Pojok Humam Hamid

Kekonyolan Bobby dan “Hikayat Ketergantungan”: Yunnan, Bihar, Minas Gerais, dan Aceh

Kekonyolan Bobby hanyalah pantulan kecil dari cermin besar tentang bagaimana posisi Aceh selama ini dalam struktur ekonomi regional.

Editor: Subur Dani
For Serambinews
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Kisah Bihar di India bahkan lebih menarik. 

Bihar pernah menjadi pusat kebudayaan, sumber mineral, dan salah satu provinsi terkaya di India selama era kolonial. 
Tapi pascakemerdekaan, Bihar terjebak dalam politik internal yang korup, ketimpangan struktural, dan akses buruk ke pusat perdagangan. 

Ia menjadi provinsi termiskin dan tertinggal di India. 

Namun perubahan terjadi ketika negara bagian itu mulai berfokus pada reformasi infrastruktur dan manajemen publik. 

Pelabuhan kering-dry port, jalan baru, dan sistem distribusi regional dibangun. Kini, meski belum sepesat Gujarat atau Maharashtra, Bihar perlahan membalikkan citranya dari provinsi terbelakang menjadi propinsi maju

Brasil punya cerita menarik lewat Minas Gerais. 

Dulunya pusat pertambangan emas dan berlian sejak masa kolonial Portugis, wilayah ini tumbuh pesat tetapi tidak merata. 

Baca juga: Gubernur Sumut Minta Jangan ‘Panas-panasin’ soal 4 Pulau: Nanti Warga Anti Liat Plat BK dan BL

Minas terlalu bergantung pada pusat-pusat logistik seperti São Paulo dan pelabuhan di Rio de Janeiro. 

Ketika pemerintah negara bagian memutuskan untuk membangun jalur kereta barang sendiri, memperkuat pelabuhan di tenggara, dan mendorong pengolahan hasil tambang di dalam wilayah, Minas mulai membangun kemandiriannya. 

Bahkan ia kini dikenal sebagai salah satu pusat industri dan teknologi energi alternatif di Brasil.

Yunnan, Bihar, dan Minas Gerais punya satu kesamaan, mereka tidak menunggu pusat untuk menyelamatkan mereka. 

Mereka membangun sistem logistik, industri, dan konektivitas yang berpihak pada wilayah mereka sendiri. 

Aceh Bisa dan Harus

Aceh bisa, dan harus, melakukan hal yang sama. 

Sudah saatnya Aceh berhenti menggantungkan distribusi barang dan akses ekonomi pada Medan. 

Saatnya membangun dua sisi pantai menjadi dua sayap kekuatan ekonomi yang saling melengkapi.

Pemerintah propinsi harus segera mengambil keputusan strategis, pilih pelabuhan utama untuk barat dan timur. 

Jangan semua “dibagi rata tapi tidak hidup.” 

Lakukan kajian komprehensif, ajak mitra global, dan fokus. 
Jangan takut ditertawakan seperti Riau saat mulai membangun Dumai. 

Hari ini, yang tertawa adalah mereka yang percaya pada dirinya sendiri, bukan mereka yang meminta izin pada center-pusat, dalam ha ini Sumut.

Jika Bobby Nasution ingin jadi aktor panggung logistik, biarkan. 

Yang lebih penting, Aceh harus segera menyadari, kita bisa keluar dari ketergantungan ini. 

Tapi hanya jika kita bangun dari tidur panjang kita sendiri.(*)

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Artikel dalam rubrik Pojok Humam Hamid ini menjadi tanggung jawab penulis.

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved