Kupi Beungoh
Muhammad, Nabi Ramah Anak dan Perempuan
Beliau berasal dari garis keturunan bangsawan Arab, sosok yang paling dipercaya dan memimpin yang mampu menyatukan kabilah Arab
Dalam riyawat tersebut, sang ibu dari bayi itu adalah Ummu Qais bin Mihshan, seorang shahabiyah Makkah yang awal mula memeluk Islam. Kecintaan rasulullah kepada anak-anak, bahkan kepada seorang bayi sekalipun terungkap jelas dalam hadits ini.
Beliau lebih menjaga kembang-tumbuh jiwa bayi itu daripada kotornya pakaian beliau. Bahkan rasulullah secara langsung mengedukasi kita bahwa Islam tidak membenarkan perilaku kasar kepada anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan jiwanya kelak.
Keberpihakan Rasulullah kepada kaum perempuan juga bisa ditemukan dalam khutbah (pidato) beliau pada saat melaksanakan Haji Wada’ (haji perpisahan) 632 M/10 H, tepatnya pada wuquf di padang Arafah.
Baca juga: Kemarin Naik, Harga Emas Antam Hari Ini Berapa? Cek Sekarang Rinciannya Pada 20 Agustus 2025
Dalam kesempatan tersebut beliau menekankan pentingnya mengayomi para istri dan mebjadi pelindung kaum perempuan. Karena mereka itu mempunyai hak atas suami dan ayahnya untuk mendapatkan kelembutan, kasih sayang, perlindungan dan keterpenuhan sandang, pangan dan pakaian serta kenyamanan dalam keluarga.
Sebagai manusia kaum perempuan harus terbebas dari segala penindasan, kekerasan, diskrimanasi dan segala bentuk kedhaliman dan ketidakadilan.
Dalam ajaran Islam kaum perempuan, anak kaum orang yang sudah berusia lanjut harus mendapatkan perioritas perlindungan baik dalam suasana damai apalagi dalam kondisi perang.
Penghargaan Nabi terhadap kaum perempuan baik sebagai ibu, istri maupun anak dapat ditemukan dalam sejumlah hadits Nabi baik yang berupa ucapan, perbuatan maupun sikap Nabi sendiri.
Perempuan sebagai ibu diberikan kedudukan tiga kali lipat dari kedudukan ayah, perempuan sebagai istri diperintahkan untuk bergaul secara makruf, dan perempuan sebagai anak dianjurkan untuk mencurahkan kasih sayang tanpa membedakan dengan anak laki-laki.
Di saat bangssa Arab memandang rendah kaum perempuan dan khususnya anak perempuan Nabi justru memulikannya.
Jarang dan bahkan tidak pernah ada dalam tradisi kaum jahiliyah seorang suami atau ayah bergaul setara dengan istri dan anak perempuannya, konon lagi menghormatinya. Kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah justru menghapus tradisi kaum jahiliyah yang memandang rendah anak perempuan.
Nabi sendiri mencohkan bagaimana Islam memperlakukan istri dan anak perempuan.
Nabi sangat memancai para istrinya, mengajak bersama kemanapun Nabi pergi bahkan ke medan perang sekalipun. Rasulullah ikut membantu pekerjaan rumah tangga, menghibur di kala sedih, bersikap romantis, meluangkan waktu untuk bermain bersama, dan melibatkan istri dalam merencakanan sesuatu pekerjaan penting, membantu istri kala dalam kesulitan, menghargai setiap ikhtiar istri, serta tidak pernah menyakiti hati istri beliau baik secara fisik maupun verbal.
Dalam sebuah hadits yang cukup populer diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan hadits ini diterima langsung dari istri Nabi, Siti Aisyah, Rasulullah bersabda; “sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya, dan aku adalah orang yang terbaik diantara kalian terhadap istriku”. Sehingga pantas saja di hadits yang lain Nabi bersabda; “rumahku adalah syurgaku”.
Bagaimana kondisi umat Islam hari ini bila bercermin pada keteladanan yang telah diwariskan oleh suri teladan Rasulullah khususnya dalam memperlakukan kaum perempuan dan anak-anak?
Baca juga: 8.000 Honorer di Aceh Utara Diusul Jadi PPPK Paruh Waktu
Di negeri-negeri yang mayoritas penduduknya muslim seperti Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Banglades, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Yaman dan sejumlah negeri-negeri muslim di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya, kondisi kehidupan kaum perempuan dan anak-anak belum begitu mengembirakan. Mereka masih berada pada posisi di bawah tekanan setting sosial yang kurang menghargai keberadaan kaum perempuan konon lagi anak-anak.
Pajak Sama Mulianya dengan Zakat: Tafsir Baru atau Distorsi Syariat? |
![]() |
---|
Refleksi Kemerdekaan dalam Menikmati Kemerdekaan |
![]() |
---|
RAPBN 2026: Alokasi Ambisius, Harapan Besar, dan Tantangan Implementasi |
![]() |
---|
Revitalisasi Nilai-Nilai Kemerdekaan Dalam 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia |
![]() |
---|
Aceh dan Kemerdekaan yang Masih Tertunda |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.