Liputan Eksklusif Aceh
Cerita Wika Anjani, Menyerah Hingga Putus Sekolah Karena tak Ada Uang Jajan
Tapi kisah Wika sedikit berbeda. Ia bukan tidak mampu beli seragam atau membayar SPP. Ia berhenti sekolah hanya karena tidak ada uang jajan
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Di balik senyumnya yang lembut dan suaranya yang pelan, tersimpan cerita getir dari seorang pria belia bernama Wika Anjani.
Di usianya yang kini menginjak 17 tahun, ia seharusnya duduk di bangku kelas tiga SMA yang sibuk mempersiapkan masa depan. Namun kenyataan berkata lain.
Wika Anjani, warga Gampong Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, adalah satu dari ribuan anak di daerah itu yang terpaksa putus sekolah karena masalah ekonomi.
Tapi kisah Wika sedikit berbeda. Ia bukan tidak mampu beli seragam atau membayar SPP. Ia berhenti sekolah hanya karena tidak ada uang jajan.
“Saya berhenti sendiri, Pak. Karena tidak ada uang jajan,” ungkap Wika dengan lirih saat ditemui di sebuah mushalla tempat ia mengikuti pengajian bersama forum mualaf di Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, Jumat (22/8/2025).
Baca juga: Lebih dari 1.000 Anak Putus Sekolah di Aceh Barat, Pemerintah Dorong Program Pendidikan Alternatif
Wika keluar dari sekolah tiga tahun lalu, tepat ketika ia duduk di kelas III SMP Muhammadiyah Meulaboh, saat menjelang mengikuti ujian akhir.
Keputusannya saat itu bukan karena dipaksa atau dilarang. Ia sendiri yang memilih menyerah.
“Sebenarnya saya ingin sekali sekolah, tapi sekarang, rasanya sudah tidak mungkin lagi,” lanjutnya.
Duduk bersila di sudut mushalla, mengenakan peci hitam dan mengenakan baju oblong putih dan memakai kain sarung, Wika terlihat seperti pemuda biasa.
Namun jauh di dalam dirinya, ia menyimpan cita-cita besar, ingin menjadi seorang pengusaha.
Sayangnya, tanpa ijazah, tanpa pendidikan, dan tanpa akses pelatihan, impiannya terasa seperti mimpi kosong.
Baca juga: 10 PKBM Jadi Solusi Nyata Atasi Anak Putus Sekolah di Aceh Barat
Ia menyadari betapa pentingnya pendidikan saat melihat teman-temannya kini melangkah ke jenjang lebih tinggi, sementara ia terhenti di tengah jalan.
“Saya juga ingin punya ijazah, seperti yang lain. Tapi apakah masih mungkin untuk saya,” tanyanya, matanya menerawang.
Wika adalah anak bungsu dari enam bersaudara, tumbuh dalam keluarga yang hidup serba kekurangan.
Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup hemat, bahkan untuk kebutuhan dasar sekalipun.
Bagi sebagian orang, uang jajan hanyalah tambahan. Tapi bagi Wika, itu adalah alasan ia harus mengubur masa depannya.
Ia merasa tak sanggup duduk di sekolah saat perut kosong atau melihat teman-temannya menikmati makanan ringan yang tak bisa ia beli.
Baca juga: Atasi Anak Putus Sekolah, Datok Penghulu Kampung Kesehatan Subsidi Paket Kesetaraan
Kini, Wika tidak bekerja. Ia hanya mengikuti pengajian rutin bersama forum mualaf di Aceh Barat.
Itulah satu-satunya aktivitas hariannya mencari ketenangan di tengah keterbatasan, berharap Tuhan membuka jalan baru baginya.
Masih Ada Jalan, PKBM sebagai Harapan Baru
Cerita Wika adalah gambaran nyata dari ribuan anak yang kehilangan masa depan karena faktor ekonomi. Tapi kini, harapan Wika Anjani belum sepenuhnya padam.
Pemerintah Aceh Barat melalui Dinas Pendidikan telah menghadirkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menyediakan program pendidikan nonformal bagi anak-anak putus sekolah.
Di sini, Wika masih berpeluang untuk mendapatkan ijazah setara SD, SMP, dan SMA melalui program Paket A, B, dan C.
Baca juga: Abidzar Al Ghifari Ungkap Sempat Rasakan Putus Sekolah karena Masalah Ini
“Mereka yang putus sekolah bisa kembali mendapatkan ijazah melalui PKBM, termasuk yang tidak tamat atau bahkan belum pernah sekolah sekalipun,” ujar Dr Husensah, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat.
Kisah Wika bukan sekadar tentang kemiskinan. Ini adalah cerita tentang keberanian untuk memilih, tentang keputusasaan yang masih menyimpan harapan.
Tentang seorang pria yang rela berhenti sekolah karena merasa tak ingin menjadi beban, tapi tetap bermimpi besar di dalam diam.
Dan mungkin, melalui PKBM atau tangan-tangan peduli di sekelilingnya, Wika Anjani bisa kembali melanjutkan mimpinya, bukan hanya untuk mendapatkan selembar ijazah, tapi untuk membuktikan bahwa keterbatasan bukan akhir dari segalanya.(sb)
Baca juga: Markas Besar Marsose di Tangse Dihuni Pasukan Khusus dan Kejam, Tim Unsam Ungkap Hasil Penelitian
10 PKBM Jadi Solusi Nyata Atasi Anak Putus Sekolah di Aceh Barat |
![]() |
---|
Lebih dari 1.000 Anak Putus Sekolah di Aceh Barat, Pemerintah Dorong Program Pendidikan Alternatif |
![]() |
---|
Libatkan Mucikari, Polres Aceh Selatan Dalami Kasus TPPO Anak di Bawah Umur |
![]() |
---|
Tanggapi TPPO di Aceh Selatan, MPU Sebut Indikasikan Lemahnya Iman, Ekonomi, dan Kontrol Sosial |
![]() |
---|
Terkait Kasus TPPO di Aceh Selatan, LPAI Aceh: Pageu Gampong Syariat Perlu Dihidupkan Kembali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.