Jurnalisme Warga
Abu di Lheue Dirikan Dayah sebagai Benteng Melawan Paham Sesat
Meski bukan dari keluarga kaya, Abu tumbuh dalam lingkungan yang mendukung nilai-nilai keislaman dan pendidikan.
5. Mendukung pemerintah yang adil. Ia pernah menjabat Ketua MUI Jeunieb dan aktif di organisasi Perti. Meski dekat dengan pemerintah, beliau tetap netral dan tidak terlibat dalam politik praktis.
Sosok Abu di Lheue dikenal sebagai ulama yang sabar, bijak, dan berpengaruh dalam membina umat serta menjaga kemurnian ajaran Islam di tengah masyarakat.
Abu di Lheue pernah berpetuah: lemah lembut membawa bahagia, keras dan membantah membawa celaka. Ia juga menekankan pentingnya sikap santun dan taat dalam hidup.
Petuah lainnya: mengaji jangan sekadar cari berkat. Santri muda harus belajar dengan tekun dan konsisten, bukan setengah hati.
Warisan ilmiah Abu
Didikan Abu di Lheue telah melahirkan generasi ulama yang tersebar di berbagai daerah, menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah bermazhab Syafi’i dan Asy’ari. Mereka menjadi penerus sanad keilmuan dan perjuangan Abu.
Abu di Lheue telah melahirkan banyak alumni top. Di antaranya Tgk Mahyeddin M Daud (Ayah Nubok), Drs Abu Bakar Karim (Wakil Rektor IAIN Medan), Tgk Mahdi Umar (Waled Krueng Kiran), Tgk H Abdul Hadi (Ketua HUDA Pidie), serta banyak lainnya yang menjadi pimpinan dayah dan tokoh masyarakat.
Wafatnya Abu di Lheue
Setelah 40 tahun mengabdi sebagai pimpinan Dayah Darul Falah, guru, dan khatib, Abu di Lheue wafat pada 10 Juni 2004 di klinik Geurugok, Bireuen, setelah sempat dirawat di RS Fakinah Banda Aceh.
Meski dalam kondisi sakit, beliau tetap berzikir hingga akhir hayatnya. Jenazahnya disemayamkan di halaman Dayah Darul Falah, Desa Meunasah Tunong Lueng, Jeunieb, dan dishalatkan oleh ribuan warga, ulama, dan santri.
Karena tidak memiliki keturunan, kepemimpinan Dayah Darul Falah sempat dipegang oleh murid senior sekaligus familinya, Tgk Mahdi bin Umar.
Pada 2005, Tgk Mahdi menyerahkan kepemimpinan kepada Ummi Hj Lathifah, istri Abu di Lheue. Setahun kemudian, Tgk Mahdi mendirikan Dayah Darussalam Ash Shamadiyyah Al-Waliyyah di Krueng Kiran, yang berkembang dengan dukungan swadaya masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai tasawuf dari gurunya.
Warisan Abu di Lheue terus hidup melalui murid-muridnya yang menyebarkan ilmu dan nilai-nilai keislaman ke berbagai penjuru Aceh.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Tgk-H-ABDUL-HADI.jpg)