Pojok Humam Hamid

Kekonyolan Bobby dan “Hikayat Ketergantungan”: Yunnan, Bihar, Minas Gerais, dan Aceh

Kekonyolan Bobby hanyalah pantulan kecil dari cermin besar tentang bagaimana posisi Aceh selama ini dalam struktur ekonomi regional.

Editor: Subur Dani
For Serambinews
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Yang penting adalah mengapa Aceh masih terjebak, dan bagaimana keluar darinya. 

Karena kalau dibiarkan, kita akan terus hidup di dalam satu episode panjang dari apa yang seharusnya sudah menjadi sejarah.

Yang dimaksud adalah ketergantungan internal yang dipelihara oleh kelemahan struktural dan minimnya imajinasi strategis.

Lihatlah Riau. Pada era 1980-an, provinsi ini menyadari bahwa menggantungkan ekspor dan logistik ke Belawan adalah perangkap. 

Maka mereka membangun Dumai dari nol. Kota kecil pelabuhan yang dulu ditertawakan itu kini menjelma sebagai salah satu pelabuhan ekspor CPO terbesar di Sumatera. 

Bahkan daerah-daerah Sumut bagian Timur pun yang dulu dilayani Belawan kini lebih memilih Dumai. 

Riau telah membebaskan dirinya dari rantai logistik internal yang timpang.

Sumatera Barat juga memilih jalan sendiri. 

Teluk Bayur dikembangkan untuk memperkuat kedaulatan distribusi mereka. Kini, Padang tidak lagi terlalu bergantung pada Medan, dan konektivitas Sumbar mengarah ke berbagai pelabuhan domestik dan internasional.

Potensi Aceh Sangat Besar

Aceh belum melakukan itu. 

Potensi kelapa sawit di pantai barat-selatan, dari Nagan Raya hingga Aceh Singkil, belum dijadikan platform pembangunan ekonomi logistik mandiri. 

Begitu pula potensi pelabuhan di pantai timur—Krueng Geukuh, Krueng Raya, bahkan Sabang—masih hidup setengah hati. 

Padahal, bila Aceh mengintegrasikan kekuatan logistik dari dua pantainya—barat dan timur—maka yang terbentuk bukan sekadar pelabuhan ekspor, tapi sistem konektivitas laut yang dapat mengubah peta ekonomi Sumatera.

Tak ada salahnya memusatkan ekspor kelapa sawit dan turunannya ke pelabuhan khusus di barat. 

Selanjutnya pelabuhan di timur harus diberdayakan bukan hanya sebagai pelengkap, tapi sebagai pangkal utama dalam jaringan pelayaran Selat Malaka. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved