Laporan Khusus

Menyibak Arah Baru Pertahanan RI, Liputan Mendalam Kunjungan Menhan ke Mane Pidie

Sjafrie Sjamsoeddin adalah tokoh militer Indonesia, Beliau salah satu tokoh paling penting dalam lingkaran terdalam Prabowo

Editor: mufti
COVER KORAN SERAMBI INDONESIA
HEADLINE KORAN SERAMBI INDONESIA EDISI SELASA 20251118 

Indonesia juga memperkuat armada pesawat tempur. Bukan dari Amerika Serikat, melainkan dari Perancis, Turki, dan China.Dari Perancis, Indonesia akan membeli Dassault Rafale (42 unit, akan tiba bertahap awal 2026), dari China pesawat tempur J-10C, dan pesawat siluman dari Turki, KAAN. Indonesia sedang memperbanyak teman.

Blank Spot

Wilayah yang luas, dari Papua ke Aceh, dengan 17 ribu pulau, merupakan tantangan strategis yang unik bagi pertahanan Indonesia. Kata Sjafrie, luas Indonesia 7,7 juta km2. Lautnya luas, 5,8 juta km2. 

Bayangkan Anda membangun rumah dengan area hampir 6 juta km2, yang sebagian besar tidak bisa dimonitor satpam dan CCTV. Anda tidak akan tahu siapa tamu, siapa pencuri.

Selat Malaka adalah chokepoint, celah laut yang penting, satu dari tiga chokepoint terbesar di dunia. Sekitar 25-30 persen perdagangan dunia melewati Selat Malaka. Yang juga penting: 60-70 persen pasokan energi ke Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok (China) melewati Selat Malaka.

Kontrol atas Selat Malaka strategis. Jika misalnya Selat Malaka ditutup, rute pelayaran akan sangat panjang, melewati Australia. Ingat ketika celah sempit di Laut Merah bermasalah. Rantai pasokan dunia bermasalah. Kapal-kapal kargo harus melewati rute yang panjang, sampai Afrika, mengakibatkan inefisiensi waktu dan biaya. 

Di udara, masih banyak ruang yang belum bisa di-cover radar. Masih banyak ruang gelap dalam monitor radar nasional kita. Banyak blank spot. 

Misalnya, pesawat hilang di satu blank spot, tidak ada jejaknya sama sekali. Demikian pula kalau pesawat asing lewat di area blank spot itu, sulit untuk mengetahuinya, apalagi mencegahnya.

Sjafrie punya cerita. Dalam salah satu sesi lobi dengan Amerika Serikat, pemerintahan Donald Trump bertanya: Apakah, dalam situasi emergensi, pesawat AS bisa melewati Indonesia?

Secara diplomatis, Sjafrie bilang harus tanya Prabowo. Benar, ia tanya Prabowo. Jawaban Presiden RI: "Ya, dia lewat saja belum tentu kita tahu. Apalagi bisa mencegahnya".

Selimut Udara

Selama tujuh jam bersama Sjafrie, saya memahami Prabowo dan Indonesia. Sesuatu yang besar sedang terjadi. Indonesia melihat dirinya bangsa besar, kaya. Kekayaan alamnya banyak yang bocor karena blank spot. Sesuatu itu, secara strategi pertahanan (defence), sudah dirumuskan. 

Saat ini sudah dan sedang dieksekusi. Publik sudah membaca berita-beritanya sepotong demi sepotong. Membeli pesawat tempur. Membangun kapal selam tanpa awak. Membangun industri radar dari teknologi China. Membeli pesawat tempur. Memperkuat kekuatan teritorial, akan membangun batalion di seluruh kabupaten/kota, total 514 batalion.

"Ini bukan (strategi) ofensif," tegas Sjafrie. Maksudnya, Indonesia membangun kekuatan bukan untuk berperang. "Ini (strategi) defensif aktif," katanya. Membangun kekuatan untuk bertahan, melindungi, menjaga, tapi aktif, tidak pasif. 

Artinya, TNI tidak sekadar baris berbaris lalu tidur di barak. TNI harus aktif, bergerak, mengikuti dan mengelola dinamika pertahanan secara aktif. Juga, tentu saja, secara modern. Menurut Sjafrie, defensif aktif fokus menjaga kedaulatan, ke dalam. "Untuk menjaga kedaulatan, kita harus kuat (secara militer)," ujarnya. "Kalau kuat, kita bisa menjaga kedaulatan ekonomi kita".

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved