Kupi Beungoh
Menjaga Warisan Ilmu, Menyemai Akhlak : Kisah Abu Muda Syukri Waly Ulama Kharismatik Aceh
Siapakah dia? Dialah Abu Muda Syukri Waly anak dari seorang ulama besar di Aceh Selatan yaitu Abuya Syeikh Amran Waly Al - khalidy.
Menurut Abu Syukri, tantangan paling besar bagi generasi muda terutama Gen Z ini yaitu kurangnya “SABAR”. “Sabar yang di maksud yaitu mau sabar dalam kekurangan, sabar dalam kurangnya ekonomi, sabar apabila ditinggalkan orang tua. Apabila dia sabar terus dengan apa yang ia hadapi kelak dia pasti menjadi orang yang berhasil”, tegasnya.
Selain itu, jika dilihat dari generasi sekarang, menurutnya dalam membimbing anak-anak sekarang itu harus sesuai dengan zamannya, seperti kata Abu Bakar “’Allimmu auladakum lizzamanihim la lizzamanikum li annahum fulli kullizzamanihin lalizamanikum (Ajar olehmu anak mereka itu sesuai di zamannya bukan di zamanmu)”. Jadi, bagaimana pengaruh globalisasi sekarang ini kita juga harus memperkenalkan kepada mereka bahwa ada sesuatu yang lebih pintar tapi bukan manusia, melainkan teknologi.
Abu juga menekankan pentingnya mu’adalah atau penyetaraan Pendidikan agar dayah di akui secara nasional. “Apabila suatu Lembaga atau suatu dayah tidak memberikan sijjil resmi atau ijazah, maka itu akan merugikan kedua belah pihak, baik santri maupun dayahnya, karena apabila tidak ada sijjil atau ijazah maka dayah tersebut hanya tinggal nama”, ujarnya.
Harapan untuk Kedepannya
Harapan Abu untuk kedepannya, Ia sangat berharap apabila di masa depan nanti banyak dari pengusaha dan pemimpin itu berasal dari alumni agar negeri ini adil, aman, damai dan tentram. Selain itu bagi Abu dakwah bukan hanya tentang menyampaikan ceramah melainkan tentang teladan hidup. “Beut Seumebeut(belajar-mengajar)” ini juga lebih dari segala-galanya, istiqamah didalam pondok saja tidak harus kita keluar orang pun sudah tau dan kenal dengan kita, apalagi dengan zaman, apalagi dengan zaman yang sudah canggih ini pasti informasi akan mejalar keseluruh wilayah.
Di akhir wawancara, Abu menitipkan pesan sederhana namun maknanya sangat dalam untuk dikenang.
“Jika nanti kita sudah menjadi orang yang berilmu, kita harus saling menghargai ilmu orang lain dan juga jangan terlalu terbelenggu oleh pemahaman kita sendiri, karena terlalu berambis itu tidak baik”.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.