Kupi Beungoh

Virus Corona dan Teori Perebutan Super Power Dunia, Perang AS Vs China?

Novel The eyes of Darkness, secara detail menjelaskan penyakit yang menyerang tenggorokan dan paru-paru manusia ini akan menyebar ke seluruh dunia

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
T. Murdani, mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 

Berkolaborasi dengan Rusia, Cina telah membangun kekuatan besar di belahan dunia lainnya seperti Afrika, Timur Tengah, hingga ke Australia.

Pengaruh Cina di Asia sangat kentara dalam berbagai hal dengan proyek Obornya.

Di Indonesia hampir semua penduduk merupakan pemakai produk China, mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai teknologi.

Coba periksa HP yang ada di tangan orang-orang Indonesia, hampir semua memakai merek Cina.

Belum ada yang tahu pasti dari mana virus corona muncul, namun Wuhan merupakan kota pertama ditemukan penyakit tersebut.

Cina telah menuduh Amerika mengirim virus tersebut sebagai serangan biologis memalui personel tentaranya.

Perdebatan global tidak bisa dihindari, namun dapat dikurangi dengan mengedepankan prioritas untuk menangani korban dari virus tersebut.

Kondisi pemerintah Cina sepertinya sudah sangat siap dengan serangan penyakit ini.

Walaupun rakyat terlihat panik, namun pemerintah Cina sangat percaya diri dalam mengontrol situasi.

Hal ini dapat di simak dari beberapa vidio yang viral dimana seminggu setelah virus tersebut terjangkit, Presiden Cina mengunjungi Wuhan dan menyempatkan diri untuk berkunjung ke masjid dan bertemu dengan tokoh Muslim di sana.

Ini belum lagi pembangunan Rumah Sakit Corona yang begitu besar dan modern, hanya dalam waktu 10 hari.

Seperti sudah tersusun rencana yang harus dilakukan, Wuhan melakukan lockdown selama dua bulan.

Menurut cerita mahasiswa Wuhan di Australia, pemerintah memantau pelaksanaan lockdown dengan satelit dan CCTV.

Warga yang sedang isolasi wajib melapor secara online apabila ada gejala yang menjurus pada terinfeksi corona.

Hasilnya, pada bulan Maret 2020, dengan percaya diri Cina mengumumkan telah berhasil memutuskan mata rantai penyebaran covid-19, dengan tidak ditemukannya penderita baru di negara tersebut.

Sudah bisa ditebak, langkah selanjutnya adalah Cina membagikan cerita sukses dalam menanggulangi penyebaran virus tersebut kepada negara-negara lain.

Kenyataannya, Cina tidak hanya membagikan cerita sukses tetapi juga menawarkan bantuan kepada berbagai negara untuk menanggulangi penyebaran penyakit tersebut.

Cina mengirimkan ribuan alat test corona, ADP, alat pernafasan, dan kipas angin ke berbagai negara yang membutuhkan, termasuk Italia, Iran, dan tak luput Indonesia.

China Cabut Lockdown di Provinsi Hubei Wuhan, Wabah Virus Corona Mulai Mereda

Sudah Menyebar ke Seluruh Dunia, Tim Medis Berhasil Bongkar Fakta Awal Kemunculan Wabah Corona Wuhan

Kisah Inspiratif Pemuda Aceh di Wuhan Membakar Semangat Melawan Wabah Corona di Indonesia

Hal ini berbanding terbalik dengan AS di bawah pemerintahan Trump. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) belum mampu berbuat banyak untuk mengendalikan penyebaran virus berbahaya ini.

AS tidak mampu berbuat banyak terhadap Italia yang terikat dengan persaudaraan Eropa.

Sebaliknya AS, menurut laporan Guardian, menjadi negara yang tertinggi penyebaran virus tersebut, dan terpaksa harus “mengemis” bantuan pada Cina.

Kini, posisi AS sebagai penyandang super power tunggal di jagat raya mulai dipertaruhkan. Duh!

Presiden AS Donal Trump Akui China Memiliki Pemahaman yang Hebat Tentang Virus Corona

Donald Trump Batalkan Lockdown Kota New York, Sebut Tidak Diperlukan

Perebutan Status Super Power

Cina dengan percaya diri menawarkan berbagai bantuan kepada AS dalam menghadapi serangan virus yang sangat berbahaya ini.

Sekilas ini mungkin menjadi gambaran biasa dalam dunia kemanusiaan.

Tetapi di balik itu kita dapat melihat bahwa Cina sudah memiliki strategi yang cukup baik untuk berbicara di tingkat global.

Jika Amerika tidak memiliki langkah yang tepat dan terukur dalam menghadapi pengaruh Cina untuk mengontrol penanggulangan covid-19, maka status super power bukan hal yang mustahil akan berpindah ke tangan Cina.

Ke depan polisi dunia bisa jadi bukan lagi AS, melainkan Tiongkok.

Negara-negara yang menerima bantuan dari Cina dalam menangani wabah ini tentu akan mempertimbangkan untuk menjadi mitra Cina ke depan, baik dalam aktivitas perdagangan dan ekonomi, maupun dalam persoalan politik.

Jika ini terjadi, maka kurs mata uang dunia akan berkiblat ke Yuan.

Artinya, masyakat dunia akan mengucap bye-bye kepada USD (US Dollar).

Bagi dunia Islam ini akan menjadi sebuah pembuktian terhadap keshahihan ucapan Rasulullah “Kiamat tidak akan terjadi sampai kalian memerangi sekolompok orang yang sendalnya terbuat dari rambut, dan memerangi bangsa Turki, yang mana mereka bermata sipit, berwajah kemerah-merahan, berhidung pesek, wajah mereka berbentuk perisai yang bundar (HR Bukhari dan Muslim).

Update Wabah Corona 27 Maret 2020: Amerika Kalahkan China dengan Jumlah Infeksi Terbanyak

Quo Vadis Indonesia?

Tentunya benturan pertama yang akan terjadi adalah konflik ekonomi; antara syariah dan komunis serta perlombaan penguasaan sumber daya alam (SDA) yang ada di Asia.

Indonesia besar kemungkinan tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi gelombang ini selain mendekatkan diri dengan calon penguasa geopolitik global yang baru ini.

Dunia perpolitikan di Indonesia diperkirakan akan menghadapi persoalan disintegrasi bangsa.

Apalagi Indonesia memang menyimpang disintegrasi ini yang merupakan warisan kepemimpinan lama. Papua (timut), Aceh (barat), Maluku (tengah) masih menyimpan potensi diistegrasi yang bisa saja dimanfaatkan untuk dipicu kembali.

Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk Islam terbesar di dunia akan menjadi kekuatan resistant terkuat terhadap tatanan dunia baru tersebut.

Langkah antisipatif sudah sangat mendesak bagi Indonesia untuk menghindari berbagai kekacauan politik dan ekonomi paska wabah corona ini.

Mau dibawa kemana (quo vadis) Indonesia?

Kita episode demi episode pada masa recovery (pemulihan) dan paska corona yang tak terlalu lama lagi.

Semoga ummat Islam mampu melihat persoalan ini tidak hanya dalam bidang aqidah dan ibadah saja, di mana covid-19 adalah sebuah peringatan Allah terhadap keangkuhan dan kesombongan hambanya, tetapi mampu melihat lebih jauh ke depan melalui ilmu teknologi yang Allah berikan untuk kebaikan hambanya.

Dunia sedang menuju kepada titik yang sudah dengan sangat jelas diuraikan baik dalam Alquran maupun hadits Rasulullah.

Kita berharap agar umat Islam Indonesia mampu membaca arah perkembangan dan perubahan zaman sehingga tidak keliru dalam mengambil sikap, sebaliknya dapat menyusun strategi dan memiliki nilai tawar di mata super power baru. Semoga!

T. Murdani, mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
T. Murdani, mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. (SERAMBINEWS.COM/Handover)

Canberra, 30 Maret 2020

PENULIS, T. Murdani adalah mahasiswa program Doktor dalam bidang International Development, Fakultas Art & Design, University of Canberra, Australia, mengajar pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Email: teuku.murdani@gmail.com

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved