Jurnalisme Warga

Tradisi Memuliakan Orang Meninggal di Aceh

Tanah perkuburan tinggi itu pertanda mulia bahwa yang dikebumikan di situ adalah adalah orang-orang terhormat seperti raja, ulama besar

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Tradisi Memuliakan Orang Meninggal di Aceh
FOR SERAMBINEWS.COM
T.A. SAKTI, Pensiunan dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Gampong Bucue, Kecamatan Sakti, Pidie

Pada malam-malam itu dibaca Al-Qur’an di samping makam.

Pihak tuan rumah hanya menyediakan kopi, teh, dan kue.

Reusam dunia Sejak dulu hingga sekarang, kematian seseorang dianggap musibah bersama.

Setelah mendengar pengumuman, masyarakat suatu kampung tumpah ruah berhimpun ke rumah orang yang meninggal.

Tempo dulu, tugas pertama perangkat gampong adalah membeli kain kafan dan papan keranda ke pasar kecamatan.

Sekarang, kesemua barang itu sudah tersedia di kampung masing- masing yang dibeli dengan dana kas gampong.

Mempersiapkan daun inai (on gaca), daun pandan, dan daun jeuraloh atau jaloh (tumbuh di pinggir sungai) dilakukan oleh kaum perempuan.

Daun inai dan jeuraloh disebut daun kayu surga (on kayee syuruga).

Daun ini dimasukkan ke dalam bantal jenazah dan kain kafan.

Baca juga: Lestarikan Warisan Leluhur, Ribuan Warga Delima Gelar Tradisi Khanduri Blang

Setelah semua urusan penguburan selesai, kepada semua yang hadir di pemakaman disajikan kenduri kue apam (sejenis serabi) dengan lauk kukuran kelapa yang ditaburi gula.

Tradisi kenduri apam masih dipraktikkan di sebagian daerah Aceh hingga sekarang.

Malam-malam inti Hitungan hari orang meninggal di Aceh mulai pada malam hari.

Pada malam ke- 7, 30, 44, 90, dan 100 adalah malam pilihan yang banyak tamu diundang kenduri sekaligus membaca doa.

Pada masa kecil saya, para hadirin membaca Qur’an selepas santap kenduri.

Sementara, sekitar 40 tahun lalu hingga sekarang para undangan hanya baca doa “samadiah” paling lama 40 menit.

Sekitar 30 tahun lalu, muncul tradisi samadiah bersama di Kabupaten Pidie.

Selama tujuh malam, perlu minta bantuan rumah famili buat tempat tamu berdoa.

Dalam tradisi orang meninggal di Aceh, hari pertama sampai hari ketujuh, baik siang maupun malam, penuh dengan keramaian.

Para tamu mengalir deras. Pemberitahuan sesama teman, cukup sebagai undangan yang menggerakkan orang untuk berkunjung.

Orang-orang semacam “terhipnotis” segera berhadir.

Padahal, selama hidup boleh jadi kedua orang itu belum pernah kenal.

Tradisi itu terus berkembang dan juga berubah, sementara almarhumah istri saya pada malam Kamis, 13 Oktober 2022/17 Rabiul Awal 1444 H sudah dilaksanakan doa bersama malam ke-100.

Semoga beliau dalam rida dan rahmat Allah Swt di alam barzah.

Amin. (t.abdullahsakti@gmail.com)

Baca juga: Restorative Justice dan Peradilan Adat, Antara Barang Baru dan Tradisi Turun Temurun di Aceh

Baca juga: Mahasiswa Baru Unida Dipeusijuek di Pantai Lhoknga, Presiden Mahasiswa Sebut Sudah Jadi Tradisi

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved