Opini

Kegagalan Pasar kompetitif dan Sumber Daya Efisien di Tanah Rencong

Keynes mengajarkan bahwa ekonomi tidak berjalan dalam ruang hampa yang penuh kepastian, tetapi diwarnai oleh “ketidakpastian radikal

Editor: Ansari Hasyim
For Serambinews.com
Oleh: Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh. 

Mekanisme pasar kompetitif tidak serta-merta mampu mendorong diversifikasi ekonomi karena dibelenggu oleh institusi lama yang tidak efisien. Teori neoklasik yang teleologis, percaya bahwa pasar akan secara alami membawa perekonomian menuju keseimbangan yang optimal, gagal memahami kekakuan institusional ini.

Arah Kebijakan: Melampaui Mitos Pasar

Lalu, apa yang harus dilakukan? Jawabannya terletak pada sintesis pemikiran Keynes dan Veblen.

Pertama Peran Aktif Pemerintah (Keynesian): Pemerintah Aceh tidak boleh berdiam diri dengan dalih “membiarkan pasar bekerja”. Diperlukan intervensi aktif dan strategis untuk menstabilkan ketidakpastian dan membangkitkan “animal spirits”. Ini bisa berupa:

•    Stimulus fiskal yang ditujukan untuk pembangunan infrastruktur pendukung sektor unggulan non-migas, seperti cold storage untuk perikanan dan jalur distribusi untuk produk pertanian.

•    Penciptaan Badan Penjaminan Investasi daerah untuk mengurangi persepsi risiko dan menarik modal jangka panjang.

Kedua Rekayasa Institusi (Institusionalis): Pemerintah harus berperan sebagai arsitek institusi, berperan lebih aktif untuk merubah kondisi kepada yang lebih baik yaitu:

•    Menciptakan “aturan main” yang jelas dan adil. Reformasi birokrasi dan penegakan hukum terhadap pungutan liar (pungli) adalah keharusan untuk menciptakan iklim berusaha yang sehat.

•    Mendorong institusi keuangan syariah yang inklusif. Sebagai provinsi syariah, Aceh memiliki peluang emas untuk membangun sistem keuangan yang tidak hanya profit-oriented tetapi juga berorientasi pada pemberdayaan UMKM dan ekonomi kerakyatan, mengikis budaya konsumsi mencolok.

•    Kebijakan pendidikan dan pelatihan vokasi yang link and match dengan kebutuhan industri, untuk memutus mata rantai path dependence dari tenaga kerja tidak terampih ke arah ekonomi berbasis pengetahuan.

Kesimpulan

Pasar kompetitif bukanlah mantra ajaib yang serta-merta menciptakan efisiensi. Kasus Aceh membuktikannya. Realitas ekonomi yang penuh ketidakpastian (Keynes) dan dibelenggu oleh institusi serta budaya konsumsi mencolok (Veblen) telah membuat mekanisme pasar bekerja secara tidak sempurna, bahkan sering kali kontra-produktif.

Warisan pemikiran Keynes dan Veblen mengajarkan kita bahwa untuk mencapai efisiensi sumber daya yang sesungguhnya, kita harus berani melampaui mitos pasar yang mandiri. Diperlukan kepemimpinan negara yang cerdas dan berani untuk menstabilkan gelombang ketidakpastian sekaligus merancang ulang institusi yang mampu membawa Aceh keluar dari jebakan path dependence-nya. 

Hanya dengan demikian, kekayaan sumber daya Aceh yang melimpah dapat dialokasikan secara benar-benar efisien dan berkeadilan bagi seluruh rakyatnya.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved