Selamat Hari Ayah

Ayah, Pilar Kokoh dalam Sunyi, Membaca Pengorbanannya yang Sering Terlupakan

Padahal, perhatian sederhana seperti bertanya “Ayah, bagaimana kabarmu hari ini?” Dapat menjadi bentuk penghormatan yang membuatnya

Editor: Ansari Hasyim
Dok Pribadi
Muhammad Yasir Yusuf, dosen Pasca Sarjana UIN Ar Raniry, Prodi S3-Ekonomi Syariah. 

Allah juga berfirman: “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya…”(QS. Al-Ankabut: 8). 

Ayat ini menegaskan bahwa kewajiban berbuat baik tidak hanya ditujukan kepada ibu, tetapi kedua orang tua secara seimbang. 

Nabi SAW memang menempatkan ibu pada maqam yang sangat tinggi, namun ayah tetap berada pada posisi terhormat sebagai figur kewibawaan dan perlindungan.

Dalam hadis lain, Rasulullah menyatakan: “Keridaan Allah terletak pada keridaan orang tua, dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi). 

Oleh karena itu, memuliakan ayah merupakan ekspresi ketaatan kepada Allah. Penghormatan terhadap ayah tidak berhenti pada kepatuhan, tetapi juga meliputi penghargaan, perhatian, dan kesediaan memahami perasaannya.
 
Relasi Anak-Ayah: Sebuah Panggilan Kesadaran

Sayangnya, dalam dinamika keluarga modern, komunikasi dengan ayah cenderung kering. 

Kita jarang bertanya tentang perasaannya, jarang menanyakan kabarnya, bahkan jarang menghabiskan waktu berkualitas bersamanya. 

Padahal, perhatian sederhana seperti bertanya “Ayah, bagaimana kabarmu hari ini?” Dapat menjadi bentuk penghormatan yang membuatnya merasa dihargai.

Pertanyaan itu bukan hanya basa-basi, melainkan ekspresi empati dan cinta. 

Ia membuka ruang dialog yang dapat meredakan beban batin seorang ayah. 

Ia bisa menjadi jembatan untuk memahami kisah perjuangannya, sekaligus bentuk pengakuan bahwa kita menyadari perannya.

Di tengah kesibukan dan tuntutan ekonomi, interaksi emosional antara anak dan ayah sering terabaikan. 

Anak-anak menganggap ayah sebagai mesin nafkah, bukan manusia dengan kebutuhan emosional. 

Padahal, penghormatan terhadap ayah tidak hanya sebatas membantu secara materi, tetapi juga menyapanya, mendengarnya dan hadir untuknya.

Dalam konteks masyarakat Aceh, ayah memiliki peran strategis sebagai pemimpin keluarga dan penjaga nilai-nilai lokal. 

Ia bertanggung jawab tidak hanya atas kesejahteraan ekonomi, tetapi juga pendidikan agama dan sosial anak-anaknya. 

Nilai-nilai peumulia jamee, adat lagee hukom, dan penghormatan terhadap orang tua adalah bagian dari identitas Aceh yang diwariskan secara turun-temurun.

Karena itu, menjaga kehormatan ayah merupakan bagian dari upaya merawat identitas budaya. 

Ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga benteng moral keluarga. 

Ia mendidik melalui teladan, memimpin dengan kebijaksanaan, dan menanamkan nilai keislaman yang menjadi fondasi kehidupan.

Menghormati ayah bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga kebutuhan moral dan budaya. 

Penghormatan itu dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk:

Menyapa dan menanyakan kabarnya, mendengarkan kisah dan nasihatnya, menghargai keputusan dan pengalamannya. 

Menyertakan dalam diskusi keluarga, mendoakan kesehatannya, membantunya merawat kesehatan, memberi ruang agar ia merasa berarti. 

Kita mungkin tidak mampu membalas seluruh pengorbanannya. 

Namun, minimal kita dapat memberikan penghargaan. 

Dalam struktur keluarga Islam, penghormatan adalah bentuk cinta, dan cinta adalah energi yang menggerakkan keharmonisan.
 
Penutup

Ayah adalah pilar kokoh dalam sunyi. Ia bersandar pada tanggung jawab, bekerja tanpa henti, dan hidup di antara gelombang kekhawatiran. 

Pengorbanannya sering tersembunyi, tidak terungkap, dan tidak menuntut balas. Namun di sana, cinta berdiam tanpa suara.

Dalam perjalanan hidup, tidak semua dari kita sempat mengatakan hal-hal yang sebenarnya ingin kita sampaikan kepadanya. 

Karena itu, mulai hari ini, mari melatih diri untuk lebih peka, lebih sering bertanya kabar, lebih banyak mendengar, dan lebih sungguh-sungguh menghormati.

Sebab, ayah bukan hanya sosok di ruang tamu rumah kita. Ia adalah pintu tengah surga, sebagaimana sabda Nabi. 

Dan memuliakannya adalah jalan untuk mendekat kepada Allah. Pertanyaan sederhana yang mungkin jarang kita lontarkan—“Ayah, bagaimana kabarmu hari ini?” —bisa menjadi pintu pembuka bagi cinta yang sudah lama menunggu untuk diungkapkan. Selamat hari ayah, 12 November 2025.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved