Breaking News

Jurnalisme Warga

Pengalaman Pertama Menulis Buku

Awalnya, rencana menulis buku itu muncul ketika ngobrol di rumah bersama keluarga. Ide itu muncul dari ayah atau biasa kami panggil Abi.

Editor: mufti
IST
MUTIARA ADIVA, murid  baru SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe, melaporkan dari Panggoi, Kota Lhokseumawe 

Tak lama kemudian, buku versi yang sudah dicetak itu pun sampai di rumah, dikirim dari Yogyakarta. Keluarga, nenek dan kakek, semuanya mengucapkan selamat atas terbitnya buku saya. Selain keluarga, saya tidak memberi tahu orang lain bahwa saya sudah menulis buku. Teman di sekolah pun tidak tahu.

Pelajaran penting yang saya dapatkan dari pengalaman menulis ini adalah bertambahnya kosakata baru dan semakin lancer menulis. Ternyata, saya juga bisa menulis buku. Saya yakin, semua orang juga bisa menulis buku seperti saya.

Saran saya, jika ada teman-teman yang masih SD atau SMP yang ingin menulis buku, mulai saja dulu menulis. Tidak apa-apa jika banyak salah atau kurang, nanti lama-lama akan jauh lebih baik. Saya pun berencana untuk menulis buku ke-2 saya.

Adik juga tulis buku

Muhamamd Afkar, adik saya yang masih kelas 3 SD, juga sudah berhasil menulis buku. Judul bukunya, “Petualangan Afkar”. Jadinya, ketika setiap malam menulis, saya tidak sendirian, ada adik saya juga. Afkar juga menulis tentang kesehariannya. Tentang cerita di rumah, di sekolah, dan di tempat mengaji. Dia juga pernah salah ketika menulis dan dia perbaiki lagi.

Begitu juga dia kadang-kadang merasa malas ketika menulis. Saya juga merasakan itu. Ketika saya bertanya pada adik saya, apa yang dia rasakan saat menulis? Kata Afkar, dia merasa lupa pada hal lain saat menulis. “Oh, itu namanya sedang fokus,” abi saya menjelaskan.

Setiap malam, setelah selesai menulis, kami berdua menyerahkan hasil tulisan kami ke abi. Lalu, abi membacanya. Terkadang, kami harus menulis lagi untuk menambahkan cerita. Saya dan adik saya sering lupa menulis tentang perasaan atau bagian yang menarik.

Saya dan adik menulis semua cerita itu hampir satu tahun lamanya. Awal menulis ketika saya naik kelas 6 SD dan baru selesai ketika menjelang lulus dari SD. Bahkan bukunya baru dicetak ketika saya lulus SD.

Syukurnya, biaya percetakan buku ini ditanggung oleh SD Sukma Bangsa Lhokseumawe karena di sekolah kami ada program yang namanya “Kenduri Buku”. Jadi, siapa pun yang mau menulis buku akan dibiayai oleh sekolah. Guru-guru di Sekolah Sukma Bangsa juga menulis buku dan ongkos cetaknya dibayar oleh sekolah. Ada juga yang menulis bersama teman-teman sekelas. Ada yang menulis pantun, puisi, cerita sehari-hari, dan banyak lagi. Setiap satu kelas biasanya akan menerbitkan satu buku. Setiap tahun begitu.

Saya mengucapakan terima kasih kepada Abi dan Umi, juga adik Afkar yang selalu menjadi teman selama menulis, walau kadang kami sering berantem. Terima kasih juga kepada wali kelas saya, Bapak Zaldi, yang telah menyemangati saya, dan kepada seluruh guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe. Terima kasih kepada kepala SD yang telah membayar biaya cetak buku kami. Buku “Catatan Harian Adiva” dan “Petualangan Afkar” kini sudah tersedia sebagai koleksi di Perpustakaan Sukma Bangsa Lhokseumawe. Saya dan adik saya masing-masing mendapatkan satu buku sebagai kenang-kenangan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved