Tips Parenting Anak

dr Aisah Dahlan Bongkar 7 Cara Efektif Menasehati Anak Laki-Laki yang Sulit Diatur

dr Aisah Dahlan menyebut bahwa ada alasan ilmiah mengapa pendekatan menasehati anak laki-laki tidak bisa disamakan dengan perempuan.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo
dr Aisah Dahlan - dr Aisah Dahlan menjelaskan perbedaan fungsi hipotalamus pada anak laki-laki dan perempuan serta dampaknya pada cara orang tua memberi nasihat. 

SERAMBINEWS.COM - Pakar neuroparenting dr Aisah Dahlan kembali menjelaskan perbedaan biologis antara otak laki-laki dan perempuan serta dampaknya pada pola asuh, terutama saat menghadapi anak laki-laki yang mulai sulit diatur ketika memasuki usia remaja.

Dalam kajiannya, dr Aisah Dahlan menyebut bahwa ada alasan ilmiah mengapa pendekatan menasehati anak laki-laki tidak bisa disamakan dengan perempuan.

“Ada bagian di otak laki-laki yang Allah berikan ukurannya berbeda, namanya hipotalamus. Ukurannya dua setengah kali lebih luas dibanding perempuan,” jelas dr Aisah, dikutip dari YouTube Pecinta dr Aisah Dahlan, Rabu (19/11/2025).

Bagian otak ini, kata dia, berperan sebagai pusat rasa aman, rasa lapar, hingga dorongan syahwat, sehingga mempengaruhi cara anak laki-laki merespons situasi sehari-hari.

Berikut tujuh cara efektif menasehati anak laki-laki agar lebih mudah diatur menurut dr Aisah Dahlan:

Baca juga: Pernah Bentak Anak? dr Aisah Dahlan Ungkap 3 Langkah Healing yang Wajib Dilakukan Orang Tua

1. Jangan Menasehati Saat Anak Lapar, Haus, atau Ngantuk

dr Aisah Dahlan menegaskan bahwa pusat lapar pada laki-laki lebih kuat dibanding perempuan. Karena itu, menasehati di kondisi ini justru memicu penolakan.

“Kalau anak laki-laki bilang ‘Bunda, aku lapar’, kasih makan dulu. Jangan dipaksa menyelesaikan PR saat itu juga,” ujarnya.

Menurutnya, anak laki-laki akan lebih tenang dan mudah menerima arahan setelah kebutuhan fisiknya terpenuhi.

2. Pilih Momen yang Tepat untuk Bicara

Remaja laki-laki tidak bisa dinasehati kapan saja. Ada waktu ideal di mana mereka lebih terbuka.

“Jangan ajak ngobrol laki-laki saat lapar atau ngantuk. Itu bubar. Ajak bicara saat makan, itu mereka suka,” kata dr Aisah yang mengaku menerapkan hal ini pada empat anak laki-lakinya.

Baca juga: Dear Ayah, 7 Teknik Komunikasi agar Anak Perempuan Mau Cerita dan Membuka Hati, Kata dr Aisah Dahlan

3. Bahas Aturan Rumah Seminggu Sekali

Menurutnya, membuat kesepakatan rumah tidak boleh dilakukan setiap hari karena membuat anak merasa diawasi berlebihan.

“Kesepakatan umum cukup sepekan sekali, hari Ahad sore sambil makan,” jelasnya.

Aturan itu bisa mencakup jam tidur, waktu bermain, ibadah, dan PR.

4. Masalah Pribadi Anak Dibahas Sebulan Sekali

Untuk urusan pribadi, pendekatan harus lebih halus dan jarang dilakukan. dr Aisah mengaku punya jadwal khusus untuk setiap anak.

“Saya bicara empat mata sama anak laki-laki saya tiap bulan, pas tanggal kelahirannya. Ajak makan berdua, itu efektif,” ujarnya.

5. Pakai Fakta, Bukan Emosi

Remaja laki-laki umumnya menolak teguran yang tidak disertai data. Karena itu, orang tua harus mencatat pelanggaran secara realistis.

Jika anak diberi batas bermain dua jam sehari, orang tua cukup mengevaluasi catatan selama sebulan.

“Kalau selama 30 hari cuma tiga kali lewat dari 2 jam, ya bahas itu saja. Jangan ngomel tiap hari,” katanya.

6. Pahami Kondisi Saat Anak Main Game Online

dr Aisah menjelaskan bahwa game online membuat anak terhubung dengan pemain dari negara lain. Mereka sering tak bisa langsung berhenti.

“Kalau langsung keluar dari permainan, mereka dianggap pecundang. Jadi minta izin dulu waktunya, bisa 15 menit, bisa dua jam,” jelasnya.

7. Tenang saat Anak Mulai Tertarik pada Lawan Jenis

Bagian hipotalamus yang juga mengatur syahwat membuat remaja laki-laki mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis. Orang tua tidak boleh panik.

“Kalau anak cerita dia suka sama akhwat atau perempuan tertentu, terima dulu. Bersyukur. Itu fitrah,” ujar dr Aisah. Setelah itu, barulah orang tua memberi arahan tanpa menghakimi.

dr Aisah menegaskan bahwa pola pengulangan, kesepakatan, dan kesabaran adalah kunci menghadapi remaja laki-laki.

Ia mengingatkan para orang tua agar tidak melakukan teguran setiap hari, melainkan mengikuti ritme biologis anak.

“Memang harus diulang-ulang, tapi jangan tiap hari. Lihat dulu kesepakatannya.” tutupnya.

(Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved