Pojok Humam Hamid

Netanyahu dan Gaza City: Ketika Jalan Pulang dan Jalan Keluar Terkunci

Ini akan menjadi perang yang lama, melelahkan, penuh jebakan, dan pada akhirnya bisa membuat Israel terperangkap dalam “labirin” yang dbangun sendiri.

Editor: Zaenal
For Serambinews
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Baginya, Gaza bukan sekadar beban keamanan Israel. 

Tanah itu  dimungkinkan  untuk menjadi lahan proyek “koridor ekonomi” atau wilayah administrasi khusus yang dikendalikan oleh sekutu-sekutu Amerika. 

Ide seperti ini, yang di masa lalu akan dianggap fantasi, kini meluncur mulus di meja perundingan informal.

Sementara itu, di Gaza, kehidupan berubah menjadi eksperimen sosial paling gelap abad ini. 

Peraturan baru membatasi bantuan kemanusiaan. 

Setiap organisasi internasional kini harus mendaftar dan memenuhi persyaratan ketat--resmi untuk alasan keamanan. 

Itu adalah cara praktis memperlambat distribusi makanan, obat-obatan, dan air bersih. 

Jika lapar adalah senjata, Gaza kini adalah laboratorium senjata itu.

Kritik pun datang dari arah yang paling menyakitkan bagi Netanyahu, dari keluarga para sandera. 

Mereka menuduh pemerintah Netanyahu lebih sibuk mengatur narasi politik daripada mengupayakan kembalinya orang-orang tercinta. 

Mereka ingin gencatan senjata, tetapi Netanyahu memberi mereka tank di jalan-jalan Gaza.

Di balik semua ini, ada kecurigaan yang makin sulit ditepis. 

Netanyahu sepertinya bukan sekadar mencari kemenangan militer. Ia membangun panggung politik. 

Perang adalah bahasa yang ia kuasai--ia bisa menjualnya di televisi, menggunakannya untuk membungkam oposisi, bahkan menundukkan sekutu yang ragu. 

Sejarah Israel, pelajaran yang kontras 

Perdamaian? 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved