Pada 2008, Dewan Ketertiban Umum mengadakan referendum untuk konstitusi baru, dan Thein Sein memimpin pada 2011, dengan USDP mencapai kemenangan luar biasa dengan memenangkan hingga 80 persen suara dalam pemilihan 7 November 2010.
Pada upacara peresmian, Thein Sein mengidentifikasi prioritas kebijakan dalam dan luar negeri, menekankan bahwa prioritas kebijakan luar negeri pemerintah sebelumnya, yang telah ada sejak pendirian Union, akan dipertahankan.
Dia juga menyatakan bahwa Myanmar harus secara aktif diintegrasikan ke dalam sistem internasional dengan menghidupkan kembali hubungan dengan organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Sein juga memprakarsai serangkaian reformasi kebijakan dalam negeri untuk melakukan demokratisasi.
Dalam pemilu pada 8 November 2015, NLD memenangkan jumlah suara yang sama dengan yang dimenangkan USDP pada pemilu sebelumnya.
Dengan demikian Aung Suu Kyi bisa mengambil posisi sebagai Penasihat Negara, yang secara efektif menjadi kepala negara.
Namun, komentar atas sejumlah pasal dalam Konstitusi 2008 patut diperhatikan mengingat posisi tentara dalam politik Myanmar dan landasan birokrasi negara.
Misalnya, undang-undang apa pun harus diberlakukan dengan mayoritas 75 persen dalam sistem di mana pejabat militer diberi kuota 25 persen.
Kementerian utama disediakan untuk perwira militer.
Dalam kondisi tertentu, tentara memiliki kewenangan untuk campur tangan dan mengambil alih jika dianggap perlu.
Meskipun Myanmar memiliki pemerintahan sipil dan militer sejak berdirinya, militer memiliki pengaruh yang signifikan dalam politik dan bahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Terlepas dari banyak reformasi, beberapa pasal dalam Konstitusi 2008 mengungkapkan, dan bahkan memperkuat dampak militer.
Baca juga: Kamu Tidak Akan Lolos Prakerja, Nggak Usah Coba-Coba Daftar Jika Termasuk 4 Kriteria Ini
Baca juga: Persiraja Cuma Latihan 12 Hari, Persiapan Turnamen Piala Menpora
Baca juga: Hasil Survei: Banyak Generasi Milenial Masih Ragu Disuntik Vaksin Covid-19
Apa arti Myanmar bagi China?
Jika melihat hubungan antara China dan Myanmar dari sudut pandang geo-strategis dan geopolitik, Myanmar merupakan pintu masuk ke Samudera Hindia dan Teluk Benggala.
Selain itu, meskipun Myanmar memberikan manfaat langsung kepada China dengan sumber daya alam melimpah dan perbatasan darat sepanjang 2.204 kilometer dengan China, hal ini juga menimbulkan berbagai risiko.