Kupi Beungoh

BSS I Ob-Gin: Mengasah Keterampilan, Menyelamatkan Kehidupan

Di ruang operasi, setiap keputusan yang diambil bukan sekadar persoalan teknis medis, tetapi pertemuan antara ilmu pengetahuan

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
Prof.Dr.dr. Rajuddin, SpOG(K).,Subsp.FER, Guru Besar Universitas Syiah Kuala; Ketua IKA UNDIP Aceh dan Sekretaris ICMI Orwil Aceh   

Hal ini sejalan dengan firman Allah: “Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah: 195), serta sabda Rasulullah: “Tidak boleh menimbulkan mudarat dan tidak boleh membalas mudarat dengan mudarat” (HR. Ibnu Majah).

Keadilan, kejujuran, dan kesetiaan pada amanah menjadi fondasi moral yang mengiringi setiap langkah pelayanan medis. Keadilan mengajarkan bahwa semua pasien, tanpa membedakan status ekonomi atau sosial, berhak mendapatkan informasi dan pelayanan yang sama. 

Kejujuran menuntut keterbukaan, termasuk saat terjadi komplikasi; open disclosure yang dilakukan dengan empati terbukti mampu meredakan kemarahan keluarga dan mencegah konflik hukum. 

Sementara kesetiaan pada amanah profesi menuntut dokter untuk selalu mengutamakan keselamatan pasien di atas kepentingan finansial atau tekanan institusi, sebagaimana perintah Allah: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menetapkan hukum di antara manusia dengan adil” (QS. An-Nisa: 58), 

Sebagaimana sabda Rasulullah: “Sampaikanlah amanah kepada yang berhak menerimanya, dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ini, seorang dokter tidak sekadar menjalankan profesinya, tetapi juga menunaikan ibadah dan menjaga kehormatan kemanusiaan.

Penutup

Pelatihan BSS I Ob-Gin Regional Sumatra di Banda Aceh bukan sekadar agenda akademik, tetapi janji moral untuk menghadirkan layanan medis yang setara bagi setiap pasien di negeri ini. Dari ruang pelatihan, lahir dokter-dokter yang tidak hanya terampil memegang pisau bedah, tetapi juga peka menjaga etika. 

Etika pembedahan adalah jantung dari praktik kedokteran yang bermartabat, karena setiap simpul jahitan adalah upaya menyelamatkan masa depan, setiap standar yang disepakati adalah ikrar bahwa nyawa seorang pasien di pedalaman memiliki nilai yang sama dengan nyawa pasien di kota besar.

Di meja operasi, keputusan dokter bukan sekadar tentang keberhasilan teknis, tetapi bagaimana menjaga kepercayaan, harapan, dan hak seorang pasien untuk diobati. Karena di balik setiap keterampilan yang diasah, ada doa yang terkabul; dan di balik setiap nyawa yang terselamatkan, ada amal yang terus mengalir hingga akhirat. (email: rajuddin@usk.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved