Sejarah Hari Ini

Hari Ini Dalam Sejarah: Tenggelamnya KMP Gurita di Laut Sabang, 284 Orang Dinyatakan Hilang

Hari ini, Selasa (19/1/2021), tepat 25 tahun yang lalu Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita tenggelam di perairan laut Sabang, Aceh.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Hari ini, Selasa (19/1/2021), tepat 25 tahun yang lalu Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita tenggelam di perairan laut Sabang, Aceh. 

SERAMBINEWS.COM – Hari ini, Selasa (19/1/2021), tepat 25 tahun yang lalu Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita tenggelam di perairan laut Sabang, Aceh.

Awal tahun 1996, menjadi peristiwa dan sejarah kelam yang dibalut duka bagi masyarakat Aceh.

Ditengah konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM), sebuah tragedi tansportasi laut terjadi di ujung barat Indonesia.

Kapal Motor Penumpang (KMP) Gurita tenggelam saat melakukan pelayaran dari Pelabuhan Malahayati, Aceh Besar menuju Pelabuhan Balohan, Sabang.

Dalam catatan sejarah, KMP Gurita berangkat dari Pelabuhan Malahayati pada tanggal 19 Januari 1996 pukul 18.45 WIB.

Kapal pabrikan Bina Simpaku Jepang ini seharusnya tiba di Pelabuhan Balohan, Sabang pada pukul 21.00 WIB.

Sebelum berangkat, tidak tampak keanehan ketika semua penumpang memasuki kapal yang dirakit tahun 1970 itu.

Baca juga: Isak Tangis Pecah Saat Jenazah Ibu Anak Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air Tiba di Rumah

Baca juga: 29 Jenazah Pesawat Sriwijaya yang Jatuh Teridentifikasi, Satu di Antaranya Bayi 11 Bulan

Baca juga: Hari ke 10, 310 Kantong Jenazah Berisi Body Part Korban Sriwijaya Air SJ-182 Berhasil Dievakuasi

Kapal kemudian berangkat meninggalkan Pelabuhan Malahayati menuju Sabang.

Malam itu, KMP Gurita tak kunjung bersandar di Pelabuhan Balohan.

Para pejemput terus menantikan kedatangan kapal yang membawa kerabat mereka.

Jam menunjukkan telah melewati pukul 21:00 WIB, kapal urung bersandar juga.

Otoritas Pelabuhan Balohan kemudian mendapat kabar bahwa KMP Gurita telah tenggelam.

Diketahui, KMP Gurita membawa 378 penumpang.

Jumlah itu bukanlah kapasitas yang laik bagi kapal jenis Roro buatan tahun 1970 itu.

KMP Gurita sejatinya hanya mampu menampung 210 penumpang.

Baca juga: Suara Misterius Terekam Petugas saat Cari Pesawat Sriwijaya Air: Teriakan dan Tangis Minta Tolong

Baca juga: Hari ke-9 Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182, Tim DVI Polri Terima 188 Kantong Jenazah Korban

Berdasarkan data yang dihimpun Serambinews.com dari berbagai sumber, dari total 378 penumpang, 282 orang di antaranya warga Sabang, 200-an warga luar Sabang, serta 16 warga negara asing.

Pada Saat itu, banyak penumpang yang naik keatas kapal tidak terdaftar dalam manifest alias ilegal.

KMP Gurita juga dipaksakan mengangkut barang yang jumlahnya mencapai 50 ton, seperti 10 ton semen, 8 ton bahan bakar, dan 15 ton tiang beton listrik.

Ditambah lagi dengan bahan sandang-pangan kebutuhan masyarakat Sabang serta 12 kendaraan roda empat dan 16 roda dua.

Muatan sesak sebenarnya sudah lazim terjadi dalam kapal yang memiliki panjang 32,45 meter, lebar 7,82 meter, dan tinggi 2,54 meter ini.

Yang menjadi pembeda hari itu, kebanyakan penumpang adalah warga Sabang yang kembali.

Mereka pulang kampung untuk menyambut hari meugang dan puasa pertama yang jatuh pada 22 Januari 1996.

KMP Gurita diketahui tenggelam di antara 5-6 mil laut dari Perairan Teluk Balohan, Sabang.

Baca juga: Kisah Sertu Palemba Lindungi Keluarganya dari Gempa, Putra Sulungnya Tewas dalam Gempa Susulan

Baca juga: Basarnas Kumpulkan 17 Kantong Jenazah Berisi Body Part Korban Sriwijaya Air SJ-182

Dari total 378 penumpang, 40 orang dinyatakan selamat, 54 orang ditemukan meninggal, dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita.

25 tahun berlalu, bangkai kapal yang berada didasar laut Teluk Balohan Sabang itu tak berhasil diangkat dari dasar laut.

Kisah Korban Selamat

Muhibuddin Ibrahim merupakan korban yang berhasil selamat dari tragedi KMP Gurita.

Mihibuddin yang biasa disapa Ucok Sibreh beserta rekannya bernama Indra, terdaftar sebagai penumpang resmi KMP Gurita.

Pada saat itu, ia dan rekannya masuh duduk dbangku kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 (usia 17-an).

Hari Jumat, 19 Januari 1996 mereka berencana ke Kota Sabang untuk  melakukan suatu urusan sekalian liburan.

Satu-satunya transportasi yang membawa ke Sabang, adalah dengan menggunakan KMP Gurita.

Baca juga: Warga Sabang Kenang Karamnya KMP Gurita  

Baca juga: Ahli Waris dan Penumpang Doa Bersama Kenang Tenggelam KMP Gurita

Sore itu, Ucok dan Indra membeli tiket penumpang di loket resmi kapal.

Mereka kemudian naik ke atas kapal.

Pukul 18:45 WIB, kapal kemudian meninggalkan Pelabuhan Malahayati menuju Balohan, Sabang,

Namun naas dalam perjalanan menuju Sabang KMP Gurita yang ditumpangi mereka tenggelam pada pukul 20.30 malam.

Ucok berkisah, malam itu dia beserta rekannya sedang berada di buritan kapal melihat air yang menghantam bagian depan kapal semakin mendekati mereka.

Temannya bernama Indra pun berinisiatif mengajak Ucok untuk melompat ke laut.

Namun sayang rekannya ternyata belum bisa berenang sehingga hilang ditelan arus laut.

Sedangkan Ucok tanpa disadarinya telah terlempar jauh dari kapal, Ucok pun berusaha berenang kesana sini menggapai apa yang bisa dipegang untuk mengapung.

Baca juga: Ikut Berduka untuk Korban Sriwijaya Air SJ-182, Warga Palestina Shalat Ghaib dan Doa Bersama

Baca juga: Hukum Mencari Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Laut, Berikut Penjelasan Buya Yahya

Dan seperti mukjizat akhirnya Ucok berhasil mendapat pertolongan salah seorang ABK bernama Adi.

Adi memberinya tempat pegangan pada pelampung kapal lifebuoy yang ada padanya.

Setelah terkatung-katung selama kurang lebih 17 jam di laut dalam keadaan lapar haus dan letih.

Ucok dan Adi pun ditemukan oleh kapal tanker Laju Perkasa 4 yang sedang lewat.

Menurut ucok kejadian ini merupakan mukjizat dari Allah dia bisa selamat.

Sebab dari 387 penumpang, cuma Ucok beserta 40 orang yang selamat.

Sedangkan 54 orang dinyatakan meninggal dan 284 orang dinyatakan hilang.

Setelah dievakuasi ke kapal penolong, Ucok dan Adi pun bersujud syukur kepada Allah SWT kerena telah diselamatkan dari maut lautan.

Baca juga: VIRAL Sebelum Meninggal Suami Sempat Tanyakan Bagaimana Kalau Aku Mati, Ternyata Suami Benar Pergi

Baca juga: Perjalanan Janggal Sriwijaya Air SJ 182, Diduga Hendak Pindah Jalur, Disorientasi Hingga Oleng

“Alhamdulillah” ungkapnya berkali-kali dengan mata masih berkaca-kaca mengenang peristiwa itu.

Ucok menyesalkan hingga saat ini tidak adanya perhatian pihak terkait terhadap korban.

Padahal semua korban selamat membeli tiket resmi dan ada asuransinya.

Selain itu, Ucok juga berharap adanya perhatian pelaku transportasi terhadap kelayakan kapal (laik layar) saat beroperasi. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Baca juga: Wafat Para Ulama Sebagai Tanda Kiamat Sudah Semakin Dekat ? Berikut Penjelasan Ustadz Abdul Somad

Baca juga: Tarif Sejumlah Jalan Tol di Pulau Jawa Naik, Pengusaha Logistik: Tarif Sebelumnya Saja Sudah Berat

Baca Juga Lainnya:

Baca juga: Fenomena Hujan Es Sebesar Kelereng hingga Puting Beliung Landa Cianjur, Rumah Warga Rusak

Baca juga: Curiga Bukan Anaknya Karena Punya Tubuh Lebih Tinggi, Ayah Diam-diam Tes DNA

Baca juga: Delapan Keluarga Sudah Mengungsi, Fenomena Tanah Bergerak

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved