Kemudian telur yang ada di dalam bak dipindahkan ke dalam akuarium agar penetasannya menjadi lebih mudah.
Di dalam akuarium sudah dilengkapi dengan oksigen atau disebut dengan aerasi.
Lama waktu 24 jam, telur ikan bawal menetas menjadi larva.
Larva tersebut dibiarkan tiga hari hingga kuning telurnya habis.
Dilanjutkan dengan proses sifon untuk membuang sisa kuning telur yang sudah busuk, baru kemudian larva bawal dipindahkan ke dalam bak sampai masuk ke tahap terakhir, yakni pendederan.
Sementara pada Sabtu sore, kami sudah menyiapkan induk patin untuk dipijahkan.
Induk yang disiapkan tentu yang sudah matang gonadnya.
Cara mengetahui kematangannya adalah induk jantan akan mengeluarkan sperma saat perutnya dipijatpijat, sedangkan yang betina akan mengeluarkan telur.
Sore Minggu, kami lakukan penyuntikan dengan ovaprim.
Dosis yang diberikan 1 ml per induk.
Induk yang digunakan 1:2 yakni 1 betina dan 2 jantan.
Esoknya, Pak Joko membimbing kami men-streping induk-induk patin.
Streping adalah proses pengambilan telur atau sperma dengan cara diurut pada bagian perut.
Sesudah proses streping, telur dan sperma yang telah diletakkan dalam wadah dicampur dengan air NaCl (Natrium klorida) hanya untuk mengencerkan telur supaya tidak berkumpul dan diaduk dengan benda yang lembut serupa bulu ayam atau sejenisnya.
Baca juga: Santri Diungsikan ke Bangunan Baru di Kompleks Dayah Inti Darul Aitami
Telur tersebut kemudian ditebar ke dalam wadah berupa aquarium dari cerucut dan harus beroksigen, karena telurnya harus bergerak aktif.
Larva ikan yang sudah disifon akan diberi pakan artemia.
Artemia merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha pembenihan ikan.
Hal ini dikarenakan ia memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan gizi benih ikan yang tumbuh sangat cepat.
Di BBI, kami dapat ilmu banyak dari proses memijahkan ikan bawal, patin, mas, nila, dan nilam.
Selama di sana, hanya ikan-ikan tersebut yang sempat kami pijahkan.
Sebelum kembali ke Ummul Ayman, kami juga berwisata ke Air Terjun Ceuraceu.
Sungguh saya sangat bersyukur kepada Allah atas ilmu yang saya peroleh dan anugerah melihat ciptaan- Nya yang memukau itu.
Sesampai di Ummul Ayman III, saya tak terpikir untuk menulis reportase ini.
Namun, setelah bergabung dalam grup menulis Al Qalam asuhan Ustaz M Aidil Adhaa, saya pun dengan percaya diri bisa merampungkan coretan ini.
Semoga menginspirasi santri-santri lainnya dalam menulis.
Baca juga: Haul Abon Aziz Samalanga, Santri MUDI Gemakan Zikir dan Doa Bersama
Baca juga: Gampong Suak Ribee Aceh Barat Sediakan Beasiswa Untuk Santri Dayah dari Dana Desa