Kisah Inspiratif

Kisah Perjuangan Dulmursid, dari Kernet Truk hingga Menjadi Seorang Bupati

Bertahun-tahun jadi kernet mobil, berkali-kali tes masuk tentara dan polisi namun gagal.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Yusmadi
Kisah Perjuangan Dulmursid, dari Kernet Truk hingga Menjadi Seorang Bupati - dulmusrid-membantu-mengangkat-hasil-panen-singkong.jpg
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid membantu mengangkat hasil panen singkong di kawasan Kain Golong, Simpang Kanan, beberapa waktu silam.
Kisah Perjuangan Dulmursid, dari Kernet Truk hingga Menjadi Seorang Bupati - dulmusrid-sopir-istrinya1.jpg
SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI
Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid, menyetir sendiri, Jumat (23/8/2019). Saat libur akhir pekan ia pergi undangan bersama istri dan kerap menyetir mobil atau naik sepeda motor berdua.

Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Siapa mengira nasib seseorang pada masa mendatang?

Inilah yang terjadi dengan Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid.

Bertahun-tahun jadi kernet mobil, berkali-kali tes masuk tentara dan polisi namun gagal.

Pernah menginap singkat di balik dinginnya jeruji besi, akibat ulahnya.

Setelah jadi bupati, tentu saja tak jadi lagi kernet mobil.

Namun naik kelas jadi sopir mobil pribadi sang istri ketika pergi ke undangan pesta pada akhir pekan.

Kebiasannya yang tak berubah; bercanda.

Baca: Misteri Surat Wasiat Michael Jakcson Setelah 10 Tahun Meninggal Dunia

Baca: Haji Uma Fasilitasi Pemulangan Jenazah Pemuda Lhokseumawe yang Meninggal Tenggelam di Malaysia

Baca: Presiden Iran Hassan Rouhani: Bahas Program Nuklir dengan Amerika Serikat Tidak Ada Gunanya

Kemudian menyempatkan turun langsung memanen hasil pertanian dari kebunnya sebagai pengganti olahraga.

Pria kelahiran 2 Februari 1970 itu bersedia berbagi ceritakan kepada Dede Rosadi koresponden Serambinews.com di Aceh Singkil.

Beginilah kisahnya.

Kendarai mobil sendiri pergi ke undangan.

Sorenya sebagai pengganti olahraga membantu panen singkong milik saudaranya yang ditanam dekat kebun sawit miliknya di kawasan Desa Kain Golong, Simpang Kanan.

Sebelum kembali menemui tamu yang ikut menyusul ke kebun.

Pada hari kerja Dulmusrid menerima tamu di kantor bupati dan pendopo di kawasan Pulau Sarok, Singkil.

Baca: Bupati Pimpin Sertijab Direktur RSUD Aceh Singkil

Baca: Bunda PAUD Aceh Singkil Temui Anak-anak Pulau Banyak

Baca: Bupati Aceh Singkil Bentuk Tim Peneliti Kayu Bajakah, Disinyalir Berkhasiat Obat

Sementara libur akhir pekan memilih tinggal di rumah pribadinya di blok VII Desa Sukarjo, Simpang Kanan.

Bukan tanpa alasan Dulmusrid tinggal di rumah yang terlalu sederhana untuk ukuran seorang bupati.

Rumah semi permanen dengan sebagian kayu sudah lapuk dimakan usia itu, sebagai tempat menerima keluh kesah warga yang tinggal di daerah pegunungan Aceh Singkil.

Agar tak terlalu jauh datang ke Singkil, sebagai pusat ibu kota.

Kebijakannya itu sempat menuai protes lantaran pendopo bupati di Pulo Sarok, kosong.

Alasan lain setiap akhir pekan Dulmusrid bersama istrinya Atmah, harus mengahadiri undangan pesta.

Menghadiri undangan pesta merupakan agenda wajib ketika tidak dinas luar daerah.

Baca: Cuaca belum Kondusif, Antrean Truk Masih Mengular di Pelabuhan Kuta Batu Simeulue Timur

Baca: Kebakaran Ilalang di Kuta Alam Panikkan Warga, Api Sampah Diduga Pemicunya

Baca: Ayah Kandung Jadikan 2 Putrinya Budak Seks Selama 9 Tahun, Perkosa dan Ancam Bunuh Korban

Obrolan demikian lebih tepatnya saya lakukan dengan Dulmusrid di beberapa lokasi berbeda.

Kadang hanya berlangsung dalam hitungan kurang dari lima menit, walau sudah janjian.

Maklum kesibukannya sebagai bupati dan kebiasaan non protokoler, tamu bisa tiba-tiba nyelonong memutus obrolan kami.

Pertemuan kami di kebun singkong itu menjadi pilihan agar waktu ngobrol bisa lebih longgar.

Walau kenyataanya tidak lantaran tamu tetap berdatangan.

Lahir di Blok VII Desa Sukarejo, Kecamatan Simpang Kanan, 49 tahun silam, Dulmusrid mengaku tak pernah bercita-cita jadi bupati.

Baca: Bus PMTOH Bawa Seniman ke Sarinah, Awali Pertunjukan Ngopi-Ngopi Bareng Seniman

Baca: Gelontorkan Tujuh Gol, Wirataco Tantang Naga Pala di Laga Pamungkas

Baca: Hewan Dilindungi Ini Sering Dipelihara Warga Aceh, Ingat! Anda Bisa Dipenjara Sampai Lima Tahun

Angan-angannya sejak masak kecil menjadi tentara atau polisi.

Tamat dari SMA 1 Simpang Kanan, langsung mengejar mimpinya dengan mendaftar masuk tentara di Siantar, Sumatera Utara.

Tapi gagal kendati sudah dua kali mencoba.

Tahun berikutnya mencoba peruntungan tes masuk tentara dan polisi di Banda Aceh.

Lagi-lagi garis tangan tidak berpihak kepadanya.

"Pengen jadi tentara atau polisi tapi gagal terus dalam tes," kata Dulmusrid, sambil tertawa lepas mengingat masa lalunya.

Gagal gapai cita-cita, alumni SD Negeri Siatas tersebut lantas menjadi kernet mobil truk pengakut karet.

Baca: Sabtu Malam, Persiraja Awali Putaran Kedua Menjamu Persibat Batang

Baca: Belum Ada Izin PT KAI, Bertahun Pengaspalan Jalan Rel Kereta Api Terbengkalai

Baca: Cinta Tak Direstui Orang Tua, Pasangan Remaja Ini Nekat Loncat ke Sungai Sambil Bergandengan Tangan

Kemudian jadi kernet truk pengangkut kayu di hutan dan terakhir profesi itu ditutup dengan menjadi kernet bus angkutan orang Singkil-Medan.

Tahun 1999 itulah masa pahit dalam hidupnya harus dilalui. Ia sempat menginap singkat di balik jeruji besi, karena tersangkut panen sawit tanpa permisi milik perusahaan.

Catatan hitam itu, bagi Dulmusrid tak perlu ditutupi. Justru ia membukanya ke publik sejak mencalonkan diri jadi Wakil Bupati 2012 lalu.

Menurutnya kisah kelam tersebut menjadi bahan intropeksi diri agar tak terulang kembali dan menjadi cermin bagi semua orang, bahwa setiap perbuatan pasti mendapat balasan setimpal.

Preman tobat, begitulah kira-kira sejak diangkat jadi bupati rutin puasa senin kamis.

"Tobat ya Allah jangan terulang kembali," ujar Dulmusrid menunduk.

Uniknya selesai 'menebus dosa' tahun 2000 dipercaya warga Sukarejo menjadi kepala desa.

Tak tanggung-tanggung karena memikat hati warga terpilih hingga dua priode berturut-turut.

Kesuksesannya menjadi kepala desa rupanya mendapat perhatian khusus dari begawan politik Aceh Singkil, almarhum H Makmursyah Putra.

Baca: Lima Terpidana Judi Togel Dicambuk, Penyedia Tempat Dicambuk Lebih Banyak dari Pemain Togel

Baca: BI Aceh Tertibkan Money Charger tak Berizin di Wilayah Pidie dan Pidie Jaya

Baca: Oknum Polisi Diduga Berikan Miras ke Mahasiswa Papua, Propam Polda Jabar Lakukan Penyelidikan

Sesuai aturan kala itu, tanpa harus berhenti dari kepala desa, cukup cuti saja tahun 2009 alamarhum Makmursyah Putra membujuknya mencalon anggota Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten (DPRK) Aceh Singkil, dari Partai Golkar di Dapil III.

Walau akhirnya gagal terpilih.

Tapi disitulah karir politiknya dimulai.

Saat kembali meneruskan jabatanya sebagai kepala desa, tahun 2011 diangkat menjadi anggota DPRK pengganti antarwaktu periode 2009-2014.

"Saya tidak berniat calon DPRK, tapi dibujuk oleh almarhum Pak Makmur (mantan bupati Aceh Singkil)," ujarnya mengenang.

Karir politik alumni SMP Negeri 1 Rimo yang kini menjadi SMP Negeri 1 Gunung Meriah, berlanjut. Masa tugasnya sebagai anggota dewa belum berakhir.

Lagi-lagi diminta mantan bupati Aceh Singkil, almarhum Makmursyah Putra yang merupakan ketua DPD II Golkar kala itu, menjadi calon wakil bupati Aceh Singkil mendapingi Safriadi sebagai calon bupati.

Hasilnya suami dari Atmah itu, terpilih menjadi wakil bupati Aceh Singkil, periode 2012-2017.

Puncaknya tahun 2017 ikut bertarung dalam pemilihan bupati Aceh Singkil periode 2017-2022.

Hasilnya cukup mengejutkan, ayah dari Dimas Subroto dan Nurazizah itu, keluar sebagai pemenang bersama pasangannya Sazali, mengalahkan calon bupati petahana.

Dulmusrid sesungguhnya memiliki bakat jadi pemimpin sejak masih duduk di bangku sekolah.

Di kampungnya di Sukarejo dipercaya sebagai ketua remaja masjid.

Setamat sekolah diangkat jadi ketua pemuda dan ketua pembangunan masjid.

Baca: Menemukan Kayu Bajakah Saat Jelajahi Hutan Rawa Singkil

Baca: Raih Hasil Berlawanan, Rawa Singkil dan Sada Kata Jalani Duel ‘Hidup Mati’

Baca: Bupati Aceh Singkil Pimpin Upacara HUT ke-74 Kemerdekaan RI

"Aku mau sama bapak, karena suaranya kalau mengaji di masjid saat masih remaja bagus," kata Ny Atmah istri Bupati Aceh Singkil, dalam satu kesempatan memberi kesaksian masa muda mereka.

Kembali ke kisah Dulmusrid setelah jadi Bupati.

Ia dianggap tidak bersikap tegas dalam memimpin anak buahnya. Kadang sikapnya itu membuat geregetan para pendukungnya.

Dulmusrid menguraikan, tegas bukan berarti marah-marah.

Menurutnya pendekatan psikologis justru lebih berhasil tanpa harus menyakiti hati sesorang dengan mengeluarkan bentakan.

Memang diakuinya butuh waktu lebih lama memahami karakter serta pola pikir jajarannya agar bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya tanpa harus diperintah atasan.

Ditanya enaknya jadi bupati, Dulmusrid mengaku lebih tenang menjadi petani.

Tapi garis tangan berkehendak lain, ia menegaskan tetap mengelurkan segala daya dan upaya menunaikan tugasnya sebagai bupati.

"Jadi bupati benarpun yang dibuat masih saja ada yang menilai salah. Apalagi salah," ujarnya akhir obrolan. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved