Jurnalisme Warga
Menikmati Malam di Alun-Alun Kota Bireuen
Posisi Bireuen yang diapit oleh Pidie Jaya, Aceh Utara, dan Kabupaten Bener Meriah sangat menguntungkan bila dilihat dari sisi perkembangan ekonomi
OLEH CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari Bireuen
BIREUEN adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang semakin berkembang sejak mendapatkan otonomi penuh pada 12 Oktober 1999.
Kabupaten hasil pemekaran dari Aceh Utara ini juga dikenal sebagai "Kota Juang".
Menurut sejarahnya Presiden Soekarno pernah memimpin pemerintahan langsung dari Bireuen ketika berkunjung ke kabupaten ini.
Bireuen terdiri atas 17 kecamatan, masing-masing memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Pekerjaan rata-rata penduduk Bireuen adalah petani, nelayan, dan sebagiannya wiraswasta dan aparatur sipil negara (ASN).
Posisi Kabupaten Bireuen yang diapit oleh kabupaten Pidie Jaya, Aceh Utara, dan Kabupaten Bener Meriah sangat menguntungkan bila dilihat dari sisi perkembangan ekonomi.
Menjadi daerah persinggahan dan lalu lalang kendaraan di jalan lintas nasional Banda Aceh-Medan serta lintasan menuju kota dingin Takengon sebagai kota wisata maka tak salah jika Bireuen dikatakan sebagai segitiga emas untuk bidang perekonomian.
Pemkab Bireuen juga memanjakan masyarakatnya dengan menyediakan ruang untuk bersantai bahkan menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) yang sedang dalam proses pengerjaan, berlokasi di Lapangan Cot Gapu, dulunya sebagai stadion/lapangan sepak bola.
RTH yang diperkirakan selesai dalam tahun ini diharapkan dapat menjadi paru-paru kota serta menjadi tempat rekreasi yang sejuk dan nyaman, sesuai dengan rancangan tata ruang Kota Bireuen.
Ada beberapa lokasi santai tersedia di Bireuen, di antaranya deretan kafé yang berjejer di sepanjang jalan elak Bireuen menuju Matangglumpang Dua.
Kafé dan warung kopi di Bireuen biasanya dibuka mulai dari pagi sampai malam hari, bahkan ada yang sampai pagi.
Salah satu lokasi santai di tengah-tengah kota pada malam hari adalah Alun-Alun Kota Bireuen.
Baca juga: Tim Kejari Bireuen Geledah Kantor BPRS Kota Juang, Usut Kasus Dugaan Korupsi Penyertaan Modal
Baca juga: Polsek Kota Juang Bireuen Siap Layani Curhat Warga di Warkop
Tempat bersantai ini banyak diminati berbagai kalangan, baik muda maupun tua, lokasinya tidak jauh dari Pendopo Bupati Bireuen.
Tepatnya di sisi lampu merah menuju Jalan Chiek Johan Alamsyah.
Menikmati kebersamaan dengan orang-orang tercinta tidak perlu dana mahal, karena bahagia itu sederhana.
Para pekerja pasti akan merindukan duduk santai, sekadar berdisikusi atau menikmati makanan kesukaan masing-masing di tempat yang disukai.
Solusinya adalah dengan memanfaatkan waktu libur untuk melepas lelah setelah rutin bekerja yang terkadang melupakan keluarga, hal ini diharapkan mampu memperbaiki hubungan kedekatan dengan keluarga tercinta.
Hal yang menarik di taman kota ini berdiri kokoh Tugu Batee Kureng dan Tugu Monas Mini.
Batee Kureng adalah salah satu nama batalion Tentara Islam Indonesia (TII).
Untuk mengenangnya ketika bergabung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dibagunlah Tugu Batee Kureng, sedangkan Tugu Monas Mini merupakan simbol Bireuen sebagai Kota Juang.
Sabtu malam lalu masyarakat tumpah ruah menikmati indahnya suasana malam, bertepatan dengan momen menunggu detik-detik masuknya ke tahun baru 2023.
Saya dan keluarga juga turut serta dalam kegembiraan bersama dengan pengunjung yang lain.
Warna-warni cahaya dari pantulan lampu jalan dan ditambah dengan indahnya lampu pada dinding odongodong/ kendaraan mirip roda empat yang dimodifikasi untuk membawa anak-anak, terkadang bersama orang tuanya mengelililingi kota Bireuen dengan tarif terjangkau.
Dalam rangka menyambut tahun baru 2023, Pemkab Bireuen telah mengeluarkan seruan bersama untuk tidak merayakan tahun baru dengan kegiatankegiatan yang mengganggu ketertiban umum dan diajurkan melaksanakan doa dan zikir di kediaman masing- masing.
Kehadiran masyarakat di alun-alun kota bukanlah untuk merayakan malam tahun baru, melainkan hanya sekadar menikmati malam libur bersama keluarga tercinta.
Baca juga: Bireuen belum Tetapkan UMK 2023, Tunggu UMP Aceh, Begini Kondisi Upah & Industri di Kota Juang Itu
Padatnya lalu lintas di seputaran alun-alun kota membuat kita harus hati-hati dalam memandu kendaraan, apalagi kalau mobil sedang berada di tengah-tengah kendaraan lainnya maka perlu kesabaran ekstra.
Masyarakat yang datang ada yang mengendarai sepeda motor, mobil pribadi, bahkan angkutan umum yang mereka sewa dari kampung masing-masing.
Untuk yang berdomisili di seputaran kota hanya berjalan kaki saja karena tak ada hambatan untuk menuju lokasi ini.
Sempat terlihat di bawah remang-remang lampu taman ada orang tua dengan empat orang anaknya menjajakan makanan kepada para pengunjung.
Sementara yang lain ada yang membawa makanan sendiri duduk berjejer dengan perlengkapan makan masing-masing layaknya di tepi pantai.
Pemandangan yang mengharukan dan membahagiakan karena di tengah ekonomi keluarga yang tak menentu saat ini masih ada cara sederhana orang tua untuk membahagiakan keluarga tercintanya.
Tingkah polah anak-anak yang berada di dalam taman ini beraneka ragam, ada yang suka iseng mengganggu yang lain, ada yang duduk manis, ada pula yang asyik bermain, memanjat, melompat, tertawa, dan berlari-lari kecil sepuasnya.
begitu juga dengan pengunjung lainnya sibuk dengan aktivitasnya masingmasing.
Hal yang menyenangkan ketika melihat satu keluarga berkumpul, walaupun minuman yang ada di tangan hanya sebotol air mineral, tetapi kebahagiaan benar-benar milik mereka malam itu.
Pedagang musiman selalu bermunculan sebagaimana biasanya di setiap ada kegiatan atau momen, tetapi kehadiran mereka tidak menggangu pedagang tetap yang berada di sisi jalan sebelah timur.
Para pedagang hampir tak dapat melayani banyaknya pegunjung yang ingin membeli makanan, hal ini mengakibatkan antrean panjang.
Makanan yang diserbu oleh anak-anak umumnya adalah jajanan seperti kebab, bakso krispi, telur krispi, roti bakar, dan aneka kuliner yang dijajakan di sisi Rex Bireuen dan menjadi pilihan pengunjung.
Baca juga: Pengumuman BPR Syariah Kota Juang
Kami pun ingin menikmati lezatnya makanan dan minuman di salah satu tempat yang telah menjadi target kami di Rex, tetapi malam itu pengunjung terlalu ramai sehingga tidak ada tempat duduk yang tersisa.
Melihat kondisi ramai dan antrean panjang akhirnya kami pun batal mengorder makanan untuk dibawa pulang.
Suasana dingin malam itu terasa panas karena padatnya pengunjung, baik di warung terbuka (Rex) maupun di kafé di sisi jalan.
Lalu lintas yang padat menyebabkan kemacetan di jalan masuk dan jalan keluar menuju Alun-Alun Kota Bireuen karena sebagian pengguna jalan tidak patuh pada aturan yang telah ditetapkan sehingga malam itu terasa bagaikan berada di Jakarta.
Setelah mengelilingi alunalun akhirnya kami memutuskan kembali ke rumah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena jumlah pengunjung semakin malam semakin bertambah.
Jalan pun bertambah macet. Ada rasa waswas ketika melewati beberapa tempat keramaian lainnya, termasuk di jalan elak lokasi deretan kafé, pengunjung sangat ramai hampir tak ada ruang untuk jalan karena sebagian kafé membuat acara live musik.
Alhamdulillah, masyarakat Bireuen patuh pada aturan.
Salah satu buktinya, malam itu tidak ada bunyi petasan/ mercon, juga tak ada kembang api yang menghiasi atmosfer Kota Bireuen. (chairulb06@ gmail.com)
Baca juga: Lantik Tuha Peut Geulanggang Baro, Camat Kota Juang Bireuen Ingatkan soal Pengelolaan Dana Desa
Baca juga: Muspika Kota Juang Tertibkan Warung Kopi dan Cafe
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.