Jurnalime Warga
‘One Day One Ayat’, Program Religius Pidie yang Lahir dari Ide Seorang Guru
Gagasan ini lahir bukan dari ruang rapat pemerintahan, melainkan dari ruang pembelajaran dan pengalaman panjang di dunia pendidikan
Untuk Juz Amma (juz ke-30) sendiri yang terdiri atas 37 surah dan 564 ayat, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar tiga tahun. Artinya, siswa yang konsisten bisa menamatkan hafalan Juz Amma saat naik ke kelas IV SD.
Respons pemkab
Gagasan ini mendapatkan sambutan hangat dari Wakil Bupati M. Iriawan. Tak butuh waktu lama, hanya sekitar tiga bulan setelah presentasi Abdul Hamid, Bupati Sarjani Abdullah secara resmi meluncurkan program ‘One Day One Ayat’.
Peluncuran perdana dilakukan di SD Negeri 3 Beureunuen yang lebih dikenal masyarakat sebagai SD Boh Itek. Kepala Dinas Pendidikan saat itu, Drs Bukhari Tahir MPd, turut hadir dan mendukung penuh implementasi program ini di sekolah-sekolah.
Sejak itu, ‘One Day One Ayat’ menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pidie dalam membentuk generasi qurani, memperkuat karakter islami anak-anak sejak usia dini, dan memperkokoh identitas religius masyarakat Pidie.
Dampak nyata
Pelaksanaan ‘One Day One Ayat’ membawa dampak yang signifikan. Banyak sekolah mulai menerapkan metode ini secara terstruktur dalam rutinitas harian siswa. Sebelum pelajaran dimulai, siswa meluangkan waktu membaca dan menghafal ayat Al-Qur’an secara konsisten.
Kegiatan ini juga melibatkan guru sebagai pendamping dan motivator. Guru tidak hanya mengawasi, tetapi juga turut membaca dan menyemangati siswa. Di beberapa sekolah, kegiatan ini dipadukan dengan program tahfiz secara kelompok sehingga tercipta suasana belajar yang lebih spiritual dan kolaboratif.
Tidak sedikit pula orang tua siswa yang merasakan manfaat langsung. Anak-anak menjadi lebih disiplin, terbiasa membaca Al-Qur’an setiap hari dan semakin percaya diri dalam kegiatan keagamaan.
Evaluasi dan harapan
Meski telah menjadi ikon, perjalanan ‘One Day One Ayat’ tentu tidak terlepas dari tantangan. Salah satunya adalah keberlanjutan program ini di tengah pergantian kepemimpinan daerah dari Sarjani-M. Iriawan kepada Roni Ahmad-Fadlullah tidak lagi terdengar. Namun, setelah terpilih kembali Sarjani-Azizi (2025-2029), semangat dari konsep ini telah hidup kembali. Baca Al-Qur’an telah menyatu dalam kultur belajar sebagian besar sekolah di Pidie.
Setelah itu, Hamid pun pindah tugas menjadi Kepala Tata Usaka PPMG Pidie, Pidie Jaya, lalu pindah sebagai Kacabdisdik Takengon, Kacabdisdik Sabang, dan sekarang Kacabdisdik Bireuen. Namun, ia tetap aktif membimbing generasi muda dan terus menyuarakan pentingnya pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Al-Qur’an.
Hamid tidak butuh pujian. Ia hanya ingin anak-anak Pidie punya bekal kuat saat merantau, mengngat awak Pidie adalah bangsa perantau, maka bekal utama kita adalah akhlak dan ilmu dari Al-Qur’an.
Penutup
Sejarah ‘One Day One Ayat’ di Kabupaten Pidie menjadi bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari ide sederhana seorang guru yang peduli pada masa depan generasi muda. Dengan visi yang jelas, pendekatan ilmiah, dan dukungan dari pemerintah, program ini berhasil menyentuh ribuan siswa dan mengakar kuat dalam sistem pendidikan Pidie.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/ABDUL-HAMID-one-day-one-juz.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.