Salam
17 Tahun Tsunami, Sudah Siagakah Kita?
Harian Serambi Indonesia edisi Ahad (26/12/2021) kemarin mewartakan tentang peringatan 17 tahun gempa
Oleh karenanya, setelah 17 tahun tsunami melanda, sudah saatnya Pemerintah dan masyarakat Aceh introspeksi dan mengukur: sudah siaga bencanakah kita? Sudah benar-benar tangguhkah kita dalam menghadapi bencana?
Kita harus senantiasa berikhtiar untuk memperkecil dampak bencana, bahkan bila mungkin menghindarinya. Jangan sampai, cara kita menghadapi bencana gempa dan tsunami di abad 21 ini tidak berbeda sama sekali dengan cara para pendahulu kita seabad atau dua abad lalu dalam merespons bencana.
Mari kita pastikan bahwa ‘bouy’ sebagai penanda akan terjadinya tsunami masih terpasang lengkap di perairan Aceh. Kemudian, apakah sirine tsunami di beberapa tititk berfungsi dengan baik?
Yang tak kalah pentingnya adalah apakah papan petunjuk arah evakuasi masih terpasang di tempatnya. Lalu, apakah anak-anak sekolah di kawasan pesisir sudah diajarkan semaksimal mungkin agar sadar bencana?
Aceh ini sebenarnya kaya pengalaman (tsunami), tapi minim implementasi di bidang mitigasi bencana. Kita juga tak ingin anak cucu kita melupakan sejarah kebencanaan.
Justru, dengan sejarah tsunami ini kita ingin membangun mereka menjadi masyarakat yang siaga bencana sehingga terbangun masyarakat yang tangguh terhadap bencana.
Yang lebih penting dari itu adalah mari kita jadikan masyarakat Aceh sadar bahwa kita hidup berdampingan dengan bencana dan harus selalu siaga bencana dan membangun ketangguhan bersama.
Baca juga: Membangun Masyarakat Siaga Bencana dan Tangguh Bersama
Baca juga: Perempuan dalam “Sakratul Maut”
Baca juga: Anak di Transmigrasi Sering Tak Bisa Sekolah