Kupi Beungoh

Belajar Dari Kisah Nabi Musa AS: Melawan Kesombongan Dengan Kesombongan, Namun Tetap Rendah Hati

Dalam ayat tersebut Allah menceritakan tentang kesombongan,  kesewenangan, keangkuhan, kesombongan,  congkak, arogannya seorang penguasa

Editor: Amirullah
ist
Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh. 

Oleh Dr. Ainal Mardhiah,  S.Ag, M.Ag.*)

Nama lengkap Nabi Musa seperti yang disebutkan dalam buku Kisah Para Nabi karangan Imam Ibnu Katsir adalah Musa bin Imran bin Kehat bin Azer bin Lewi bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim. Ibunya bernama Ayareka namun ada juga yang menyebutkan "Ayadekt"

Dalam Al-Quran,  Allah mengisahkan tentang seorang Musa AS  dalam surat Al Qasash ayat 3 sampai dengan 6, yang artinya

" Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Firʻaun dengan sebenarnya untuk kaum beriman. Sesungguhnya Firʻaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil). Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia (Firʻaun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

Kami berkehendak untuk memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, menjadikan mereka para pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Kami pun (berkehendak untuk) meneguhkan kedudukan mereka (Bani Israil) di bumi dan memperlihatkan kepada Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka (Bani Israil)" (QS. Al Qashas Ayat 3 s/d 6).

Baca juga: Kebaikan Itu: Pertama Di Paksa, Lalu Terbiasa, Kemudian Menjadi Kebutuhan

Dalam ayat tersebut Allah menceritakan tentang kesombongan,  kesewenangan, keangkuhan, kesombongan,  congkak, arogannya seorang penguasa yang bernama  Fir'aun.  

Namun, pada akhirnya, kesewenangannya itulah yang mencelakakan, menjadi malapetaka, menghancurkan dirinya (Fir'aun) sendiri pada akhirnya.

Melihat kesombongan Firʻaun dan kesewenang menangannya yang merajalela,  Allah meminta Nabi Musa AS untuk mengajak (mendakwahi) Firʻaun agar beriman kepada Allah SWT. Ini Allah sebutkan dalam  Al Qur'an surat 33-35, yang artinya:

"Musa berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, Maka aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun Dia lebih fasih lidahnya daripadaku, Maka utuslah Dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata- an)ku; Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.

Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, Maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.” (al-Qashash: 33-35)

Baca juga: GEMPA BUMI DAN TSUNAMI, bisa juga disebabkan oleh ulah manusia

Setelah mendapat perintah dari Allah SWT,  Musa datang ke hadapan Firʻaun sesuai perintah Allah SWT pada ayat tersebut. Menurut Imam Ibnu Katsir dengan tujuan, pertama untuk mengajak Firaun beribadah hanya kepada Allah SWT dan tidak menyrkutukan- Nya. Kedua, meminta Firʻaun melepaskan Bani Israil dari genggaman Fir'aun,  melepaskan dari kekuasaannya,  dan pendudukannya, dengan cara membiarkan mereka beribadah kepada Tuhan mereka (Allah SWT) kapan dan bagaimanapun mereka berada.

Namun Firʻaun, bukan nya beriman, tapi berlaku congkak dan tidak mengikuti seruan Nabi Musa AS,. Fir'aun memandang dengan pandangan sirik, sinis, dan merendahkan Masa AS.

Fir'aun tidak hanya menolak dakwah Nabi Musa, Fir'aun juga melarang  rakyatnya  untuk mengikuti dakwah Nabi Musa. Bahkan ketika Nabi Musa AS,  sedang mengajak kaumnya kepada jalan Allah, Fir"aun menentang ajarannya dan menyuruh tukang sihir untuk melawan Musa dengan sihir yang dimiliki oleh pengikutnya Firʻaun.

Baca juga: Olah Raga di Tempat Umum, Kenapa Dengan Celana Pendek?

Melihat keadaan demikian, Allah memerintah Nabi Musa untuk melemparkan tongkatnya, kemudian berubahlah itu tongkat Musa,  menjadi ular besar yang menelan ular-ular buatan tukang sihir.  Ini Allah sebutkan dalam Al Qur'an surat Al 'Araf ayat 107 yang artinya:

"Maka, dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata." (Qs. Al A'raf: 107).

Selain itu, untuk mengalahkan kesombongan Firʻaun,  Allah memberikan Nabi Musa AS kehebatan dalam bentuk tangannya Nabi Musa AS mengeluarkan cahaya,  tentang ini Allah sebutkan dalam QS. Al -Araf:108, yang artinya:

 "Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia (tangan itu) menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihat(-nya)." (QS Al A'raf: 108)

Lalu, dalam bentuk lainnya Allah tunjukkan dalam bentuk pukulan tongkat  pukulan tongkat

Nabi Musa AS bisa mengeluarkan air. Hal ini terjadi saat Nabi Musa AS dan kaumnya hidup di gurun yang tandus, berkaitan hal Ini Allah sebutkan dalam Al Qur'an surat, Al Baqarah: 60) yang artinya:

"(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan." (QS Al Baqarah: 60).

Baca juga: Nikah Siri, Siapa Yang Rugi?

Selain itu untuk melawan kesombongan Firʻaun,  Allah berikan kepada Musa AS kemampuan membelah Laut Merah menggunakan tongkatnya. Peristiwa ini terjadi tatkala ia dan kaum Nabi Musa AS, berada dalam kejaran Firaun dan bala tentaranya. Kisah ini diceritakan dalam surah Thaha ayat 77-79, yang artinya

"Sungguh, telah Kami wahyukan kepada Musa, "Pergilah bersama hamba-hamba-Ku (Bani Israil) pada malam hari dan pukullah laut itu untuk menjadi jalan yang kering bagi mereka tanpa rasa takut akan tersusul dan tanpa rasa khawatir (akan tenggelam)." Firaun dengan bala tentaranya lalu mengejar mereka (Musa dan pengikutnya), tetapi mereka (Firaun dengan bala tentaranya) digulung ombak laut (yang dahsyat) sehingga menenggelamkan mereka. Firaun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi (mereka) petunjuk.

Fir'aun sudah sudah tiada,  namun orang orang yang mewarisi sifat sifat Fir'aun tentu akan ada sampai akhir zaman.

Dari kisah Firʻaun,  dapat menjadi nasehat bagi setiap diri seorang muslim bahwa kesombongan itu, akan mempersulit diri bahkan bisa menghancurkan diri.

Baca juga: Pemuda Dan Kejayaan Islam

Dari kusah Nabi Musa dan Firʻaun tersebut juga bisa menjadi nasehat terkadang kesombongan itu harus dilawan dengan kesombongan yang sama  atau lebih,  namun dengan tetap  rendah hati, dengan tidak bermaksud  menyombongkan diri, bukan niat menjatuhkan lawan, melainkan hanya ingin mengobati kesombongan menjadi rendah hati, dan merakyat.

Tentunya terlebih dahulu mesti dilakukan dengan cara hikmah,  nasehat dan akhlak yang baik, sikap yang baik, kata kata ang baik.

Namun apabila dengan cara yang baik kesombongan itu tidak merunduk, masih tetap congkak,  maka dapat di gunakan kesombongan yang sama untuk melawannya,  seperti jabatan yang lebih tinggi,  status sosial yang lebih tinggi,   relasi yang memiliki jabatan yang lebih tinggi,  dengan niat  untuk mengubah kesombongan dan kesewenangan kepada kasih sayang dan keta'atan kepada Allah SWT.

Wallahu'alam,  moga  bermanfaat.

 

*) PENULIS Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DISINI

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved