Gempa Turki

Musim Dingin, Mahasiswa Aceh dan WNI Korban Gempa Turki Butuh Tenda hingga Uang Tunai

Musim dingin, mahasiswa Aceh dan WNI serta para korban di Turki butuh tenda hingga uang tunai pasca-gempa magnitudo 7,8 mengguncang wilayah setempat

Penulis: Sara Masroni | Editor: Ansari Hasyim
AFP/BULENT KILIC
Musim dingin, mahasiswa Aceh dan WNI serta para korban di Turki butuh tenda hingga uang tunai pasca-gempa magnitudo 7,8 mengguncang wilayah setempat. 

SERAMBINEWS.COM - Mahasiswa Aceh dan WNI serta para korban di Turki membutuhkan tenda hingga uang tunai pasca-gempa magnitudo 7,8 mengguncang wilayah setempat.

Hal itu disampaikan Ketua İkatan Masyarakat Aceh Turki (IKAMAT), Muhammad Akbar Angkasa saat mengabarkan kondisi mahasiswa asal di sana.

Pihaknya menyampaikan, masyarakat yang terdampak korban gempa khususnya WNI dan warga asal Aceh di sana membutuhkan berbagai peralatan di tengah musim dingin.

 

 

Terlebih Turki saat ini sedang berada pada musim dingin, sehingga uluran tangan dunia sangat diharapkan membantu para korban di sana.

Pihaknya menyebutkan mereka di sana sangat membutuhkan peralatan seperti kasur, tenda keluarga, alat penghangat dan kompor mini.

"Hanya saja saya mendapatkan informasi bahwa bantuan uang tunai juga sangat dibutuhkan," kata Akbar saat dihubungi Serambinews.com, Selasa (7/2/2023).

Baca juga: Pemerintah Aceh Bergegas Galang Dana, Ingat Jasa Turki saat Gempa dan Tsunami Aceh

Saat ini ada dua mahasiswa asal Aceh di Kahramanmaraş yang jadi pusat gempa Turki dan satu orang lainnya menjadi relawan di Hatay.

Mereka merupakan warga dari total lebih kurang 130 masyarakat Aceh yang ada di seluruh Turki.

"Dua di Kahramanmaraş yang kemarin mengungsi dan hari ini dievakuasi oleh KBRI," kata Akbar.

Meski demikian, kedua mahasiswa asal Aceh tersebut dipastikan dalam keadaan baik.

"Mereka dalam keadaan baik," tambah Ketua IKAMAT itu.

Baca juga: Rekaman Dramatis: Jurnalis Turkiye Menyelamatkan Diri dari Bangunan Runtuh Saat Gempa Kuat Kedua

Saat ditanya nama dan asal kabupaten kedua mahasiswa Aceh itu, Akbar enggan membeberkan karena privasi.

Masih berdasarkan penuturannya, Turki mendeklarasikan hari berduka selama tujuh hari dan merupakan terpanjang dalam sejarah republik tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved