membatalkan negara boneka Papua buatan Belanda.
Tak lama, Operasi Trikora diumumkan untuk mengadakan operasi militer menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Akibatnya, hubungan diplomatik pun diputus.
Situasi ini berdampak terhadap para mahasiswa yang tengah belajar di Belanda.
Hanya mahasiswa yang membiayai studinya dengan uang sendiri yang diizinkan kuliah di Belanda.
Kwik menjadi bagian dari mahasiswa kategori ini.
“Masyarakat (Belanda) sangat memusuhi Indonesia. Setiap hari, pers Belanda menghujat Indonesia karena politik Bung Karno yang bukan hanya konfrontasi, tetapi berperang merebut Irian Barat,” kata Kwik dalam buku Menelusuri Zaman: Memoar dan Catatan Kritis Kwik Kian Gie (2017).
Kemudian, Mohammad Samadikun—seorang teman Kwik yang baru menyelesaikan studinya di Rotterdam—mengajaknya bergabung dalam kelompok mahasiswa yang melakukan operasi intelijen untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam merebut Irian Barat.
Beberapa kegiatan dilakukan kelompok ini. Yang rutin adalah melobi politisi Belanda, terutama para anggota Tweede Kamer (parlemen) yang pro terhadap pengembalian Irian Barat.
“Kami mendekatinya dengan menghadap mereka, mengatakan dengan adanya konflik dan tidak adanya KBRI, kami mengalami berbagai kesulitan, stres, dan ingin mohon advis dari mereka sambil berdiskusi bagaimana kami bisa berbuat sesuatu,” ujar Kwik dalam buku Menelusuri Zaman: Memoar dan Catatan Kritis Kwik Kian Gie (2017).
“Kami banyak berdiskusi dengan politisi Belanda untuk memperoleh dukungan yang cukup dari politisi berpengaruh agar pemerintah Belanda mau menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia tanpa berperang.”
Jelang Kick Off, Persiraja Banda Aceh Masih Buru Pemain untuk 2 Posisi Ini |
![]() |
---|
Gunakan Jas Hitam Mantan, Mantan Bupati Aceh Timur Rocky Penuhi Panggilan Kejari |
![]() |
---|
India Nyatakan Perang Dagang dengan AS usai Trump Berlakukan Tarif 50 Persen |
![]() |
---|
Butuh Modal Usaha? Baitul Mal Banda Aceh Buka Pendaftaran Bantuan Modal Usaha, Baca Syaratnya |
![]() |
---|
Penumpang Lompat dari KMP Aceh Hebat 2 Sudah Dipulangkan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.