Berita Kota Subulussalam
Risdianty Saragih, Dokter Spesialis Pengasuh Anak Miskin dan Telantar, Ini Aktivitasnya Sosialnya
“Pak, saya belum masuk kriteria, saya belum ada apa-apanya. Lagi pula semua yang saya lakukan murni sebagai pengabdian untuk Subulussalam.....
Penulis: Khalidin | Editor: Jalimin
Wanita Inspiratif : Risdianty Saragih, Dokter Spesialis Pengasuh Anak Miskin dan Telantar, Ini Aktivitasnya Sosialnya
Laporan Khalidin I Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – “Pak, saya belum masuk kriteria, saya belum ada apa-apanya. Lagi pula semua yang saya lakukan murni sebagai pengabdian untuk Subulussalam. Tapi kalau mau ketemu saya bisa atur waktu, mungkin bisa bincang-bincang mana tau ada yang dapat disinergikan,” demikian antara lain, kalimat yang terucap dalam percakapan wartawan Serambinews.com, dengan Riszianty Saragih, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam beberapa waktu lalu saat meminta untuk bertemu wawancara.
Yah, dr Risdianty Saragih MSc Sp PD demikian nama lengkap wanita kelahiran Pematang Siantar, 31 Mei 1979 sosok di balik lahirnya grup parenting yang kini berada dalam naungan Yayasan Rumah Kita Subulussalam.
Semula, alumnus master dan Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1998 – 2004 ini enggan dipublikasi dengan alasan takut kiprahnya justru dianggap ria.
Namun setelah diyakinkan jika ini akan menjadi inspirasi bagi khalayak dan merupakan hasil penelusuran wartawan atas berbagai sumber, Risdianty akhirnya mengamini permintaan wawancara hingga membuat schedule.
Usai melaksanakan tugas rutinnya sebagai dokter spesialis di RSUD, Risdianty menemui wartawan Serambinews.com di salah satu ruang bangunan Yayasan Rumah Kita, Jalan Nasional Tapaktuan-Medan, Desa Belegen Mulia, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam. Di gedung nan megah ini digunakan sebagai tempat pendidikan dan sosial.
Polres Aceh Timur Imbau Pemilik Kendaraan Waspada Pencurian Velg dan Ban Mobil
Melihat Kehidupan Warga Translok Alue Demam, Minim Fasilitas dan Sulitnya Akses Transportasi
Kasus Perampokan Karyawati Koperasi, Pelakunya Diduga Bersembunyi di Kawasan Ini
”Sebagai amal jariyah, jika suatu saat saya telah tiada,” begitu petikan kalimat mengawali wawancara dengan Risdianty ketika ditanyai soal motivasinya menghabiskan uang hasil jerih payah untuk Yayasan Rumah Kita.
Risdianty pun menuturkan sederet kegiatan di Yayasan Rumah Kita yang bangunannya semula direncanakan menjadi tempat praktek umum melayani pasien.
Berawal pada pengalaman menghadapi pasien yang sering terkena Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau kekerasan anak merupakan cikal bakal kegiatan parenting. Lalu atas berbagai kegiatan ini memunculkan ide membuat yayasan rumah kita sebagai wadah pendidikan dan sosal.
Tanpa piker panjang, istri dr Diva Musda Rusnadhi, SpAn ini akhirnya merubah fungsi gedungnya menjadi lokasi yayasan.
Nah, di Yayasan inilah menjadi tempat anak-anak remaja berdiskusi tentang masalah yang ada, anak belajar TPA, membaca buku secara gratis, dan kegiatan belajar informal lainnya asuhan Risdianty mengikuti pembinaan.
Saat ini juga ada 25-an orang anak asuh dokter Risdianty yang disekolahkan di pondok pesantren hingga kuliah S1. Mereka tersebar di lembaga pendidikan Medan, Sumatera Utara hingga pulau Jawa. Para anak asuh yang dibiayai Risdianty berasal dari keluarga yatim piatu, pakir miskin dan anak-anak pemulung.
Malam Ini, Jamaah Haji Pidie Jaya Tiba di Bandara SIM, Satu Meninggal Dunia
Lazismu Aceh Barat Salurkan Zakat Produktif untuk Fakir Miskin
Pengendara Sepeda Motor di Takengon Banyak tak Gunakan Helm SNI
Dari 25 anak asuh, setengahnya biaya hidup dan pendidikan mereka ditanggung dengan uang pribadi sang dokter itu dan selebihnya dari donator.
Sebab, ada sejumlah teman sejawat atau sesama dokter dari pulau Jawa, Medan dan Aceh Risdianty yang turut mendermakan penghasilan bagi anak asuh tersebut. Tapi bila ada biaya pendidikan yang tersendat dari donatur tetap akan ditanggung yayasan Risdianty.
Namun dalam hal ini semua anak asuh yang disekolah atau kuliahkan, menandatangi perjanjian kerjasama atau MoU setelah menyelesaikan pendidikan mengabdi ke yayasan.
“Tujuannya agar kelak yayasan ini berkesinambungan, sehingga ke depan banyak lagi anak-anak bisa dibiayai pendidikannya,” ujar putri kedua dari empat bersaudara anak pasangan Alm.H Saragih dengan Ginah.
Kecuali itu, di Yayasan Rumah Kita juga tersedia sebuah balai pengajian bagi anak-anak mulai dari Iqra’ hingga alquran dan hafiz. Risdianty juga membantu jalannya rumah Hafiz di Pondok Pesantren yang berlokasi di Kilometer 3 Rundeng, Kecamatan Rundeng.
Pengendara Sepeda Motor di Takengon Banyak tak Gunakan Helm SNI
Redaktur Seni KOMPAS, Putu Fajar Arcana: Hanya Koran Indonesia yang Punya Halaman Sastra
BREAKING NEWS - KLB PNA di Bireuen Lengserkan Irwandi Yusuf, Mandat Ketua Umum PNA Dipegang Tiyong
Lalu, aktivitas di Yayasan Rumah Kita lainnya adanya agenda rutin berupa berbagai seminar keluarga, anak, pendidikan hingga pembelajaran umum lainnya. Ada pula taman baca anak-anak hingga pelatihan membatik, membuat aneka kue sebagai penganan khas Subulussalam.
Hal yang menarik lainnya yakni kebun edukasi di belakang bangunan yayasan. Di sana terdapat puluhan komoditas palawija yang dikembangkan secara modern.
Bagi pengunjung juga diberi tips-tips bagaimana menanam tanaman di perkarangan secara modern namun hemat biaya. Lalu, beberapa bulan sekali digelar pelatihan langsung. Semua aktivitas ini digelar dengan menggunakan dana yayasan dan jikapun dipungut biaya hanya alakadarnya sebagai pengganti snack atau konsumsi.
Kini, dari amatan di lapangan fasilitas Yayasan Rumah Kita bernilai miliaran rupiah. Namun, Risdianty enggan membeberkan nominal uangnya yang terkuras bagi operasional dan membiayai terwujudnya berbagai fasilitas yayasan. Sang dokter mengaku tidak terganggu atau merasa kekurangan.
Kebakaran Lahan Kembali Landa Lhoong Aceh Besar
Padahal, Risdianty bukanlah dokter berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau ASN. Sosok ibu tiga putra masing-masing, M. Sabiq Abdurrahman(14) Santri kelas 2 Dayah Darul Quran Aceh, M. Alif Syafiq (11) siswa kelas 6 SDIT Abqari Subulussalam dan M. Fatih Azizan (5) ini mengaku justru merasa tenang dan bahagia dengan apa yang dia perbuat.
Hal berbeda yang ditunjukan alumnus SMU Swasta Melati Pematang Siantar dan menyelesaikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 1995 – 1998 ini menyangkut pola hidup sehari-hari.
Meski merupakan dokter spesialis dan memiliki pendapatan berkecukupan bahkan sang suami juga dokter spesialis bukan berarti membuat hidup Risdianty glamour.
Pakaian atau perhiasan yang dikenakan nyaris semua tampak sederhana. Bahkan, di tengah kesibukannya Ridsdianty masih tetap mengurus keluarga seperti memasak dan lainnya.
Benar, ternyata salah satu yang membuat Risdianty tidak peduli soal uang karena kehidupannya tidak terlalu fokus dengan mengejar pernak-pernik duniawi. Soal pakaian pun, wanita yang pernah menjadi Wakil Direktur Pelayanan Medik RS Swasta PKPU Aceh Besar, Aceh ini biasa-biasa saja alias tidak mengedepankan brand.
”Kalau soal pakaian yang penting nyaman dipakai saya akan beli dan gunakan, jadi bukan karena brand. Terus di rumah juga saya yang memasak untuk suami dan anak-anak,” ucap Risdianty
Jam dinding menunjukan pukul 12.27 WIB dan suara Adzan di Mushalla Al Ikhlas mulai berkumandang.”Kita shalat dulu pak, nanti wawancaranya dilanjutkan,” ucap Risdianty menyela perbincanga.
Sekitar 20 menit kemudian, usai menunaikan shalat zhuhur, perbincangan kembali berlanjut terkait motivasi lain dibalik pengabdian Risdianty pada yayasannya. Padahal, jika saja bangunan tersebut digunakan maka menjadi pundi-pundi rupiah yang nilainya mungkin puluhan juta perhari.
Namun setelah menjadi yayasan justru menguras uang pribadi lantaran sang dokter membiayai sendiri tanpa ada donasi dari pihak manapun.
Sinergi dengan Forum PRB, RRI Banda Aceh Berkomitmen Sebagai Radio Mitigasi Bencana
Selain menjadi amal jariyah, ada mimpi lain bagi Risdianty dibangunnya Yayasan Rumah Kita. ‘Miniaturnya Subulussalam’ demikian salah satu mimpi Risdianty ke depan soal kiprah Yayasan Rumah Kita.
Sebab, di yayasan rumah kita ini menjadi konsep edukasi mulai perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan hingga potensi lain yang merupakan gambaran kekayaan alam Kota Sada Kata itu.
Risdianty berharap akan lahir yayasan atau lembaga lain dari para pengusaha atau orang berduit Bumi Syekh Hamzah Fansury ini. Dengan banyaknya lembaga sosial, kata Risdianty akan banyak pula anak-anak yang terbantu pendidikannya.
Lalu siapa sosok dibalik motivator sang dokter ahli penyakit dalam ini ?. Ginah (67). Lima huruf ini merupakan nama sosok seorang ibu berprofesi asisten apoteker.
Dia merupakan ibu kandung Risdianty. Sehari-hari, sang ibu merupakan petugas kesehatana/asisten apoteker yang banyak pasien. Walaupun wanita ini tidak punya kompetensi untuk memberikan terapi namun tanpa diminta banyak sekali pasien yang datang padanya.
Nah, orang-orang yang menjadi pasien Ginah umumnya membayar dengan sangat murah bahkan sering tanpa bayar alias gratis.”Ibu saya adalah orang yang sangat ringan tangan. Membantu siapapun, menyekolahkan adik-adiknya bahkan orang lain. Dia banyak membantu orang yang tidak mampu tapi ingin sekolah dengan diberi tempat tinggal di rumah kami.
Inilah yang jadi motivator utama saya. Jika dia bisa seperti itu, maka saya harus mengikuti kalau tidak lebih paling tidak setara. Apalah yang dikejar dalam kehidupan ini. Kalau soal ekonomi Alhamdulillah saya sudah cukup untuk kebutuhan makan dan pendidikan anak tapi yang terpenting bagaimana investasi kami di akhirat nanti.
Karena seberapa hebatpun harta benda ditumpuk akan tinggal,” terang Risdianty mengakhir perbincangan. Mengapa dokter Risdianty tidak membuka praktek? Nantikan ulasannya di tulisan berikut.(*)
Wujudkan Generasi Cerdas, Peureulak Barat Gelar Lomba Pidato
Sensasi Naik Bungki Pelempoh Leja di Danau Bungara Aceh Singkil