Ada jutaan orang yang bertanya bagaimana sebetulnya peristiwa mengerikan itu terjadi. Berikut rentetan peristiwa tragedi Arakundo Idi Cut.
SERAMBINEWS.COM - Tragedi Idi Cut dan Arakundo menjadi sebuah catatan kelam sejarah Aceh.
Tragedi itu merupakan sebuah peristiwa pembantaian sipil yang terjadi tanggal 3 Februari 1999 di Idi Cut, Aceh Timur, saat dulu Aceh masih konflik.
Menurut literatur, peristiwa ini menewaskan tujuh orang dan melukai ratusan orang lainnya.
Jembatan Arakundo merupakan tempat tujuh mayat dibuang ke dalam sungai setelah peristiwa pembantaian di Idi Cut, Aceh Timur itu terjadi .
Para pelakunya hingga kini belum ditangkap dan diadili, menjadikan kasus ini dari tragedi mengerikan ke impunitas.
Sebuah arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Jumat 6 Februari 1999, bercerita tentang garis waktu kejadian pembantaian sipil di Idi Cut.
Artikel ini kami turunkan kembali untuk memperingati 22 tahun Tragedi Arakundo Idi Cut
• Hari ini, 22 Tahun yang Lalu, Tragedi Arakundo 3 Februari 1999, Jembatan Arakundo Berlumuran Darah
• Hari Ini, 22 Tahun Lalu, Pembantaian & Pembuangan Mayat di Arakundo, Berawal Dakwah Aceh Merdeka
Perkiraan 77 Jam yang Mendebarkan
"TRAGEDI IDI CUT" belum terungkap sepenuhnya.
Sungai Arakundoe pun diduga masih mendekap banyak mayat korban.
Siapa yang bersalah atau tidak salah juga belum jelas.
Tapi, memang ada tujuh jenazah yang sudah dikuburkan.
Ada 56 orang yang sempat masuk sel polisi.
Ada pula warga yang cemas mencari-cari anggota keluarga yang tak pulang seusai berkunjung ke "Dakwah Aceh Merdeka" itu.
Dan, yang lebih penting lagi, ada jutaan orang yang bertanya bagaimana sebetulnya peristiwa mengerikan itu terjadi.
Tak ada yang bisa menjawab secara utuh.
Hampir semua orang hanya mengetahui "drama" itu sepenggal-sepenggal.
Namun, untuk memberi gambaran yang kiranya tak terlalu jauh dari kisah sebenarnya,
Serambi coba merangkai penggalan-penggalan cerita dari para saksi mata menjadi sebuah kronologi yang hanya dibatasi sejak Selasa (2/2/1999) pagi hingga 77 jam sesudahnya (Jumat, 5/2/1999).
Berikut rangkaian kejadian tragedi Arakundo Idi Cut.
SELASA 2 Februari 1999: Sejak pagi warga Desa Matang Ulim, Kecamatan Darul Aman, Aceh Timur, bekerja menyiapkan mimbar untuk "Dakwah Aceh Merdeka."
Pukul 17.30 WIB: Mimbar hampir selesai dihias.
Tiba-tiba datang pasukan ABRI memporak-porandakan.
Petugas keamanan juga memukul tiga penduduk, termasuk bocah umur tiga tahun yang ada di lokasi.
Pasukan ABRI kemudian meninggalkan lokasi dan warga tetap melanjutkan penyiapan mimbar untuk perhelatan itu.
Pukul 19.15 WIB: Massa dari berbagai penjuru mulai berdatangan ke lokasi dakwah.
Ada yang berjalan kaki, bersepada, bersepeda motor, mobil pikap, bahkan truk.
Pukul 20.30 WIB: "Dakwah Aceh Merdeka" itu dimulai di hadapan massa yang telah berkumpul sekitar 7.000 orang.
Pukul 24.00 WIB: Dakwah berakhir. Warga pulang serentak.
• Foto Tragedi Arakundo Idi Cut 3 Februari 1999, Jembatan Jadi Saksi Bisu Mayat Dibuang ke Sungai
• Sejak 1976, Almarhum Abu Sanusi Direstui Hasan Tiro Pimpin Gerilyawan GAM Wilayah Peureulak
RABU 3 Februari 1999 sekitar pukul 00.30 WIB: Massa yang pulang dari "Dakwah Aceh Merdeka" itu tiba-tiba bergerombol di Simpang Kuala Idi Cut dekat Markas Koramil.
Sekelompok orang tak dikenal memancing massa dengan melempar batu.
Beberapa pengunjung dakwah yang duduk di belakang pikap sempat terkena lemparan batu yang makin lama makin banyak.
Arus lalu-lintas jalan nasional itu tertutup massa hingga tak bisa dilalui kendaraan.
Sekitar pukul 01.00 WIB: Aparat berupaya membubarkan massa. Suasana semakin panas.
Lalu, beberapa anggota ABRI (TNI AD dan Brimob) mulai membubarkan massa dengan tembakan senjata api berpeluru tajam.
Kegaduhan pun terjadi. Masa kucar kacir. Mereka lari terbirit-birit menyelamatkan diri.
Ada yang langsung jatuh tak berdaya terkena tembakan. Darah muncrat di mana mana.
