Jurnalisme Warga
Abu di Lheue Dirikan Dayah sebagai Benteng Melawan Paham Sesat
Meski bukan dari keluarga kaya, Abu tumbuh dalam lingkungan yang mendukung nilai-nilai keislaman dan pendidikan.
Abu di Lheue memiliki kepribadian yang menjadi panutan bagi murid dan masyarakat. Di antara kepribadian beliau: istikamah dalam mengajar, terbuka dalam debat ilmiah, dan menghargai murid.
Sosok Abu di Lheue dikenang sebagai ulama yang tawaduk, tekun, dan penuh kasih dalam mendidik generasi penerus Islam. Dayah Darul Falah menjadi warisan perjuangannya yang terus hidup hingga kini.
Ketegasan Abu di Lheue
Meski memiliki sikap yang lemah lembut dan penuh kasih, Abu di Lheue juga sangat bersikap tegas terhadap hal-hal yang hak dan batil, serta keras menentang kemungkaran. Di antara sikap tegas Abu di Lheue adalah selektif dalam memilih guru, tegas dalam mencegah kemungkaran, menolak perbuatan sia-sia, dan disiplin dalam ibadah maupun tarekat. Abu adalah pengamal tarekat Syathariyah, Shamadiyah, dan Khulwatiyah.
Prinsipnya yang kuat menjadikan Dayah Darul Falah sebagai pusat pendidikan Islam yang berwibawa dan berpengaruh.
Mustajabah doa
Abu di Lheue dikenal sebagai ulama yang disegani dan memiliki karamah. Beberapa kisah menunjukkan bahwa orang yang menyakiti atau berbohong kepadanya kerap mengalami gangguan jiwa atau kesulitan. Misalnya, santri yang berbohong soal izin belajar dan akhirnya jatuh sakit hingga sembuh setelah diizinkan kembali ke dayah.
Kisah lain menyebutkan, beliau pernah terlihat tidak basah saat berjalan di tengah hujan. Murid-muridnya meyakini itu sebagai buah dari ketakwaan dan amalan doa khusus yang diwariskan dari kakeknya.
Abu juga menganjurkan murid untuk mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan nazam sifat nabi sebagai perlindungan, menggantikan ilmu bela diri.
Abu di Lheue juga memeliki karakter yang kuat dan teguh dalam kehidupan sehari-hari serta bermasyarakat. Contohnya:
1. Sabar menghadapi ujian. Abu di Lheue menghadapi berbagai tantangan, termasuk gangguan seperti sihir dan fitnah. Namun, beliau tetap sabar dan membentengi diri dengan doa dan wirid, hingga Allah Swt mengangkat derajatnya di mata masyarakat.
2. Menghormati guru. Beliau sangat mencintai dan menghormati gurunya, terutama Abuya Muda Waly.
3. Aktif bersilaturrahmi dengan ulama. Beliau menjalin hubungan erat dengan ulama-ulama besar di Aceh.
4. Bijaksana dalam membina Masyarakat. Beliau aktif menyelesaikan persoalan sosial seperti faraid dan konflik warga.
Ia juga rutin mengajar tafsir dan fikih setiap Jumat di Masjid Syuhada 44.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Tgk-H-ABDUL-HADI.jpg)