Kupi Beungoh

Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia, Apa Peran Dokter Hewan?

WAAW dirayakan sebagai upaya meningkatkan kesadaran terhadap resistensi antimikroba atau antimicrobial resistence (AMR)

Editor: Yeni Hardika
FOR SERAMBINEWS.COM
Azhar Abdullah Panton, Dokter hewan sekaligus pemerhati masalah kesehatan masyarakat. 

Laporan global TB WHO 2023 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia setelah India.

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 mengungkapkan adanya 824.000 kasus TBC setiap tahun di Indonesia dengan 93.000 kematian.

Kasus lain, resistensi terhadap obat antimalaria generasi sebelumnya (klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin) juga telah dilaporkan dan tersebar luas di sebagian besar negara endemik malaria.

Parasit malaria falciparum resisten terhadap artemisinin yang muncul di Asia Tenggara.

Pengobatan menunjukkan adanya resistensi yang ditandai dengan profil penundaan setelah dimulainya pengobatan.

Antimikroba dan Produk Ternak

Selain penggunaan antimikroba yang tidak bijak dalam pelayanan kesehatan manusia, AMR dapat juga terjadi akibat penggunaan antimikroba yang tidak tepat dalam dunia peternakan.

Penggunaan obat-obatan, khususnya antibiotika dalam usaha peternakan dapat menimbulkan residu dalam produk ternak (daging, telur, susu, dan lainnya). 

Antibiotika telah banyak digunakan dalam usaha peternakan, khususnya ternak ayam untuk meningkatkan produktivitas.

Antibiotika umumnya berfungsi untuk pengobatan dan pencegahan penyakit, serta sebagai pemacu pertumbuhan (growth promotor) yang ditambahkan sebagai imbuhan pakan (feed additive).

Sebagai imbuhan pakan, antimikroba memiliki beragam fungsi, antara lain: sebagai pengawet, anti cacing, antikoksidea, anti jamur, meningkatkan palatabilitas dan memperbaiki sistem pencernaan.

Pemakaian antibiotika sebagai imbuhan pakan memperbesar kemungkinan adanya residu karena dalam proses produksinya ternak akan mengonsumsi pakan yang mengandung antimikroba secara terus menerus sampai saat dipotong atau sampai menghasilkan telur atau susu.

Baca juga: Melupakan MoU Helsinki, Apa Tidak Salah Bung Benny K. Harman? 

Kondisi ini membuka peluang terjadinya kasus AMR pada manusia yang mengonsumsi produk tersebut.

Fakta di lapangan menunjukkan adanya pemakaian antimikroba yang berlebihan dalam usaha peternakan.

Peternak umumnya tidak menggunakan antimikroba dengan tepat. 

Baca juga: Gula Darah Melonjak, Tubuh Mengirim Sinyal Bahaya

Misal, dosis dan lama penggunaan obat yang tidak sesuai anjuran, serta tidak memerhatikan withdrawal time/waktu henti (kurun waktu dari saat pemberian obat terakhir hingga ternak boleh dipotong atau produknya boleh dikonsumsi).

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved