Potret Thalassemia di Aceh

Dibalik Senyum Anak-anak Thalassemia dan Darah yang tak Pernah Cukup

Thalassemia adalah kelainan darah genetik yang diturunkan dari kedua orang tua, dan pengidapnya kerap harus menjalani transfusi darah seumur hidup.

Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE COVER KORAN SERAMBI INDONESIA EDISI SENIN 20251027 

Ada efek samping yang dirasakan, sehingga kedua buah hatinya itu harus lebih cepat melakukan transfusi darah. Sebab jika terlambat, Hb anaknya akan turun dan dapat merusak perkembangan tulang mereka.

Sebelum mengenal Blood For Life Foundation (BFLF) Indonesia, ia memanfaatkan mobil penumpang (labi-labi) untuk berangkat ke rumah sakit. Terkadang ia terlambat dan hanya bisa mendaftar melakukan transfusi di keesokan harinya.

Hal itu tentu pula menambah beban pengeluaran dan biaya makan ia bersama ketiga anaknya. Untungnya saat Covid-19, keduanya anaknya mendapat bantuan transportasi dari BFLF Indonesia.

Relawan ini yang setia mengantar jemput ia dan ketiga anaknya ke Banda Aceh. Selain itu, kedua anaknya juga mendapat bantuan biaya transportasi sebesar Rp 500 ribu dari Baitul Mal Aceh (BMA) setiap bulannya.

Perasaan sedih tak bisa ia tutupi saat melihat kedua anaknya harus melakukan transfusi darah seumur hidup. Ruang mereka bermain semakin berkurang. 

Acap kali Siti menerima pertanyaan dari kedua anaknya sampai kapan mereka menjalani transfusi dan apakah mereka akan sembuh? Pertanyaan itu membuat Siti terdiam, tak kuasa memberi jawaban sejujurnya. 

“Kalau bulan ini nggak pergi (transfusi darah) gimana. Begitu tanya abangnya,”. “Saya balik tanya, mau sehat atau nggak. Kalau nggak transfusi gimana. Dia jawab, nggak bisa main dan pusing,” kenang Siti.

Hal yang membuat Siti merasa tertekan, ketika dirinya harus mengerjakan semuanya serba sendiri. Terlebih suaminya yang masih di penjara dan gaji yang ia dapat hanya Rp 800 ribu per bulan, ia kian merasa terpuruk.

Namun, ketika membayangkan kesehatan anaknya dan dukungan lingkungan, mendorong Siti lebih semakin semangat. Saat berkumpul dengan para pasien thalassemia di rumah sakit, seakan menjadi penguat bagi Siti.

Dirinya sendiri sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa. “Alhamdulillah pihak sekolah dan warga juga ikut membantu melakukan pemulihan. Mereka tidak dikucilkan,” ucap Siti.

“Yang penting jangan tampakkan kesedihan kita di depan anak-anak. Mengakalinya, terkadang saya sogok juga anak-anak supaya mau ditransfusi,” tambahnya.

Dirinya hanya berharap agar anak-anak thalassemia mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Khususnya dari segi bantuan. Harusnya anak-anak melakukan transfusi seminggu sekali, karena terhambat biaya, dirinya hanya bisa melakukan dua minggu sekali. 

“Biaya kita nggak ada. Sehari-hari aja susah, beras sering habis. Makanya kita sering minta bantuan dari BFLF,” pungkasnya.(*)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved