Kupi Beungoh
AI Membunuh Nalar yang Bahkan Tak Lagi Kritis
Penggunaan Artificial Intelligence (AI) yang semakin marak ternyata tidak selalu membawa kabar baik.
Sudah saatnya dosen, guru, orang tua, dan pembuat kebijakan bekerja sama membangun kesadaran baru. Literasi AI harus menjadi bagian dari kurikulum di tingkatan yang paling kecil, mulai dari perguruna tinggi, fakultas, dan program studi.
Lebih baik lagi jika diturunkan ke dalam Rencana Pembelajaran Semester di setiap mata kuliah yang diajarkan. Jika tidak, kita akan melahirkan generasi yang cerdas secara teknologi, tetapi miskin secara nalar.
Dan saat itu terjadi, maka benar adanya, AI bukan hanya membunuh nalar kritis kita, tapi juga mematikan masa depan berpikir anak bangsa.(*)
*) PENULIS adalah Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
| Dibalik Kerudung Hijaunya Hutan Aceh: Krisis Deforestasi Dan Seruan Aksi Bersama |
|
|---|
| MQK Internasional: Kontestasi Kitab, Reproduksi Ulama, dan Jalan Peradaban Nusantara |
|
|---|
| Beasiswa dan Perusak Generasi Aceh |
|
|---|
| Menghadirkan “Efek Purbaya” pada Penanganan Stunting di Aceh |
|
|---|
| Aceh, Pemuda, dan Qanun yang Mati Muda |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Uswatun-Nisa-Dosen-Ilmu-Komunikasi-USK.jpg)