Kupi Beungoh
Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (3- Habis)
Cerita Aceh sebagai salah satu kerajaan maritim Islam terbesar Nusantara nyaris hanya ada dalam tulisan pengembara dan beberapa catatan sejarah.
Jika memang ada peninggalan yang lapuk atau terkubur semestinya ada bukti- bukti arkeologis yang digali yang kemudian dapat direkonstruksikan.
Jika memang perlu, tidak salah membuat replika artefak sebagai infrastuktur jalan buatan kembali ke masa lalu bagi generasi baru dan mereka yang ingin tahu Aceh masa lalu.
Baca juga: Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (I)
Baca juga: Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (II)
Pelajaran dari Barus
Ada peristiwa lucu namun sangat dalam artinya, ketika pada bulan Juni 2020, Presiden Jokowi dengan didampingi oleh Menteri Luhut Binsar Panjaitan meresmikan tugu titik nol masuknya agama Islam ke Nusantara di Barus, Kabupaten Madina, Sumatera Utara.
Serentak sebagian ulama, para pakar, anak muda, dan banyak pihak di Aceh protes, dan bahkan tak kurang ada yang marah dan bahkan memaki-maki upacara itu.
Tiba-tiba kita marah dengan “issue” warisan, yang seolah-olah hendak diambil oleh orang lain.
Sebagian kita lupa bahwa yang sedang terjadi adalah sebuah “kontestasi sejarah”, tepatnya kontestasi artefak sejarah.
Tiba-tiba saja berbagai umpatan timbul, seolah olah ada pihak-pihak yang sengaja dan terstruktur ingin membuat Aceh terdegradasi dari sebuah simbol sangat penting dalam sejarah Islam di Nusantara.
Tiba-tiba saja, upacara kehadiran Jokowi itu itu menjadi sangat politis sifatnya.
Sebagian publik Aceh tidak sadar, bahwa klaim Barus itu masih sangat perlu untuk pembuktian arkeologis lanjutan.
Artefak batu nisan itu didapatkan dari sebuah situs pemakaman yang pada nisannya tertera informasi yang sangat penting tentang periode kedatangan Islam yang menurut tanggal dan tahunnya lebih awal dari kedatangan Islam ke Peureulak dan Samudera Pasai.
Kontestasi sejarah tidak akan pernah berhenti, dan akan terus berjalan seiring dengan pasang surut zaman yang terjadi.
Karena artefak berhubungan dengan sejarah, maka urusan membawa masa lalu ke dalam ruang waktu masa kini menjadi sebuah objek yang tidak hanya berurusan dengan akar budaya dan sejarah, tetapi juga sebuah modal besar ekonomi masyarakat dan negara.
Baca juga: Wisata Religi ke Makam Papan Tinggi Barus
Baca juga: VIDEO - Titik Nol Peradaban Islam di Barus
Komodifikasi situs dan artefak masa lalu kini telah mebuat sejarah menjadi sumber pemasukan uang yang tidak hanya penting untuk pendapatan negara, tetapi juga telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat yang bersangkutan.
Ambil saja sejumlah 8 propinsi di Andalus Spanyol yang pada tahun 2019 menarik tidak kurang dari 12 juta pengunjung.