Breaking News

Jurnalisme Warga

Fatahillah, sang Penakluk Sunda Kelapa Keturunan Aceh

'Fadhillah' lebih memungkinkan untuk dicocokkan sebagai verifikasi dengan berita Portugis yang menyebutkan nama 'Falatehan'

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Fatahillah, sang Penakluk Sunda Kelapa Keturunan Aceh
FOR SERAMBINEWS.COM
MELINDA RAHMAWATI, Alumnus Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA dan mantan peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Kampus Universitas BBG, melaporkan dari Jakarta

Penggunaan nama Jayakarta lainnya juga dihadirkan sebagai bentuk usaha melanjutkan cita-cita dakwah Islamnya.

Sekaligus perjuangannya menegakkan kebenaran serta mengusir penjajah.

Nama Fatahillah lainnya digunakan sebagai nama salah satu Perguruan Tinggi Islam di bawah Kementerian Agama, yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Baca juga: Cerita Cucu Sultan Aceh Mencari Jejak Saudara-saudaranya

Dilansir dari laman indonesiakaya.com, makam Pangeran Jayakarta bersebelahan dengan Masjid As-Salafiah, tepatnya Jalan Jatinegara Kaum Nomor 49, Kecamatan Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur.

Memasuki kawasan masjid, terdapat sebuah pendopo yang berukuran 10×10 m.

Dalam pendopo tersebut, terdapat lima makam yang salah satunya merupakan makam Pangeran Jayakarta.

Makam tersebut dicirikan dengan tulisan Achmad Jacetra pada batu nisannya.

Sementara di sebelahnya, terdapat makam Pangeran Lahut yang merupakan putra dari Pangeran Achmad Jacetra.

Untuk mengenang perjuangan Pangeran Jayakarta, pada ulang tahun Kota Jakarta ke-441, Gubernur Ali Sadikin meresmikan berdirinya Makam Pangeran Jayakarta.

Pada tahun 1999, berdasarkan Perda Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 9, Makam Pangeran Jayakarta termasuk dalam daftar benda cagar budaya yang dilindungi Pemprov DKI Jakarta.

Sejatinya setiap catatan sejarah, antarsatu catatan dengan catatan lain, saling berkaitan dan bertalian.

Hanya saja tidak semua mampu untuk dilihat dan diinterpretasikan.

Karena memasuki ruang sejarah sama saja dengan memasuki sebuah lorong waktu yang berputar mundur, kemudian membuat kita berpikir mengenai dampaknya pada masa kini, dan mempelajarinya untuk menghadirkan kebaikan di masa depan.

Tanpa disadari ternyata Kota Batavia atau Jayakarta, kelahiran saya masih memiliki pertalian dengan tanah Aceh.

Melalui Fatahillah saya dapat melihat dua tempat besar dari satu babakan sejarah yang membentuk nasionalisme untuk menjadi Indonesia saat ini. (melinda.rahmawati7@gmail.com) 

Baca juga: Warga Keturunan Aceh Bangun Meunasah Seharga 5 Miliar di Malaysia, Dilengkapi Kompleks Perumahan

Baca juga: Malaysia Dilanda Banjir Terbesar Setelah 2015, Warga Keturunan Aceh Galang Bantuan

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved