Jurnalisme Warga
Bahagia Menjadi Bagian dari EMT Pertama di Indonesia
EMT Muhammadiyah adalah bagian dari Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC)/Lembaga Resiliensi Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Selain itu, harus sehat jasmani dan mental yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan ‘medical check up’, bisa menguasai bahasa Inggris (melampirkan hasil tes TOEFL).
Setelah persyaratan administrasi dinyatakan lengkap, maka si calon diwajibkan mengikuti serangkaian ujian.
Ujian dimulai secara darng (online) dengan uji pengetahuan tentang kebencanaan dan juga ilmu medis. Selanjutnya, ujian wawancara dalam bahasa Inggris, yang diadakan di tingkat pusat, yaitu di Jakarta serta ujian fisik.
Ujian fisik yang dimaksud adalah untuk menilai kemampuan fisik calon anggota EMT dengan berlari sejauh 1 kilometer dengan membawa beban 15 kilogram yang diisi dalam ransel. Alhamdulillah, setelah mengikuti semua persyaratan dan ujian tersebut, saya dinyatakan lulus sebagai anggota EMT Muhammadiyah, satu satunya dari Aceh.
Tahapan selanjutnya adalah semua anggota EMT wajib mengikuti berbagai pelatihan untuk peningkatan kapasitas diri. Di antaranya, pelatihan International Emergency Medical Team Training yang diadakan di Malang, Jawa Timur, selama tiga hari. Pelatihan tersebut berisi transfer ilmu tentang bagaimana layanan berbagai tipe EMT, bagaimana tahapan dalam merespons setiap bencana, terutama di luar negeri, bagaimana menyiapkan dan menghitung kebutuhan logistik dalam setiap respons bencana, bagaimana manajemen ‘database’ dan cara pelaporan, serta banyak sekali materi yang sangat bermanfaat, merupakan ilmu baru, terutama bagi saya.
Satu bulan setelahnya kami mengikuti pelatihan di lapangan. Di situ saya dan teman-teman belajar bagaimana berkolaborasi bersama untuk membangun tenda EMT sampai bisa digunakan untuk pelayanan saat respons bencana.
Semua anggota tim—laki laki maupun perempuan, dan apa pun profesinya, apakah dokter, bidan, perawat atau tenaga logistik—semuanya harus bisa dan ikut serta bahu-membahu untuk mendirikan tenda.
Setelah itu, kami intens berdiskusi dalam grup WhatsApps dan mengikuti berbagai pelatihan lainnya secara daring. Ini wajib diikuti oleh semua anggota EMT.
Jadi, untuk bergabung menajdi anggota EMT memang membutuhkan waktu yang panjang sampai kemudian EMT Muhammadiyah terverifikasi WHO sebagai EMT Type 1 Fix.
Dukungan dari keluarga besar Muhammadiyah dan juga masyarakat luas melalui Lazismu sangat diharapkan terus mengalir untuk kelancaran kegiatan EMT Muhammadiyah.
Semoga apa yang sudah kami capai, EMT Muhammadiyah semakin meneguhkan semangat kemanusiaan (Humanity Beyond Borders) dan juga menambah kebermanfaatan untuk umat di seluruh dunia.
Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain? Mohon doanya untuk kami supaya bisa terus berpartisipasi aktif membantu seluruh manusia, baik yang seiman maupun yang tidak, karena sejatinya kita membantu atas dasar kemanusiaan, tanpa membedakan suku, agama, dan bangsa orang yang akan dibantu. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.