Jurnalisme Warga
Kue Adee Kak Nah, Ikon Kuliner dari Pidie Jaya
Keistimewaan kue adee Kak Nah bukan hanya pada rasanya yang manis dan legit, tetapi juga pada komposisinya yang unik.
Selain kue adee Kak Nah, di sepanjang Meureudu banyak juga kios lain yang menjual kue serupa dengan merek berbeda, seperti Adee Kak Mah, Adee Kak Aina, Adee Kak Fatimah, bahkan Adee Kak Na (hanya beda satu huruf). Ketika saya turun dari mobil, sempat merasa bingung karena di kiri-kanan jalan berjejer papan nama dengan tulisan yang hampir sama.
Perasaan bingung itu segera hilang setelah melihat senyuman ramah para penjaga toko. Mereka tidak hanya menjual kue, tetapi juga menyajikan keramahan yang menjadi ciri khas Aceh.
Seorang pengunjung lain yang kami temui di gerai mengatakan bahwa ia selalu membeli kue adee Kak Nah setiap kali bepergian dari Medan ke Banda Aceh. “Kalau lewat Pidie Jaya, rasanya tidak lengkap kalau tidak singgah beli kue ini. Anak-anak di rumah sudah menunggu,” katanya sambil memasukkan beberapa kotak kue ke dalam mobilnya.
Kue ‘adee’ kini tidak hanya menjadi camilan sehari-hari, tetapi juga sudah menjelma menjadi ikon kuliner Aceh. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik mencicipinya.
Menurut informasi dari Dinas Kesehatan Aceh Jaya, hampir semua merek kue ‘adee’ di Pidie Jaya sudah memiliki izin BBPOM sehingga aman untuk dikonsumsi. Hal ini tentu memberikan jaminan bagi pembeli, baik dari segi kesehatan maupun kualitas.
Bagi masyarakat sekitar, industri rumahan kue ‘adee’ ini juga membawa dampak ekonomi yang signifikan. Banyak warga yang terlibat, mulai dari proses produksi, pengemasan, hingga penjualan. Dengan adanya permintaan yang terus meningkat, usaha ini mampu menyejahterakan keluarga-keluarga di Pidie Jaya, terutama di Kecamatan Meureudu.
Setelah membeli dua kotak kue adee Kak Nah, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh. Aroma harum kue memenuhi mobil, membuat kami tidak sabar untuk segera mencicipinya. Namun, umi berpesan agar kue itu disimpan dulu karena akan dibawa sebagai oleh-oleh untuk ‘Yah Nek’ dan bunda di Banda Aceh.
Perjalanan pun berlanjut dengan hati gembira. Di balik perjalanan kami yang penuh tujuan penting, ada satu kenangan kecil, tetapi manis, yang akan selalu teringat: singgah di Meureudu untuk membeli kue adee Kak Nah.
Sebuah pengalaman sederhana, tetapi sarat makna tentang bagaimana sebuah kue tradisional mampu menjadi pengikat kenangan bagi siapa saja yang melewati Pidie Jaya.
Kini, setiap kali mendengar nama kue ‘adee’, pikiran saya langsung teringat pada suasana pagi itu. Jalanan yang tenang, kios-kios sederhana dengan papan nama mencolok, aroma wangi bikang panggang, serta senyum ramah para penjaga toko. Semua itu menjadikan perjalanan kami bukan hanya sekadar menuju Banda Aceh, tetapi juga sebuah perjalanan rasa menuju kekayaan kuliner Aceh.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.