Tidak ada yang melihat berapa banyak korban yang terjatuh di lokasi setelah massa menghilang.
Sebagian di antara massa itu juga ditangkap aparat.
• Peringati 21 Tahun Tragedi Arakundo, Mahasiswa Sampaikan Empat Tuntutan Saat Demonstrasi
• Mengenang 16 Tahun Kepergian Ishak Daud, Sang Panglima GAM yang Meninggal Bersama sang Istri
Pukul 02.30 WIB: Warga sekitar jembatan Arakundo mendengar deru mesin kendaraan masuk ke kawasan jembatan lama Arakundo.
Tidak lama kemudian, truk yang tidak dikenal identitas itu kembali lagi ke arah Idi Cut.
Arakundo terletak sekitar 23 Km sebelah barat Idi Cut.
Pukul 03.00 WIB: Sekelompok warga datang membawa pulang mayat Nurdin (18) ke Desa Simpang Tiga Kecamatan Julok, rumah Ny Rohamah (kakak kandung Nurdin).
Pukul 07.30 WIB: Warga melihat di jembatan lama Arakundo itu ada lumuran darah.
Sejak itu banyak warga yang mengitari sungai mencari mayat korban.
Pukul 21.00 WIB: Warga menemukan mayat Irwansyah bin Usman tak jauh dari jembatan.
Irwansyah (22) adalah penduduk Desa Kapai Baro.
KAMIS 4 Januari 1999 pukul 09.30 WIB: Warga menemukan mayat Hasbi Saleh mengapung di Sungai Arakundo.
Penemuannya berjarak sekitar 10 Km dari jembatan lama Arakundo.
Hasbi Saleh (35) adalah penduduk Desa Leubok Tuha.
Pukul 10.15 WIB: Warga menemukan mayat Irwan Matsyah (24) sekitar lima meter dari jembatan.
Jasad pemuda asal Kecamatan Julok dalam kondisi patah-patah dan berlubang-lubang.
Pada siang hari ditemukan Jailani Muhammad (22), penduduk Desa Jambo Bale Blok M Kecamatan Julok Rayeuk.
Pada tubuhnya terdapat beberapa luka tembak.
• Kisah Hidup GAM Denmark Tarmizi Age, Menyambung Hidup Berjualan Telur dan Beras di Tangerang
• Alm Tgk Ishak Daud di Mata Pengawalnya, Sosok Pemberani dan Selalu Ingatkan Pasukan GAM untuk Shalat
JUMAT 5 Februari 1999 pukul 00.30 WIB: Masyarakat menemukan mayat Kamaruddin Ibrahim (20) di Desa Teupin Gajah yang sudah mendekati Kuala Malehan.
Kondisi jenazah warga Desa Matang Neuheun Bagok yang ditemukan terapung itu cukup memprihatinkan.
Di beberapa bagian tubuh terdapat bekas luka tembak.
Pukul 06.30 WIB: Ditemukan lagi mayat Saiful Bahri bin Yusuf (22), warga Desa Botren Kuta Binje Julok.
Pada jenazah korban yang ditemukan di Kuala Malehan juga terdapat beberapa bekas luka tembak.
Pukul 11.00 WIB: Dua unit truk ABRI berseragam dengan senjata lengkap datang ke lokasi pencarian, mereka sempat turun di pangkal jembatan tua Krueng Arakundoe.
Ratusan massa terus mendekat secara spontanitas hingga suasana mendadak "kaku".
Namun, tanpa aksi apa-apa pasukan itu berangkat ke arah barat.
Pukul 12.00 WIB: Pasukan itu datang lagi bersama Komandan Kodim Letkol Inf Ilyas, Kapolres Letkol Pol (sekarang AKBP) R Suminar.
Kemudian, Komandan Sub Denpom Langsa Kapten CPM Warislam, Dan Linud-100 Medan Mayor Edy Rahmadi, dan Bupati Aceh Timur H Alauddin AE.
Rombongan ini sempat memberi pengarahan dan bincang-bincang dengan masyarakat.
Mereka yang menjadi korban dalam peristiwa itu:
1. Irwansyah bin Usman (22) Desa Kapai Baro.
2. Hasbi Saleh (35) penduduk Desa Leubok Tuha.
3. Irwan bin Matsyah (24) Desa Jambo Bale-l Julok Blok-M.
4. Jailani Muhammad (22) Desa Jambo Bale-l Julok Blok M.
5. Nurdin (18) penduduk Desa Simpang Tiga Julok.
6. Kamaruddin Ibrahim (20) Desa Matang Neuheun Bagok.
7. Saiful Bahri (20) Desa Botren Kuta Binje Julok.
(Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca Juga Lainnya:
• Oknum Guru SMP Cabuli Empat Gadis di Bawah Umur di Hutan, Pria 39 Tahun Ini Tak Suka Wanita Dewasa
• Kasus Pria Beristri 5 di Pidie Perkosa 3 Wanita Hingga 1 Orang Meninggal, Ancaman Hukuman Ditambah
• Myanmar Terima Dana IMF Rp 4,9 Triliun Sebelum Kudeta Militer, Min Aung Berambisi Jadi Presiden