Kupi Beungoh

26 Tahun Keistimewaan Aceh: Menyoal Keseriusan Pemda-DPRA dalam Mengembalikan Kejayaan Pendidikan

Adapun Keistimewaan Aceh meliputi bidang agama (Islam), pendidikan, adat dan kebudayaan, serta peranan ulama dalam kebijakan daerah.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Maysarah Hasani, Alumnus PPs UIN Ar-Raniry, guru pada sejumlah sekolah di Aceh Besar dan Banda Aceh, terutama Darul Ihsan Krueng Kale 

Sultanah Safiatuddin meminta Syeikh Nuruddin mengarang karya ilmiah, baik dalam bahasa Melayu atau Arab. Salah satunya kitab yang berjudul Hidayatul Imam yang disunting kebutuhan kepentingan masyarakat umum (Mohammad Said 1981: 382).

Karya tulis ilmiah tersebut menjadi salah satu kekayaan ilmu pengetahuan para sultanah dalam kepemimpinannya. Dalam buku Jatuh Bangun Kerajaan Aceh bahwa diantara karya Nuruddin Ar-Raniry yaitu Bustanul Salatin, Syifau A-Qulub, Tanbihul al-Awwaam, dan hampir mencapai lima puluh kitab yang beliau tulis (Mohammad Said, 1981: 66).

Ketiga, memberikan Beasiswa bagi Ulama untuk Belajar ke Luar Negeri. Kemaujuan ekonomi masa kesultanan Safiatuddin  dengan pihak luar jelas tergambar dalam hubungan dagang digambarkan oleh Syeikh Nuruddin dalam karya fenomenalnya Bustanus Salatin seperti disebutkan oleh A. Hasjmy bahwa Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultanah Safiatuddin sangat makmur, bahan sandang pangan sangat murah.

Hal itu karena kebijaksanaan Sultanah dalam memimpin negara (Hasjmy, 1997 :51). Jika negara aman dan sejahtera, diperkirakan memiliki kekayaan yang banyak dan dapat dipergunakan dengan semestinya oleh Sultanah Safiatuddin.

Salah satu kebijakannya yaitu memberikan beasiswa bagi ilmuwan untuk belajar ke luar negeri. Salah satu pakar yang berasal dari Aceh juga yang terkenal cerdas keilmuannya dalam dunia pendidikan seperti Syeikh Abdur Rauf As-Singkili (Hasbi Amiruddin, 2006: 41).

Telah disebutkan dalam buku “59 Tahun Aceh Merdeka di Bawah Pemerintahan Ratu” bahwa Sultanah Safiatuddin memberikan sokongan modal belajar bagi Abdurrauf As-Singkili dengan mengirimkan beliau ke luar negeri Aceh seperti ke Malaysia, India, Baghdad, Madinah dan Makkah (Hasjmy, 1997 :51).

Oleh karena itu para ulama yang belajar keluar negeri dan ketika ia kembali ke Aceh, maka ilmunya sangat dimuliakan dan diapresiasikan penuh oleh Sultanah Safiatuddin demi kemajuan pendidikan.

Sultanah Safiatuddin sangat visioner atau memiliki visi yang jauh ke depan. Ia  berpikir jauh ke depan dengan pola yang sangat maju yaitu membiyai pendidikan anak bangsa untuk belajar ke luar negeri. Hal tersebut dirujuk dan diikuti oleh hampir semua negara saat ini.

Selain itu sultanah juga membangun infrastruktur kependidikan seperti membangun menasah sebagi pusat pendidikan, membangun lembaga pendidikan Dayah, dan membangun perpustakaan.

Bagaimana cara kembalikan kejayaan pendidikan masa lalu itu oleh Pemda Aceh? Kejayaan Aceh yang telah menjadi salah satu sejarah yang dapat dibanggakan bagi generasi Aceh saat ini, namun kejayaan tersebut sangat disayangkan jika hanya menjadi kisah masa lalu yang indah namun tidak terjadi lagi di masa modern ini.

Pendidikan menjadi salah satu kunci kemajuan sebuah bangsa. Bangsa Aceh dulunya menjadi bangsa yang maju karena berkat dari pendidikan yang gemilang. 

Cara mengembalikan  kejayaan Aceh masa lalu oleh Pemda setidaknya dapat meneladani kepemimpinan sultan Iskadar muda dan Safiatuddin dengan menyejahterakan pendidikan dengan meningkatkan kualistas SDM dan pembanguna infrastrukturnya. 

Pemda dapat menjalankan pogram semangat literasi masyarakat Aceh dengan menulis dan membaca serta mempelajari berbagai bidang ilmu, salain itu pemerintah juga dapat memberikan beasiswa merata dan pendidikan gratis bermutu  untuk setiap masyarakat Aceh. Membangun sekolah dan dayah serta perpustakaan yang lebih banyak lagi.

Akhir kata, kami berharap komitmen anggota DPRA, Khalid SPdI, menjadi titik awal reinkarnasi kejayaan pendidikan Aceh di level nasional dan Dunia Melayu. Khalid perlu membahani dinas-dinas terkait dengan program jitu dalam mengangkat mutu pendidikan Aceh, terutama dalam Kajian Islam. Semoga!

Banda Aceh, 11 Agustus 2025

 

PENULIS adalah Maysarah Hasani, Alumnus PPs UIN Ar-Raniry, guru pada sejumlah sekolah di Aceh Besar dan Banda Aceh, terutama Darul Ihsan Krueng Kale

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved